"Uhuk."
Syila tersedak. Padahal hanya makan ice cream.
"Nggak usah bercanda deh, lo," ucap Syila yang tersenyum canggung.
Aldy hanya diam dan menghela nafasnya. Entahlah, Ia juga bingung saat ini. Ingin menyatakan perasaannya tapi belum siap untuk di tolak.
...
"Makasih ya, Al," ucap Syila yang sudah berada di depan gerbang rumahnya.
Ya, setelah ice cream mereka habis, mereka pun langsung pulang. Aldy pun mengantar Gadis Bandung nya pulang. Tapi, di perjalanan, mereka mampir membeli martabak untuk orang yang ada di rumah Syila.
Itu adalah inisiatif dari Aldy. Aldy yang mau membelikan martabak dan jajanan yang lainnya untuk orang tua serta adik Syila.
Katanya, "Masa pulang dengan tangan kosong? Gak enak dong."
Sebenarnya, Syila merasa tidak enak, tapi, Aldy tetap memaksa.
Sampai akhirnya mereka pun sudah berada di depan gerbang Syila. Dan jam sudah menunjukkan pukul 08:58.
"Sama-sama. Oh iya, kapan-kapan bisa lah jalan lagi," ucap Aldy sambil menaikkan kedua alisnya.
Syila terkejut, tapi Ia langsung berpura-pura berpikir, "Mau nggak ya? Hmmm," ucapnya sembari mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di dagu.
Aldy mengerjapkan kedua matanya seperti anak kecil guna Syila mau di ajak jalan lagi, "Mau yaa, plisss," ucapnya dengan bernada kiyowo.
GILA!
INI GILA!
ALDY SANGAT MANIS!!
ALDY SANGAT LUCU!
"A-apaan sih? Nggak usah sok imut!" ucap Syila yang seakan-akan biasa saja.
Padahal di dalam hatinya, "Gilaa, Aldy kok lucu bangett.."
Aldy langsung menghela nafasnya, "Kirain bakal ke bujuk," ucapnya dengan lesuh. "Padahal sudah berusaha menunjukkan wajah seimut mungkin."
"Gak imut! bye!" ucap Syila yang langsung masuk ke dalam rumah nya. Dan gerbangnya pun di tutup.
Aldy terkejut, tidak ada kata "hati-hati" atau semacamnya yang di lontarkan oleh Syila.
"Orang mah basa basi dulu gitu," ucapnya sembari mendengus.
Dan pada saat Aldy memutar balikkan motornya, Syila langsung kembali keluar gerbang.
"Ya maaf," ucapnya sembari menunjukkan cengiran yang khas.
Syila masuk terburu-buru karena tak kuat dengan wajah Aldy yang sangat kiyowo tadi.
"Loh, keluar lagi. Emang pelet gue ampuh juga, buktinya lo langsung keluar lagi," ucap Aldy yang nyeleneh.
Syila hanya mendengus, "Gue keluar karena denger ucapan lo yang tadi,"
"Yang mana?" tanyanya bingung.
"Itu loh, yang 'Orang mah basa-basi dulu gitu'. Lo pikir, gue nggak denger apa?"
Aldy terkejut, "Lo denger? Bukannya udah masuk?"
"Belum kali. Masih ada di belakang pager, nunggu lo balik. Udah sana pulang!"
Aldy pun mengangguk mantap.
Dan pertemuan mereka hari ini sangat berharga, bukan?
...
Keesokan harinya, seperti biasa Syila berangkat sekolah. Tapi bedanya, hari ini Ia berangkat sendiri. Bukan tanpa sebab, tapi, memang Syila yang melarang Aldy untuk mengantar-jemput nya karena Ia tidak mau di cie-cie kan lagi oleh temannya.
Syila pun masih bersolek di depan cermin,
"Masyaallah, cantik banget aku, Aaminn," ucapnya bermonolog.
Setelah Ia selesai berdandan, Syila pun langsung berpamitan ke orang tuanya dan keluar dari rumahnya.
Tapi, saat Ia membuka gerbang untuk mengeluarkan motornya, Syila langsung terkejut karena mendapati Aldy yang sudah berada di depan rumahnya tanpa membunyikan klakson.
"A-aldy?"
Aldy pun langsung mengeluarkan cengiran khasnya. Sedangkan Syila masih menatap Aldy, bingung. Bukankah sudah di katakan kalau Syila tidak mau berangkat bareng bersama dengannya.
"Kok lo ada di sini?" tanya Syila yang terkejut.
Aldy pun menjawab, "Mengawal Si Gadis Bandung agar selamat sampai tujuan," ucapnya.
Syila melongo tak percaya. Aldy ini memang agak lain, saat Ia tidak di izinkan untuk mengantar Syila, tapi Aldy tetap datang dengan konteks "Mengawal".
"Maksud lo, apa?" tanya Syila. "Kan gue udah bilang, Nggak usah datang kesini. Gue bisa berangkat sendiri, nggak usah antar-antar gue lagi."
Aldy masih menyimak omelan dari Syila. Aldy sudah menebak kalau Syila mungkin akan marah karena Ia datang ke rumahnya.
"Denger dulu," ucap Aldy dengan sangat lembut.
Entahlah, saat berbicara dengan Syila, Aldy hanya ingin berbicara dengan lembut.
"Oke, gue dengerin. Tapi, cepetan! takut telat nih," ucap Syila yang membalas.
"Jadi gini, gue tau kalau lo nggak mau gue dateng kesini buat antar lo ke sekolah karena takut di cie-cie in kan? Nah-
"Bukannya takut, tapi, gue tuh risih tau nggak? Di cie-cie in melulu," ucap Syila yang menyelak ucapan Aldy.
Aldy tersenyum berusaha untuk bersabar karena ucapannya yang di potong.
"Sabar, dengerin dulu gue ngomong apa," ucapnya. "Gue kesini bukan untuk anter lo ke sekolah, tapi ngawal lo ke sekolah. Dan, gue cuman ngikutin lo dari belakang supaya gue bisa jagain lo" lanjutnya.
Blush
Syila berusaha untuk menahan saltingnya. Karena menurutnya, itu adalah effort. OMG!!! love language nya di serang lagi. Ini termasuk ke dalam act of service, bukan?
"L-lo serius?"
Aldy langsung mengangguk mantap.
"Tapi, gue nggak minta lo buat lakuin ini semua, Al," ucap Syila.
"Siapa yang bilang kalau lo yang minta? Ini bener-bener gue sendiri yang mau mengawal lo supaya selamat sampai tujuan," ucap Aldy yang masih berusaha sabar untuk menjelaskan.
"Tapi-
"Gue gak terima penolakan, paham?" ucap Aldy yang terlihat mulai serius.
Entah kesambet apaan, Syila langsung mengangguk patuh. Jadi, Syila langsung mengeluarkan motornya dan bergegas pergi.
...
Ternyata benar, Aldy benar-benar mengawal Syila dari belakang. Mereka sama-sama menaiki motornya masing-masing. Bedanya, Syila berada di depan dan Aldy yang berada di belakang.
Setelah lama perjalanan, akhirnya mereka pun sampai.
Syila dan Aldy sama-sama memarkirkan motornya.
"Kalian janjian?" tanya Fiara yang tiba-tiba ada di belakang bersama dengan Kazea.
Syila dan Aldy langsung menoleh. Aldy dan Syila saling parkir bersebelahan dan itu juga bertepatan dengan mereka yang masuk ke dalam gerbang bersama. Ternyata, Syila dan Kazea melihat itu semua.
"H-hah? enggak." Syila menyangkal. Begitu juga dengan Aldy yang ikut menyangkalnya.
Fiara tampak curiga, "Ah yang bener?" tanyanya. "Kalau nggak janjian, kenapa nyampenya bareng? terus kenapa parkirnya sebelahan?"
Fia terus mencecar pertanyaan karena Ia tak mudah percaya. Sedangkan Zea hanya menghela nafasnya karena sifat kepo Fia tidak hilang-hilang.
"Ya emang kenapa? orang cuman kebetulan," jelas Aldy yang terlihat dingin saat menjawabnya.
Fia mengangguk-angguk, "Owh, kebetulan yang di sengaja?"
"Apaan, sih? Kepo banget lo!" kesal Aldy.
"Gue nanya doang!" ucap Fia yang mulai naik pitam. Fia ini orangnya emosian, jadi, banyak lelaki yang tidak mau mencari masalah dengannya.
"Udah, Fi, udah. Masih pagi, nggak usah ngomel-ngomel," ucap Zea yang menenangkan.
Fia dengan polosnya menjawab, "Gue nggak ngomel, cuman kesel sama dia." Fia yang menunjuk Aldy.
Aldy yang merasa di tunjuk pun terkejut, "Kan, kan, gue lagi."
"Makanya mukanya jangan datar kayak gitu, kayak Si Tegar. Sok kul. Yang ada pengen gue tonjok mukanya," ucap Fia yang kepalang kesal
Zea dan Syila malah terkekeh. Mereka terkekeh karena nada bicara Fia yang terdengar ngakak.
"Udah, Fi, udah. Ayok ke kelas!" ajak Zea. "Eh, ayok ke kelas juga, Syil"
Syila langsung terkejut, "O-owh, e-entar aja. Gue mau ke kantin dulu."
Fia dan Zea langsung pergi meninggalkan Syila dan Aldy yang masih berada di parkiran.
Setelah Fia dan Zea sudah tak terlihat di pandangan, Syila pun langsung bernafas lega.
"Untung gak ketahuan," ucap Syila. "Fiara emang begitu ya orangnya?"
"Begitu gimana? emosian? oh jelas!"
"Bukan! maksud gue, Dia suka nge-lawak di kelas?" tanya Syila yang langsung di angguki oleh Aldy.
Dan Syila pun benar-benar ke kantin terlebih dahulu, baru ke kelas.