Sok polos, tukang bully, dan naif. Kalau ditanya emang ada cewek kayak gitu? Jawabannya ada! Aine namanya. Di anugerahi wajah yang terpahat hampir sempurna membuat tingkat kepercayaan diri gadis itu melampaui batas kesombongannya.

Walau dikenal jomblo abadi di dunia nyata, tapi diam-diam Ai...Read More >>"> Jelek? Siapa takut! (Chapter 13. Satu langkah lebih dekat) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jelek? Siapa takut!
MENU
About Us  

Bus berhenti di sebelah halte, para penumpang dengan rapi naik dan turun bus bergantian. Meski buru-buru karena sebuah pekerjaan, orang-orang tak berebut atau saling dorong.

Memastikan lagi tak ada penumpang yang naik dan turun, kondektur bus memberi kode pada supir agar segera melanjutkan perjalanan.

"Pak, kanan! Pak!"

Teriak gadis dengan rambut di kepang itu menginterupsi seorang supir untuk menghentikan jalannya bus.

Bahkan orang-orang di dalam bus pun ikut sibuk berteriak.

"Berhenti, Pak. Saya bakal telat lima menit lagi!"

"Duh kasihan banget kamu, Mama kamu dimana, sih? Bisa-bisanya kamu ketinggalan di sini."

"Yah Pak, mahal amat ongkosnya. Saya 'kan anak sekolahan!"

Elea hanya diam menyaksikan. Sudah biasa dengan beragam fenomena yang terjadi di angkutan umum. Sementara itu matanya tidak bisa di ajak kompromi sekarang, karna ia sangat mengantuk sekali.

Bus pun berhenti, meski sudah agak jauh dari halte sekolah.

Elea bergegas turun masih dengan rasa kantuknya, membuatnya tak memperhatikan jalannya sendiri. Ia tersandung kakinya sendiri saat turun bus, membuat nya terjatuh mengenaskan.

Kemudian, bus pun berlalu.

"Aduh makanya hati-hati! Mata udah empat aja masih jatoh gitu. Jalan tuh mbok ya liat-liat!" teriak kondektur bus itu bisa-bisanya, padahal bis sudah berlalu.

"Yah kotor," keluh Elea. Ia meringis kecil saat merasakan perih di lutut dan sikunya sebab di gunakan untuk menopang tubuhnya saat ini yang terantuk kerasnya jalanan.

Hendak berdiri memperbaiki posisinya, tapi sepasang kaki beralaskan sepatu vans buluk mendekat tepat saat sebuah tangan terulur padanya.

Sejenak Elea tertegun, mengerjapkan mata dua kali. Kejadian ini seperti drama-drama korea yang dia tonton saja.

"Ck lama!"

"Eh-eh-" kaget Elea karna laki-laki yang ternyata Galang itu tanpa di duga langsung membantunya berdiri dengan meraih bahu nya.

Penampilan cowok itu pagi ini sedikit berbeda dari biasanya. Apa ya? Dia terlihat lebih rapi. Bahkan rambut nya licin sempurna. Tak lupa dengan wangi harum yang melekat di tubuh gagah nya.

"Kalau lo masih gak bangun, orang gak bisa bedain mana orang mana jalanan. Mata udah empat juga masih gak bisa liat jalan. Dasar cewek aneh!"

Baiklah, hari ini sudah ada dua orang yang memaki mata empat-nya.

Ya, penampilan boleh berubah. Tapi kepedasan mulut si cabe man itu tetap lah sama.

Saat Elea membuka mulutnya ingin mengucapkan terimakasih, sayangnya Galang langsung melenggang berlari dari hadapannya.

Meninggalkan Elea yang hanya bisa tercengang di tempatnya berdiri karna Galang tak hanya pergi begitu saja, namun meningalkan dua buah hansaplast yang cowok itu taruh di sisi kanan tas nya yang sering Elea taruh tempat botol minum.

"Dia... ternyata diam-diam punya sisi perhatian juga," gumam Elea sambil menggigit bibir bawahnya gemas akan kelakuan tak terduga si kapten futsal.

Sebaiknya dia cepat berlari karna satpam sekolah sudah terlihat perlahan menutup pagar. Gadis itu pun berlari tergopoh-gopoh dengan sesekali meringis sakit menahan perih di lutut nya. Beruntung hari ini dewi fortuna masih berpihak padanya. Tapi sepertinya keberuntungannya hari ini sudah habis.

"Elea!"

"Hah?" gadis itu tersentak kaget saat mendengar panggilan dari guru yang mengajar di depan kelas.

"Iya, Bu?"

"Mana orangnya? Dari tadi saya panggil gak nyahut-nyahut. Kamu itu suka melamun di kelas! Perhatikan yang di depan!" sembur Guru perempuan bertubuh gempal itu.

Elea hanya tersenyum canggung. Harusnya saat mendengar nama, ia tidak melamun seperti tadi. Tadi Elea memang melamun, melamunkan Agantara, sosok kakak kelas yang dari dulu memang mengejarnya. 

"I-iya Bu saya minta maaf," jawabnya menunduk takut. 

"Yasudah kamu pergi ke wc dulu, bersihkan wajah kamu yang sepertinya banyak debu yang menempel itu," tutur sang Guru yang lebih mirip sebuah celaan yang membuat seisi kelas menertawainya.

Di bawah meja, tangannya memilin rok gugup. Mati-matian Elea mengatur nafasnya agar terlihat normal. Perasaan gugup, cemas, takut adalah perasaan yang paling ia benci karna saat itu pasti dia tengah berada di tengah-tengah lingkaran yang di sekililingnya terisi tawa penuh makna dari mereka.

"Iya Bu."

Hanya itu kata yang mampu keluar dari bibirnya.

"Dari tadi iya-iya saja. Cepat keluar!" teriak Guru itu marah. 

Hufft. Tenang Elea. Bukankah ini sudah sangat biasa terjadi padamu? Lalu kenapa harus capek-capek mengeluarkan air mata lagi?

******

Menuruni tangga dengan senyum yang tidak pernah lepas adalah sesuatu yang sudah melekat pada Aine. Senyum yang terus menerus terpancar dari bibirnya yang pink cerah. Senyumnya yang membuat semua orang menatap kagum ketika melihat sang primadona sekolah. 

Dengan langkah penuh percaya diri, dia menghampiri meja dimana Aga dan teman sekawan nya tengah mengisi perut dengan di selingi canda tawa dari mereka.

Salah satu dari mereka bersiul menggoda gadis itu dengan tatapan lapar. Beberapa di antaranya cukup senyum-senyum saja, tentu dengan mata yang melempar kode satu sama lain.

"Hai Ga," sapa nya menampilkan senyum se-manis mungkin.

Aine sadar betul jika saat ini ia tengah menjadi pusat perhatian karna dia menghampiri seorang cowok lebih dulu.

Ini Aine lho. Seharusnya laki-laki yang harus ber- effort menemui nya.

"Aduh di sapa Hai Ga. Kapan ya gue di sapa Neng Aine juga?" celetuk Andra, yang mendapat geplakan keras di kepalanya dari Genan.

Genan melirik Aga yang tampak tak peduli dengan keberadaan Aine padahal berdiri tepat di samping nya. Genan tau kalau Aga hanya pura-pura fokus pada layar ponsel nya.

"Mau ngasih itu buat Aga ya?" tanya Genan se-sopan mungkin agar tidak menyakiti hati gadis itu.

Ya, Genan sudah mengetahui semuanya setelah penjelasan yang di berikan oleh Agantara sore itu di rooftop.

Percayalah, sebenarnya Genan sedang tidak baik-baik aja saat ini. Ia hanya berusaha tegar menerima fakta bahwa yang beberapa waktu belakangan ini ternyata bukan sahabat nya yang asli.

Dan Aine, gadis berparas dewi itu mulai sekarang adalah gadis yang harus ia lindungi demi janji nya pada sahabatnya.

Genan berjanji akan menyingkirkan siapapun yang mencoba untuk mengambil hati Aine. Apapun caranya, dan bagaimanapun caranya, hati primadona sekolah harus milik sang sahabat.

"Iya. Tapi kayaknya Aga udah makan ya?" ia menampilkan wajah sedih. Berharap Aga mau mengambil kotak makan yang tersodor di depannya.

"Tuh tau," sahut laki-laki itu seperti biasa singkat.

"Enggak, Aga bohong Ai. Dia belum makan. Mangkok yang di depannya itu mangkok gue tadi," timpal Genan yang langsung membuka wadah makan yang di berikan Aine tadi.

Dalam hati, Aga sudah was-was akan apa yang sahabat kembarannya itu lakukan. Ia menatap sinis Genan.

"Nih Ga makan cepet. Enak ini pasti. Buatan lo 'kan Ai?"

Aine mengangguk semangat. Itu memang masakannya sendiri. Aine rela belajar masak malam-malam, lalu bangun subuh-subuh demi membuat bekel untuk cowok yang sekarang tengah ia berusaha taklukkan.

"Tuh. Udah cantik, pinter masak lagi. Cepet buka mulutnya aaaaa." Genan memaksa Aga untuk membuka mulutnya.

"Apaan sih Gen? Gue udah makan gila," ucap Aga kesal, tapi mau tak mau mengunyah sesendok nasi yang terlanjur Genan suap ke mulutnya.

Badjingan! Orang udah kenyang, malah di paksa makan.

Sementara Aine yang melihat itu tersenyum senang karna meski harus penuh keterpaksaan, tapi tetap saja Aga akhirnya mencicip makanan nya.

Namun ekspresi senang nya tergantikan dengan kebingungan karna kening Aga tiba-tiba mengkerut dalam.

"Lo gak ada niatan ngeracunin gue 'kan?" Aine menggeleng cepat.

"Kenapa? Gak enak ya?" tanyanya cemas. Tapi kalau pun nasi goreng itu keasinan atau kemanisan, pasti Aga sudah melepeh kan nya. Toh itu sudah suapan ke lima dari Genan.

"Katanya tadi kenyang!" sindir Andra cekikikan bersama yang lain.

"Tauu nih, kenyang apa doyan Mas?" imbuh Genan menaikkan bibir atas nya memandang Aga datar. Dia bahkan tak di bolehkan lelaki itu untuk mencicip nasi goreng Aine. Dasar serakah!

"Kalau lo suka, gue bisa kok masakin tiap hari Ga," kata Aine dengan senang hati.

"Gak usah. Masakan lo gak enak," tolaknya ketus.

Plak

Satu tamparan keras mendarat di pipi nya dari Genan.

"Gak enak lo bilang ha?! Ini kotak udah kosong begini, gak ada sisa nasi sebiji pun lo bilang gak enak?!" tuturnya emosi.

Genan mengusap dada sabar, "Lo kalau mau bohong minimal belajar dulu lah Ga sama gue," sambungnya berdecak sebal bukan main.

"Hahaha gak pa-pa. Yaudah kalau gitu gue balik dulu ya," pamit Aine sesudah menutup wadah kotak makan nya kembali.

Teringat akan satu hal, dia berbalik badan.

Kedua alis Aga naik ke atas. Pandangan keduanya bertubrukan, "Apa?" tanya Aga tanpa suara.

"Eum susu cokelat kemarin-"

Sebelum ia menyelesaikan ucapannya, Genan langsung memotong.

"Ah iya dong. Udah gue kasih ke Aga dan di minumnya. Kurang malah. Aga suka banget sama susu cokelat. Ya 'kan Ga?"

Aine beralih pada Aga yang mengangguk singkat.

"Hm."

"Oh bagus deh hehehe kirain di buang. Oke kalau gitu, duluan ya."

Setelah Aine tak terlihat lagi di kantin, Aga berdiri menarik kerah baju Genan yang nyengir kuda.

"Setan ya lo Gen. Pertama, lo buat perut gue hampir meledak gara-gara lo paksa makan makanan dia. Kedua, lo injek sepatu gue buat bohong ke Aine kalau gue minum tuh susu. Nanti abis ini apaan lagi ha?!" seru nya menatap nyalang Genan.

"Yaelah Ga santai aja kali."

Aga melepaskan cengkraman tangannya.

Ia berdekham pelan, "Denger Gen. Gue tau lo ngelakuin itu demi Aine gak benci gue, ralat Agi."

"Nah itu lo paham. Tugas lo cuma harus memerankan peran sebagai Agintara di sini," ujar Genan lempeng, menganggap gampang segalanya.

"Gue gak mau."

"Kenapa? Karna takut Elea cemburu dan ngejauhin lo?" Genan bertanya tegas.

"Lo salah, gu-"

"Udahlah Ga. Lo gak kasian sama kembaran lo sendiri apa? Setidaknya waktu dia bangun nanti dia tinggal nerima fakta kalau Aine udah jatuh cinta sama dia," lontar Genan, sebelum bibirnya terkunci rapat karna ucapan Aga.

"Bukan jatuh cinta sama gue?"

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Dunia Tanpa Gadget
7848      2336     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
Seharap
4418      1966     0     
Inspirational
Tisha tidak pernah menyangka, keberaniannya menyanggupi tantangan dari sang kakak untuk mendekati seorang pengunjung setia perpustakaan akan menyeretnya pada sebuah hubungan yang meresahkan. Segala kepasifan dan keteraturan Tisha terusik. Dia yang terbiasa menyendiri dalam sepi harus terlibat berbagai aktivitas sosial yang selama ini sangat dihindari. Akankah Tisha bisa melepaskan diri dan ...
Unlosing You
264      175     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?
The Skylarked Fate
4097      1508     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
542      421     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
3702      1080     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
AUNTUMN GARDENIA
99      87     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
DI ANTARA DOEA HATI
703      343     1     
Romance
Setelah peristiwa penembakan yang menewaskan Sang mantan kekasih, membuat Kanaya Larasati diliputi kecemasan. Bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya. "Siapapun yang akan menjadi pasanganmu akan berakgir tragis," ucap seorang cenayang. Hal tersebut membuat sahabat kecilnya Reyhan, seorang perwira tinggi Angkatan Darat begitu mengkhawatirkannya. Dia berencana untuk menikahi gadis itu. Disaa...
Rembulan
645      342     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
A.P.I (A Perfect Imaginer)
81      69     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.