Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Devil Soul of Maria [18+]
MENU
About Us  

Kembali ke enam bulan yang lalu, lebih tepatnya di bulan November.

Itu merupakan bulan tersibuk bagi Meira. Perusahaanya menuntut banyak projek harus selesai sebelum berganti tahun.

Semua divisi merasakan hal yang sama namun bagi Meira yang tidak hanya punya satu pekerjaan tentu itu lebih menyiksanya secara personal.

Jam tidurnya mulai berkurang, makan mulai tidak teratur karena kalah dengan kesibukannya. Secara bertahap ia jadi jarang merawat diri.

Dengan keadaan seperti itu, Meira masih tetap berambisi untuk mengambil satu projek tambahan dari seorang klien yang telah ia kenal sejak dua tahun lalu.

Klien itu merupakan seorang pria berkebangsaan asing yang tinggal di Ibu Kota dan dikenal dengan nama Fujiyama.

Sebelumnya, mereka hanya berbisnis via online. Ini merupakan pertama kalinya, Fujiyama mengajak Meira bertemu di sebuah café untuk membicarakan bisnis mereka.

Pukul 19.45 Meira terlihat sangat tergesa-gesa menuju Rustic Cafe yang telah ditentukan untuk jadi tempat pertemuan mereka.

Cafe itu di desain simpel minimalis modern. Kaca-kaca besar bertuliskan ornamen dengan bahasa asing sebagai hiasan luar. Gagang pintunya terbuat dari kayu berukuran besar berbentuk persegi panjang yang bisa di dorong dari luar maupun dalam.

Bagian interior dalam cafe dibuat simple tanpa ada hiasan yang megah dan glamour kecuali lampu kuning khas cafe modern, sebuah rak tinggi yang berisi jejeran mug dan tumbler, dengan tujuan untuk memasarkannya pada pembeli yang datang.

Tidak lupa penempatan barstool - kursi dan meja yang berukuran lebih tinggi - di tengah dengan area barista juga kasir yang berada disebelah kanannya.

Selain menyediakan tempat indoor, cafe itu juga menyediakan outdoor-space yang terletak di ujung café lantai dua.

Meira pun tiba di cafe dengan masih menggunakan kemeja yang ia kenakan seharian kemudian dilapisi cardigan tipis untuk menutupi tubuhnya yang kurus.

Sambil mengamati sekitarnya, Meira melangkah menyusuri cafe mencari pria yang seharusnya ia temui lima belas menit yang lalu.

Di sisi luar cafe, di area rooftop Meira melihat seorang pria berambut blonde, bermata sipit, mengenakan kemeja biru tua yang sedang menikmati secangkir kopi dengan elegan.

Tanpa berpikir panjang, Meira langsung berlari menuju ke arah pria tersebut.

"Mister Fujiyama?" Meira menyapanya untuk memastikan apakah benar pria ini yang ia cari-cari.

Tidak ada jawaban dari pria berusia tiga puluh dua tahun itu. Ia hanya balik menatap Meira dengan masih memegang cangkir kopinya.

"My big appologize for making you wait Sir-"

"Please have a sit and take your breath, Miss Meira." Fujiyama memotong kalimat Meira.

Kala itu, Fujiyama tidak menyangka bahwa wanita yang akan ia temui akan terlihat sangat jauh lebih muda darinya.

Meira menelan ludah dan terdiam sejenak.

Entah dikarenakan rasa bersalah telah membuat kliennya menunggu begitu lama atau karena terkejut mendengar suara pria di depannya yang begitu berat. Meira mendadak terintimidasi. Ia tanpa sadar mengikuti perkataan pria di depannya.

"First of all, let me introduce my self. My name is Fujiyama Uwais. Nice to meet you." Fujiyama di akhir kalimatnya sedikit menundukkan kepalanya.

"Ah, My name is Meira Wijaya. Nice to meet you Sir." Meira tanpa sengaja juga sedikit menundukkan kepalanya ke depan.

Untuk beberapa saat mereka hanya membisu. Meira menatap pria di depannya yang masih sibuk mengambil sesuatu dari hand bagnya.

"Miss Meira?" Fujiyama kembali menatap Meira sambil memegang sebuah dokumen di tangannya.

"Yes!" Meira yang masih gugup menjawab dengan sedikit bersemangat. Tentu saja menyesali itu seketika.

"May I ask you something?"

"Yes.. of course." Meira berusaha tenang dan tidak membuat malu dirinya sendiri.

"How old are you?"

"Um, 26 y/o?"

Hening. Fujiyama hanya menatap Meira keheranan.

"Sorry, I thought you were 20."

"Huh? No Sir. I'm 26 y/o. Do you want to see my ID Card?" Meira dengan cepat menarik KTP dari dompetnya dan memaksa Fujiyama untuk melihat informasinya.

"Oh, I see.. you look younger than your age." Fujiyama mengangguk.

Meira tersenyum masam sambil memasukan KTPnya dengan asal ke dalam tas. Matanya tetap fokus pada Fujiyama.

"Em, may I ask you something too?"

Fujiyama hanya mengangguk.

"Are you living here Sir? I mean, as I know you're living in Bekasi."

"Yes. I moved in 2 month ago. I have a lot of request so I contact you as soon as possible."

Hening sesaat.

Meira menyadari sesuatu. Fujiyama lancar berbicara dalam bahasa Inggris meski kadang aksennya sedikit tercampur. Lebih mengagumkannya lagi, Fujiyama menyadari hal itu sehingga secara spontan akan mengulangi kalimatnya dengan bahasa yang lebih ringan dan mudah di pahami.

"Thank you-"

"I like your work Miss Meira. We have been known since past two years. But, I don't know that you are sloth type for time." Fujiyama mengkritik perihal Meira yang datang terlambat.

I know it!! I know he will say something about it! Damn! Meira menyumpahi dirinya dan juga pria di depannya dalam hati.

"Honto Ni Gommenasai." Meira mengucapkan permohonan maafnya dengan bahasa yang sangat familiar untuk Fujiyama.

"You really have so many talent Miss Meira. You know how to speak Japanese as well."

"No, no. I mean, I just know little-"

"Ok. Let's back to business." Fujiyama kembali memotong kalimat Meira.

WHAT THE HELL IS GOING ON? Batin Meira memekik.

Meira meremas kedua jemarinya. Kalau saja tidak ada meja yang menutupi sebagian tubuhnya, pastilah sekarang Fujiyama bisa melihat kepalan tinju tangan Meira.

Rasa jengkel Meira bisa hilang bagai ditiup angin begitu pramusaji datang mengantarkan secangkir coklat panas dan cheesecake pesanannya.

Tiga puluh lima menit berlalu, mereka akhirnya mencapai kesepatakan berdua.

"Alright, I agree with this pattern and tone of colour. When you will send me the layout?" Fujiyama menatap Meira dengan tatapan serius.

"About one mon-"

"I think it's too long miss, i can't wait for it." Tatapan mata Fujiyama yang tajam seakan ada laser yang keluar dari matanya. Membuat Meira hanya bisa berkedip tanpa kata.

"Ten days from now. I hope you can make it out."

Meira menghela nafas panjangnya. Bagaimana pun juga ia berusaha untuk tampak se-propesional mungkin meski akal sehatnya nyaris hilang.

"Alright. Ten days for the layout. Ten days for the finishing. Deal?" Meira berusaha untuk tersenyum.

"Deal."

Fujiyama menandatangani kontrak yang sedari awal ia bawa dan menyerahkannya pada Meira.

"This is our contract. Please sign here." Fujiyama menunjuk letak untuk Meira tanda tangani. Satu rangkap di bawa Meira dan satu rangkap di bawa oleh Fujiyama.

"Then I will leaving. Thanks for your time Miss Meira." Fujiyama sekali lagi menundukkan kepalanya sedikit.

Meira tanpa kata-kata juga ikut menundukkan kepalanya sedikit sambil memejamkan matanya.

Pada saat Meira hendak membuka mata dan mulai menegakkan badan serta pandangannya, Meira mendapati bahu dan seluruh punggungnya telah terbungkus oleh blazer berwarna abu-abu gelap milik Fujiyama.

"Please keep warm in this weather."

"Eh? Sir?" Meira baru menyadari bahwa Fujiyama baru saja menyampirkan blazer itu pada bahunya.

"Sir! Wait, your jacket-"

"Please don't be late again in the next meeting. You can also return my blazer in that day too." Fujiyama melangkah meninggalkan Meira yang kebingungan.

Sambil masih memakai blazer itu di pundaknya, Meira menatap kosong ke arah hilangnya Fujiyama. Kemudian ia baru menyadari kalau angin malam tidak begitu dingin lagi sekarang.

"Should i laundry this? Wait, laundry kiloan bisa nggak sih?" Meira memikirkan ke mana ia akan mencuci blazer mahal itu.

Blazer itu lebih tebal dan berat dari yang ia bayangkan. Kainnya lembut dan jahitannya rapi. Walau tidak tau seberapa mahalnya tapi ia yakin pasti itu bukan barang murah melihat kualitasnya yang sangat bagus dan nyaman.

Masalahnya, kalau sampai salah tempat pencucian dan rusak, entah hal gila apalagi yang akan terjadi padanya. Hari ini ia sudah cukup malu.

"Kayaknya nggak perlu di cuci deh. Wangi kok." Meira tanpa sengaja mengendus blazer di pundaknya.

Kemudian tanpa sengaja matanya kembali melihat ke arah meja yang tadi ia gunakan sebagai tempat diskusi.

Pertemuan singkat dengan seorang bule yang sangat lugas dan spontan. Siapa pun yang menatap pria itu pasti merasa keningnya nyaris berlubang.

Meski begitu, Meira tidak bisa berbohong kalau Fujiyama adalah pria yang good looking.

Mulai dari warna kornea mata yang kehijauan, hidung yang mancung, rambutnya yang blonde.

Tinggi badannya juga proporsional. Mungkin sekitar 183 centi meter. Hanya saja, wajahnya sedikit tirus membuatnya terlihat lebih tua dari pada usianya.

Well, what I like the most is this smell of perfume. Batin Meira bergumam sambil kedua tangannya mengusap lengan blazer milik Fujiyama.

Kemudian ia termenung sesaat.

"DAMN IT! I look like pervert now! AISSH." Begitu menyadari isi kepalanya, Meira merasa malu dan langsung menutup mukanya dengan sebelah tangannya.

 

¤¤¤

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Seharusnya Aku Yang Menyerah
158      133     0     
Inspirational
"Aku ingin menyerah. Tapi dunia tak membiarkanku pergi dan keluarga tak pernah benar-benar menginginkanku tinggal." Menjadi anak bungsu katanya menyenangkan dimanja, dicintai, dan selalu dimaafkan. Tapi bagi Mutia, dongeng itu tak pernah berlaku. Sejak kecil, bayang-bayang sang kakak, Asmara, terus menghantuinya: cantik, pintar, hafidzah, dan kebanggaan keluarga. Sementara Mutia? Ia hanya mer...
Renjana
537      392     2     
Romance
Paramitha Nareswari yakin hubungan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun dengan penuh kepercayaan akan berakhir indah. Selayaknya yang telah ia korbankan, ia berharap agar semesta membalasnya serupa pula. Namun bagaimana jika takdir tidak berkata demikian? "Jika bukan masaku bersamamu, aku harap masanya adalah milikmu."
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
15009      2082     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
Cinta Wanita S2
7347      1836     0     
Romance
Cut Inong pulang kampung ke Kampung Pesisir setelah menempuh pendidikan megister di Amerika Serikat. Di usia 25 tahun Inong memilih menjadi dosen muda di salah satu kampus di Kota Pesisir Barat. Inong terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara, ketiga abangnya, Bang Mul, Bang Muis, dan Bang Mus sudah menjadi orang sukses. Lahir dan besar dalam keluarga kaya, Inong tidak merasa kekurangan suatu...
Big Secret
681      464     0     
Romance
Dayu Raha Dewi, seorang mahasiswi yang menutup identitasnya karena trauma masa lalu. Diluar dugaan, ia terjebak dengan kebohongannya sendiri, melibatkan keselamatan teman-temannya. Akankah ia berhasil menyelamatkan teman-temannya?
I am Home
559      390     5     
Short Story
Akankah cinta sejati menemukan jalan pulangnya?
Sebuah Jawaban
411      298     2     
Short Story
Aku hanya seorang gadis yang terjebak dalam sebuah luka yang kuciptakan sendiri. Sayangnya perasaan ini terlalu menyenangkan sekaligus menyesakkan. "Jika kau hanya main-main, sebaiknya sudahi saja." Aku perlu jawaban untuk semua perlakuannya padaku.
BALTIC (Lost in Adventure)
4674      1552     9     
Romance
Traveling ke Eropa bagian Barat? Itu bukan lagi keinginan Sava yang belum terwujud. Mendapatkan beasiswa dan berhasil kuliah master di London? Itu keinginan Sava yang sudah menjadi kenyataan. Memiliki keluarga yang sangat menyanyanginya? Jangan ditanya, dia sudah dapatkan itu sejak kecil. Di usianya ke 25 tahun, ada dua keinginannya yang belum terkabul. 1. Menjelajah negara - negara Balti...
Semesta Berbicara
1642      951     10     
Romance
Suci Riganna Latief, petugas fasilitas di PT RumahWaktu, adalah wajah biasa di antara deretan profesional kelas atas di dunia restorasi gedung tua. Tak ada yang tahu, di balik seragam kerjanya yang sederhana, ia menyimpan luka, kecerdasan tersembunyi yang tak terbaca, dan masa lalu yang rumit. Sosok yang selalu dianggap tak punya kuasa, padahal ia adalah rahasia terbesar yang tak seorang pun duga...
Into The Sky
519      333     0     
Romance
Thalia Adiswara Soeharisman (Thalia) tidak mempercayai cinta. Namun, demi mempertahankan rumah di Pantai Indah, Thalia harus menerima syarat menikahi Cakrawala Langit Candra (Langit). Meski selamanya dia tidak akan pernah siap mengulang luka yang sama. Langit, yang merasa hidup sebatang kara di dunia. Bertemu Thalia, membawanya pada harapan baru. Langit menginginkan keluarga yang sesungguhnya....