Dibalik dingin,kerasnya hati manusia pasti menyimpan rasa kasihan jika ada yang ia lihat menderita. Terlebih karena dirinya sendiri yang menyebabkan seseorang itu menderita.
Adelar yang tengah membaca buku di taman kampus dengan segelas coklat dingin yang ia seruput sesekali membuat ia merasa tenang dengan hiruk pikuknya tugas kampus yang menumpuk.
Untuk kali ini, Adelar merasa tidak bersemangat seperti sebelumnya. Ia merasa bersalah dan menyesal, bagaimana tidak? karena nya Aram tidak masuk semalam dan harus mengejar nilai dengan tugas yang belum ia kerjakan.
Ditambah sepertinya Aram terlihat pucat hari ini dan itu membuat Adelar khawatir dan menyesal.
"Hufffttt" Adelar menghela napas tanda kekesalannya terhadap dirinya sendiri.
Sementara Adelar masih membolak balikkan bukunya dengan perasaan campur aduk, terlihat Aram dari arah berlawanan lewat dan hanya berlalu begitu saja didepan Adelar. Adelar yang mengintip dari balik bukunya menatap Aram dalam dan tak biasa.
"Hei Ad!" Sandy menghentikan tatapan Adelar terhadap Aram yang semakin jauh dari hadapannya.
"Astaga San !..bisa gak sih jangan ngagetin orang"
"Yaelah Ad, gitu aja kaget.. lagian ngapain baca buku disini sendirian"
"Terus harus dimana? dikantin?"
"Ya gak dikantin juga, kan dikelas bisa"
"Kantin sama kelas itu sama... sama sama berisik !"
"Hahaha, iya iya tau Ad, becandaaa"
Sandy pun menyenggol tangan Adelar, Adelar melotot dan membuat Sandy ngakak dan lari.
"Astaga Ad, jadi orang jangan serius serius amat, ntar matinya cepat loh"
"Emang dirimu Tuhan, Ha??!"
"Hahahahah, becandaa Ad becandaa"
Sandy pun berlalu meninggalkan Adelar sendirian di taman itu dan Adelar melanjutkan kembali aktivitas nya membaca buku dengan tenang.
-13.00 Siang, Ruang praktek design-
Sang Dosen memberikan materi menggunakan ppt mengenai pola design gaun bermotif batik khas Bali. Satu persatu Mahasiswa mencoba membuat pola design gaun bermotif Bali tersebut. Sementara Adelar tidak fokus dengan pola designnya dan hanya melihat Aram dibaris depan tepat depan Adelar.
Wajah pucat dan berkeringat membuat Adelar tambah khawatir. Ia gusar dan memutuskan permisi kepada Sang Dosen untuk ke toilet.Sebaliknya Adelar, ia pun langsung merogoh koceknya dan memberikan obat kepada Aram diam diam tanpa ketahuan yang lainnya dan Sang Dosen. Aram sontak terkejut, ia berfikir Adelar ke toilet mengapa tiba tiba ia memberikan obat kepadanya.
Dan lagi lagi, Adelar melihat ke arah Aram untuk memastikan ia sudah meminum obat yang ia berikan.
*****
'Happy Reading'
Yessika Simbolon