Akhirnya, mereka sampai di pasar malam.
"Besok nggak ada tugas, jadi mau pulang jam berapa?" tanya Aldy.
Syila menoleh, "Tadi Ayah gue izininnya sampai jam berapa?" tanya Syila.
"Nggak ngomong soal itu." balas Aldy santai.
"Ya udah, pulang jam 8 aja"
Setelah mengucapkan itu, Syila langsung meninggalkan Aldy yang masih terdiam di parkiran.
"Gila, cepet banget kalau pulang jam 8" gumam Aldy.
Tapi, mau tak mau, Aldy harus menuruti Syila. Karena ini pertama kalinya mereka pergi bersama.
~~~
"Mau main dulu atau makan dulu?" tanya Aldy memastikan.
"Terserah"
Aldy langsung menghela nafasnya pelan, "Makan dulu berarti"
"Nggak mau, ah" tolak Syila.
"Lah terus mau nya apa?"
"Main aja dulu. Gue belum laper" ucap Syila yang bisa membuat Aldy menggeram kesal.
"Tadi katanya 'terserah'" ucap Aldy yang tidak mendapat jawaban dari Syila.
Aldy berhenti sejenak, "Tunggu dulu"
Syila yang tadi sedang berjalan pun berhenti, "Kenapa?"
"Mau main apa? kita rencanain disini dulu." ucap Aldy.
"Terserah" balas Syila.
Lagi-lagi jawaban 'terserah' yang di lontarkan dari mulut Syila. Aldy hanya bisa menghela nafas nya dengan sabar. Kenapa wanita di muka bumi ini rata-rata menjawab pertanyaan dengan kata 'terserah'?
"Kan, lo jawabnya terserah lagi. Cowok itu bingung kalau cewek jawabnya cuman 'terserah'" kesal Aldy.
"Ya gue gak tau harus jawab apa. Makanya gue jawab terserah"
"Tapi pas gue jawab dengan pendapat gue, lo nya yang nggak mau" jelas Aldy. "Dan ujung-ujungnya lo juga kan yang nentuin semuanya"
"Jadi, menurut lo, gue salah?"
Aldy memejamkan matanya untuk meredam kekesalannya ke gadis bandung ini.
"Gue yang salah. Harusnya gue peka, iya, kan?" tanya Aldy dengan senyuman manisnya.
Syila mengangguk, "Betul. Jadi, gue nggak salah."
"Iya. Cewek selalu benar" ucap Aldy dengan senyuman manisnya. "Kalau gitu, kita naik kora-kora aja gimana?"
Aldy menunjuk kora-kora tersebut. Dan mata Syila mengarah ke objek yang Aldy tunjuk.
"Gila!! serem ah. Itu pada teriak semua" ucap Syila yang terlihat takut.
"Tenang, ada gue" ucap Aldy meyakinkan.
"Bener ya?" tanya Syila dan Aldy pun mengangguk.
Dan akhirnya Syila pun memberanikan diri untuk menaiki wahana tersebut bersama dengan Aldy.
...
Syila dan Aldy sudah duduk di wahana kora-kora. Syila sangat kelihatan gugup dan takut, mungkin karena ini pertama kalinya dia menaiki kora-kora. Berbeda dengan Aldy yang kelihatan tetap cool.
"Lo nggak takut, Al?" tanya Syila pada Aldy yang berada di sampingnya.
"Nggak, biasa aja" balasnya dengan santai.
Syila hanya memutar bola matanya malas, "Nggak usah sok cool di depan gue, bisa?"
Aldy menoleh, "Sok cool gimana? gue emang cool."
"Idih. Kalau sampai nanti lo nangis kejer atau muntah karena naik wahana ini, gue orang pertama yang bakal ketawain lo" ucap Syila mengejek.
"Begitu juga sebaliknya." balas Aldy.
Syila dan Aldy sama-sama menyombongkan dirinya masing-masing. Mereka yakin kalau mereka tidak akan mabok karena naik wahana itu.
Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
▪▪▪
"HUWAAAAA MAMAHH, TAKUTTTT" teriak Syila saat wahana tersebut sudah di mulai.
"GILAAAA TINGGI BANGET WOYY.., JANGAN TINGGI-TINGGI BANGET NAPA!!" teriak Aldy.
Mereka berdua sama-sama berteriak histeris karena naik wahana itu.
"AL!! GUE PENGEN MUNTAH JADINYA" teriak Syila pada Aldy yang sedari tadi ngedumel kepada sang penjaga wahana.
"GUE JUGA!" jawab Aldy dengan berteriak. "WOYY BERHENTIIN WOYY, PENGEN MUNTA GUE INI!!" teriak Aldy.
"GAK KUAT!! BERHENTIIN PLEASE!! GUE TAKUT MUNTAH DISINI!!" teriak Syila agar di denger oleh orang yang memegang kendali wahana tersebut.
Sampai pada akhirnya, wahana tersebut di hentikan karena memang waktunya sudah habis.
Aldy dan Syila turun bersama. Dan..
"Huekk"
Mereka sama-sama mencari tempat untuk muntah. Entah kenapa, mereka berdua malah sama-sama mual dan muntah.
Syila dan Aldy pun kembali bertatap muka.
"Gila, tinggi banget anjir. Mual gue" ucap Aldy.
"Gue juga mual" balas Syila.
Mereka pun menetralkan jantung mereka masing-masing.
"Kita sama-sama muntah. Jadi, sama-sama ngeledekin dong?" tanya Syila dengan wajah polosnya.
Aldy menggeleng, "Nggak usah. Mending kita sama-sama makan aja"
"Ihh baru muntah masa di isi sama makanan?"
"Ya nggak apa-apa lah. Daripada perut nya kosong" jelas Aldy.
"Ya udah deh."
Aldy pun tanpa sadar langsung menggandeng tangan Syila untuk mengajaknya membeli makanan yang ada di sana.
"Ngapain gandeng-gandeng?" tanya Syila.
Aldy menoleh ke belakang dan Ia juga sebenarnya terkejut dengan apa yang Ia lakukan.
"O-oh itu, biar lo nggak ilang" jelasnya.
Setelah itu, Syila langsung mengikuti arah jalan Aldy karena tangannya di gandeng oleh Aldy.
"Ini kita mau kemana, sih?" tanya Syila dengan kesal.
"Cari makan" Balas nya singkat.
Syila tetap menurut dengan mengikuti Aldy. Ya tangannya pun masih di gandeng oleh Aldy.
"Kita makan apa?" tanya Syila.
"Terserah" balas Aldy yang mengikuti jawaban cewek pada umumnya.
Tadinya Aldy mau bertanya balik, tapi akal jahilnya bekerja. Maka, dia pun menjawab pertanyaan Syila sama seperti tadi saat Syila menjawab pertanyannya.
"Ihh, itu kan jawaban gue" kesal Syila.
"Terserah"
Karena kesal, Syila pun melepaskan tangannya dari genggaman Aldy.
"Kenapa di lepas?" tanya Aldy.
"Gue kesel sama lo. Jawaban 'terserah' itu kan jawaban gue" kesal Syila.
"Sejak kapan jawaban 'terserah' itu jadi hak milik cewek sepenuhnya?" tanya Aldy yang sepertinya memulai perdebatan.
"Sejak dulu."
"Lah, emangnya udah ada undang-undang tentang kata 'terserah' yang jadi hak milik cewek?"
"Apaan, sih? kok jadi nyambung ke undang-undang?" tanya Syila. "Kalau lo mau debat sama gue, bukan disini tempatnya. Tapi di sekolah!"
Sudah terlihat dari raut wajah Syila yang sangat-sangat kesal karena perdebatan tersebut.
"Bercanda. Dasar tukang ngambek" ledek Aldy yang di akhiri dengan kekehan.
Bukannya mereda, tapi kekesalannya malah semakin bertambah.
"IHHH NYEBELIN BANGET SIH JADI COWOK"
"Daripada tukang ngambek"
"Au ah" balas Syila dengan singkat.
Kalau sudah ada kata tersebut yang keluar dari mulut wanita, maka para pria hanya bisa sabar.
"Bercanda. Itu cuman simulasi gue buat debat minggu depan" ucap Aldy.
Syila hanya diam.
"Lo masih marah? Udah dong marahnya, pending dulu. Kita makan dulu. Ngambek juga butuh energi, kan?"
Mata Syila seketika berbinar ke satu dagangan yang berada di ujung sana.
"Lo liat apa?" tanya Aldy.
Syila pun langsung menunjuk ke tukang dagang tersebut, "Mie ayam!! Gue mau makan mie ayam aja"
"Hah? mie ayam?"
▪▪▪
Nyam nyam nyam
Hanya itu yang sedang di lakukan oleh Syila. Saat ini mereka berdua sedang menikmati mie ayam yang sangat enak.
"Lo laper atau doyan?" tanya Aldy dengan di akhiri kekehan khas nya.
"Disaat dua kalimat tersebut di gabung jadi satu, maka nikmatnya tak terkira" balas Syila yang melebih-lebihkan.
Aldy terkekeh, "Tinggal bilang kalau emang laper dan doyan apa susahnya sih? Segala pake kalimat yang panjang banget."
"Ya udah sih, kan sengaja biar keren" ucapnya sembari memakan mie ayam di depannya.
Mereka makan dengan khidmat. Tapi, Aldy terus diam-diam memperhatikan Syila.
"Lo unik"
Kunyahan Syila pun terhenti. Dia terkejut dengan ucapan yang baru saja di lontarkan oleh Aldy.
"Unik gimana?"
"Ya beda dari yang lain. Di saat cewek-cewek pada umumnya lebih milih makanan yang mahal. Tapi, lo milih yang murah"
Syila pun menelan mie ayam nya, "Murah bukan berarti nggak enak."
"Iya, gue tau. Makanya gue ngerasa kalau kita sefrekuensi" ucap Aldy.
"Ah nggak juga"
"Terserah lo, deh" balas Aldy.
Hancur.
Hancur sudah mood Syila saat Aldy mengucapkan kata 'terserah'
"Kan kan, terserah lagi, terserah lagi" kesal Syila.
Aldy langsung mengingat kembali ucapannya yang membuat mood Syila hancur.
"Oh iya lupa" ucapnya. "Mianhae" lanjutnya.