Sok polos, tukang bully, dan naif. Kalau ditanya emang ada cewek kayak gitu? Jawabannya ada! Aine namanya. Di anugerahi wajah yang terpahat hampir sempurna membuat tingkat kepercayaan diri gadis itu melampaui batas kesombongannya.

Walau dikenal jomblo abadi di dunia nyata, tapi diam-diam Ai...Read More >>"> Jelek? Siapa takut! (Chapter 14. Drama sang primadona) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jelek? Siapa takut!
MENU
About Us  

Aine berjalan menelusuri komplek perumahan menuju indomaret yang letaknya berada di luar komplek perumahannya, itu sebabnya indomaret itu lumayan jauh dari rumahnya.

Sesekali kepalanya mengangguk-angguk menikmati musik yang dia dengar, sesekali juga dia bernyanyi tidak jelas karena tidak tau lirik dari lagu itu.

Abay memang sudah menawarkan untuk menghantar nya saja, tapi ia tolak dengan dalih sengaja ingin menikmati udara angin segar malam-malam.

Sesampainya di perbelanjaan, Aine masuk dengan senyum di bibirnya. Mematikan musik dan berjalan menelusuri berbagai makanan, mulai dari chiki-chiki sampai jejeran pop-mie dengan berbagai varian rasa.

"Rasa suka ke Aga ada gak ya?" ia terkekeh geli menyadari ucapannya itu.

Mata Aine berbinar ketika melihat benda favoritnya. Ia mengulum senyum dan tanpa ragu mengambil beberapa bungkus rokok ke dalam keranjang.

"Rokok mulu."

Sial. Ia hampir melemparkan keranjang yang ada di tangannya karna seseorang tiba-tiba ada di belakangnya.

"Ngapain lo disini?" tanyanya mendengus kesal melihat Galang yang langsung mengambil rokok yang Aine taruh di ranjang tadi.

"Kurangin bego nyentuh ni benda. Gak sayang bibir apa ya," ucap nya lalu menaruh rokok itu kembali ke tempatnya.

Galang tak menjawab pertanyaannya.

Aine jelas tidak terima, dia ingin meraihnya kembali, namun sayang tangan Galang mencengkram lengannya erat.

"Jangan ambil kalau lo masih berharap pulang dengan jari tangan utuh," ancam nya tak main-main.

"Apaansih? Ck! Lepas gak tangan gue? Sengaja ya mau pegang lama-lama tangan mulus gue?" Aine tersenyum jahil dengan kedua alis yang naik turun.

"Dih najis," cibir Galang.

Ia memperhatikan penampilan Aine dari atas sampai bawah, "Sok-sok an belanja di indomaret. Mang situ bawa duit?" tanyanya remeh. Tidak, lebih tepatnya mengejek.

Pasti Galang mencoba untuk membawanya ke kejadian tempo hari dimana ia yang lupa membawa uang di toko buku.

"Enak aja! Nih duit gue banyak ya!" ujar Aine seraya mengeluarkan beberapa lembar uang merah dari dompet nya.

"Yaudah kalau gitu. Ayo!" ajak Galang yang membuat nya bingung.

"Ayo kemana sih tai?!" kesal Aine. Kenapa setiap kali berhadapan dengan cowok ini, emosi nya selalu tidak bisa di kontrol?

Dan, kenapa juga Galang secara tidak sengaja berbelanja di tempat yang sama dengannya?

Yang bilang ini pertanda jodoh, Aine geplak ya!

Galang rupanya menggeret Aine ke depan kasir dan meletakkan semua barang belanjannya, "Belanja nya di samain aja. Nih cewek yang bayar Mbak," ucap Galang lempeng tanpa dosa. Sedangkan disampingnya Aine mangap lebar. Tunggu, apa dia tidak salah dengar?

"Lo-"

"Apa?" tantang Galang menaikkan dagunya, "Lupa kalau masih punya utang ke gue?" astaga naga. Aine sampai tepuk jidat dengan kemeditan yang di miliki pria ini.

"Oke-oke gue bayar," jawab nya pasrah.

Baiklah, dia mengalah kali ini. Catat! Hanya untuk kali ini aja.

Kasir wanita itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat dua sejoli yang sepertinya tengah bertengkar itu. Ada-ada saja pikirnya.

"Mas yang modal dikit, dong. Masa cewek yang bayarin," celetuk kasir itu yang sedari tadi mulutnya terasa gatal untuk tidak nimbrung.

Sontak saja Galang melihatnya sinis, "Eh Mbak, situ tau apa? Udah, itung aja nih belanjaan. Gak usah ikut campur bisa 'kan?" sembur nya.

Dalam hati, kasir tersebut merutuki Galang yang ganteng-ganteng medit! Amit-amit punya pacar seperti dia.

"Udah Mbak gak pa-pa. Saya emang ada utang sama ni cowok lambe. Lain kali kalau dia ke indomaret sini lagi, usir aja ya Mbak?" lontar Aine malas sembari mengangkut plastik besar belanjaannya.

Kasir tersebut hanya bisa ketawa ringan dengan perlakuan dua sejoli muda itu.

"Enak aja. Woy tunggu dulu!!" teriak Galang yang di hiraukan Aine.

"Mbak cepet dong bungkus nya elah lelet bener kayak siput," gerutu Galang karna dia tidak mau kehilangan kesempatan untuk menjahili Aine lagi malam ini.

"Udah Mbak biar saya aja yang bungkus." Galang pun mengambil alih barang belanjaannya dan memasukkan nya dengan tergesa-gesa.

"Kayaknya saya lebih cocok berdiri di situ dari pada Mbak," cibir Galang masih sempat-sempatnya sebelum mengejar Aine yang sudah berjalan jauh.

Aine melirik laki-laki yang tampaknya bersusah payah mensejajarkan langkahnya dengannya karna Galang mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
"Gila lo. Gue hampir bengek anjir. Jadi cewek tega amat. Apa susah nya sih tunggu gue dulu?!" omel lelaki itu.

Mata Aine memutar, "Lo tuh yang gila! Udah tau gue mau pulang, ngapain coba di buntutin?!" decaknya berkacak pinggang.

Ya, mereka berdua sekarang tengah berdiri di depan pagar rumah Aine.

"Oh jadi ini rumah lo ya?"

"Hm. Terus lo mau apa?" tanya Aine menyipitkan mata penuh curiga pada Galang. Terlebih dengan senyum miring menyebalkan yang tercetak jelas di wajah tengil nya.

"Mau masuk dong, aus," kata Galang sengaja melemahkan suara.

"Enggak!" tolak Aine menggeleng tegas. Apa kata Ayah-Bunda nya malam-malam begini bawa cowok kerumah?

"Boleh dong. Sekalian kenalan sama bokap nyokap lo," ucap nya keukeh.

"Gue bilang enggak ya enggak! Udah deh pergi sana. Inget ya! Urusan kita udah selesai. Semua utang piutang udah kelar 'kan? Jadi hustt sana. Gue mau istirahat. Bye cabe man!"

Tanpa menunggu balasan Galang, Aine berlari masuk ke dalam rumah, tak lupa mengunci pagar rapat-rapat.

Ia sempat mengintip dari balik celah pagar melihat Galang yang ternyata masih stay di sana.

Tunggu. Aine merasa seperti dejavu saja.

"Aga?" lirih nya. Ya, dia pernah dihantar cowok itu pulang kerumah bukan? Lalu setelahnya, ia bersikap bertolak belakang pada Aine.

"Apa Aga selamat pulang dari sini?" Aine menggeleng cepat-cepat. Tangannya memukul pelan kepalanya yang isi nya ngaco saja.

"Gue mikir apaansih?! Udah jelas lah Aga selamat. Orang dia sekolah kayak biasanya," gumam gadis itu, kemudian berlalu masuk ke rumah.

*****

Mobil Civic berwarna hitam mengkilat milik Abay memasuki parkiran sekolah, membuat para murid yang parkir di situ memekik kan suaranya karna kedatangan murid baru yang dalam waktu seminggu ini sudah famous.

'Aww Abayyy'

'Gila ya, dia ganteng banget parah'

'Paket komplit lagi! Udah kayak martabak.'

'Yaamplop gue udah cantik belum nih'

Namun saat seorang gadis cantik keluar dari mobil Abay, para siswi yang tadi hanya memekik sekarang langsung berteriak histeris. Begitu juga kaum adam. Bahkan sampai ada yang ngences melihat betapa mengangumkannya paras Aine.

'Astaga Aine cantik banget.'

'Yahh mundur-mundur. Saingannya primadona sekolah euy.'

'Mereka sepupuan kali. Orang muka nya aja mirip. Pantes sih sama-sama bening gitu.'

'Andai gue disitu, pasti gue udah bangga banget gak masang muka malu di depan si ganteng Agantara.'

'Enggak lah. Galang tetap pemenangnya!'

'Ogah! Mulut cabe'

"Yang suka sama lo juga siapa? Muka kayak terasi aja berani banget gak pake masker. Apa? Mau ngatain mulut gue kayak cabe lagi?" sembur Galang, orang yang dua gadis itu gosipkan tadi.

"Kancing rok lo tuh naikin dulu. Gosipin orang aja tau nya!'

Aine hanya bisa menahan tawa saja melihat pemandangan yang terjadi tak jauh dari tempat nya berdiri.

Galang sempat melihat nya, namun laki-laki langsung membuang wajah kembali.

Selalu seperti ini. Setiap ada Abay di sisinya, pasti Galang akan bersikap seolah tak mengenal nya.

"Lo belum apa-apa udah pemes aja di sekolah Bay," kata Aine takjub.

Tapi Abay tetap lah Abay yang bodo amat dengan orang-orang yang menurut nya kuker.

"Gak peduli gue. Tugas gue di sekolah cuma belajar dan ngelindungin lo-"

"Tapi gue bukan anak kecil bego! Gue gak mau ya lo buntutin terus," ujar Aine mengancam.

"Lo tetap anak kecil di mata gue, Ai. Lo kira gue gak tau kalau semalem lo pergi sama Galang? Bagus ya lo. Semakin di larang, semakin di langgar. Udah gue per-"

"Gue cuma gak sengaja ketemu di indomaret Bay. Kenapa sih sensi amat? Heran deh. Udah lah gue mau ke kelas aja. Bye!"

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Dunia Tanpa Gadget
7848      2336     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
Seharap
4418      1966     0     
Inspirational
Tisha tidak pernah menyangka, keberaniannya menyanggupi tantangan dari sang kakak untuk mendekati seorang pengunjung setia perpustakaan akan menyeretnya pada sebuah hubungan yang meresahkan. Segala kepasifan dan keteraturan Tisha terusik. Dia yang terbiasa menyendiri dalam sepi harus terlibat berbagai aktivitas sosial yang selama ini sangat dihindari. Akankah Tisha bisa melepaskan diri dan ...
Unlosing You
264      175     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?
The Skylarked Fate
4097      1508     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
542      421     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
3702      1080     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
AUNTUMN GARDENIA
99      87     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
DI ANTARA DOEA HATI
703      343     1     
Romance
Setelah peristiwa penembakan yang menewaskan Sang mantan kekasih, membuat Kanaya Larasati diliputi kecemasan. Bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya. "Siapapun yang akan menjadi pasanganmu akan berakgir tragis," ucap seorang cenayang. Hal tersebut membuat sahabat kecilnya Reyhan, seorang perwira tinggi Angkatan Darat begitu mengkhawatirkannya. Dia berencana untuk menikahi gadis itu. Disaa...
Rembulan
645      342     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
A.P.I (A Perfect Imaginer)
81      69     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.