Tiga hari sebelum batas waktu pengiriman layout atas projek Fujiyama. Desain awal sudah ia selesaikan beberapa hari lalu, namun untuk pattern templet Meira masih mengusahakan yang terbaik. Menyelesaikannya secepat yang ia bisa sesuai dengan permintaan klien bisnisnya itu.
Demi mengejar targetnya, Meira pun memutuskan untuk menghabiskan waktu istirahat siang itu di ruang arsip kantor sambil membawa beberapa barang-barangnya.
Netbook yang biasa ia gunakan untuk pekerjaan sampingannya. Tas kecil yang berisi dua onigiri, satu kotak susu rasa pisang ukuran 250 mili dan air mineral ukuran 330 mili.
Di dalam ruangan itu ada beberapa karyawan yang masih tetap bekerja dan beberapa yang lain memilih tidur di desk.
Meira bergegas menuju meja favoritnya di belakang ruangan namun meja itu juga telah terisi seseorang yang tengah tidur di sisi mejanya.
Tanpa pikir panjang, ia mengambil sisi lain yang kosong dan lanjut mengerjakan projeknya. Mengabaikan seseorang di depan yang sedang tertidur pulas.
Di sana Meira menghabiskan waktu istirahatnya selama dua jam untuk mengerjakan layout dan juga painting.
Perusahaan di mana Meira bekerja terlebih departementnya mempunyai peraturan yang cukup unik.
Di mana karyawannya di perbolehkan untuk tidur siang di saat istirahat. Waktu istirahat siang mereka pun cukup panjang yaitu dua jam mulai dari jam 11 siang sampai jam 1 siang.
Pukul 12.30 Meira masih serius dengan pekerjaannya. Ia telah menghabiskan seluruh bekalnya setengah jam yang lalu sambil terus sibuk dengan pen pad di tangan kiri dan onigiri di tangan kanannya.
Di sela-sela itu, seseorang yang sedari tadi tidur siang di depannya secara mengejutkan terbangun dan membuat Meira tersentak.
"Just back to sleep, Vin! You scared me!" Rupanya Melvin, seseorang yang sedari tadi tertidur di hadapannya.
Meira melempari Melvin teman satu divisinya dengan kotak susu pisang yang kosong.
"Hei, don't be rude. I just woke up." Melvin dengan wajah masih sedikit bingung. Mengusap matanya dengan kedua tangannya.
"What are you doing?" Melvin dengan suaranya yang bercampur menguap, mendekati Meira di seberangnya.
"Shh. I'm working."
"Ha? Again?" Melvin bergegas melihat panel-panel di netbook Meira.
"Seriously? You will die eventually if you do this much longer."
Melvin yang merupakan keturunan Australia berkomentar dengan aksennya yang khas.
"Everyone will die Vin. Everyone." Meira tidak menggubris rekan kerjanya dan tetap sibuk dengan pekerjaanya.
"You know what, you have that Panda Eyes on yours now. See? See?" Melvin membuka camera depan pada ponselnya dan memperlihatkan wajah Meira yang sedikit pucat tanpa make up dan memperbesar bagian mata bawahnya yang menggelap karena kurang tidur.
"Yeh, I look cute." Meira menjawab santai.
"Cute?! Seriously? You look like a ghost! And maybe you will become one!"
"Shht! Shut up Vin. Get out from here, you just bothering me." Meira mulai merasa kesal mendengar Melvin yang sedari tadi berceloteh tidak karuan.
"Are you really want to do this?" Melvin menatap Meira dengan serius.
Ia tidak tersinggung sama sekali dengan apa yang Meira katakan padanya. Menurutnya hal seperti mencaci dan dicaci sudah biasa untuk mereka yang sudah saling mengenal delapan bulan lamanya.
Hening. Tidak ada jawaban dari Meira.
"Why? Is there something I could help? I really wanna help you."
"Yes. You could help me by leaving."
Melvin menghela nafas panjang.
"You are stubborn more than my girlfriend."
"That's girlfriend you never meet."
"Hei, I will meet her soon." Wajah Melvin berubah menjadi kegirangan.
"Yeah, congrats." Meira tidak tertarik sama sekali dengan kisah percintaan Melvin yang tidak jelas benar atau tidaknya.
"Well, I will leaving then. Probably they already waiting for me."
"Waiting for you? Who?"
"Managers?" Melvin memasang tampang bingung. Begitu juga Meira.
"Today is wednesday right?"
Hening sesaat.
Seperti ada roket yang melesat di kepalanya. Matanya berkedip kemudian ia teringat akan jadwal yang seharusnya tidak pernah ia lupakan. Weekly Meeting.
"Oh God! I totally forgot about that!" Meira dengan tergesa-gesa membersihkan meja, menutup netbooknya dan berlari keluar dari ruang arsip meninggalkan Melvin yang bahkan tidak sempat berkata apa-apa.
¤¤¤