"Jadi Ai, bisa lo jelasin ke kita ada hubungan apa lo sama Galang?"
Aine menatap Kaia dan Puyu secara bergantian dengan tatapan malas sekali. Entah sudah berapa kali ia menghembuskan nafas kasar hari ini. Kenapa sih dia harus di hadapkan dengan dua orang gadis dengan sejuta ke-kepoan yang melekat di diri mereka?
"Gak ada hubungan apa-apa. Kalian juga kenapa gampang percaya sama berita recehan kayak gitu, sih? Jelas-jelas foto itu cuma editan," ujar Aine gamblang.
Kaia yang awalnya fokus pada ponsel, kini memandang Aine tak percaya, "Lo gila? Foto seromantis ini lo bilang editan? Udah jelas ini lo sama Galang. Masih mau ngelak juga?" sinis Kaia.
"Gimana Kai? Udah di bales?" tanya Puyu penasaran.
"Belum," jawab Kaia lesu.
"Bales apaan?" timpal Aine bertanya.
"Kaia suka sama Genan dari kelas sepuluh. Tapi sampe kita mau cabut dari ni sekolah aja, gak ada tanda-tanda balasan dari cowok playboy itu. Lo gak mungkin gak tau Genan 'kan?"
Aine mengangguk. Iya-iyalah dia tau Genan. Orang tadi baru saja mereka mengobrol di kantin. Kira-kira gimana ya reaksi Kaia kalau tau cowok yang ia suka itu pernah confees padanya?
Pantas saja setiap kali mereka bertiga jalan, dan tak sengaja berpapasan dengan Genan and the gank, pasti gerak gerik Kaia langsung berubah caper.
Wajah Kaia yang biasanya ceria, kini murung, "Apa gue ini jelek banget ya sampe Genan gak pernah ngelirik gue?" tunduknya lemah.
"Semua cewek itu cantik tau Kai," celetuk Puyu sambil mengusap-usap pundak Kaia.
Aine? Tidak. Dia malas sekali memberi pengakuan pada orang-orang dalam hal apapun itu. Lagi pula, Kaia dan Puyu pun belum tentu berteman dengannya tulus.
"Ya gak Ai?" tanya Puyu.
Aine mengulas senyum terpaksa, "Ya Kai. Yang di bilang Puyu itu bener. Gak ada cewek jelek di dunia ini. Semuanya cantik kok dengan cara masing-masing."
Prettt. Boleh kah Aine muntah sekarang? Faktanya antara si cantik dan si jelek jelas ada!
"Coba aja gue punya muka secantik lo, Ai, pasti Genan gak akan mikir dua kali buat nerima gue jadi pacarnya dia," ucap Kaia pasrah.
Padahal Genan itu terkenal sering memainkan hati perempuan, tapi kenapa Kaia masih saja berharap pada cowok itu? Apa Kaia ingin juga hatinya di mainkan?
Seandainya Kaia dan Puyu tau bagaimana penolakan kasar yang selalu Aga berikan untuknya, pasti Kaia tak akan berucap seperti itu.
"Gak juga, Kai. Kadang cantik itu bisa jadi boomeerang buat hidup kita."
Kali ini Puyu menimpali, "Tapi katanya, delapan puluh persen dari masalah hidup kita bisa dengan gampang terselesaikan kalau kita goodlooking."
Aine menahan diri untuk tidak berteriak mengiyakan perkataan Puyu. Menjadi cantik memang menyenangkan sekali.
"Gak juga, ah. Udah Kai, gak usah sedih lagi. Kalau lo mau, gue bisa kok bantu lo buat deketin Genan," ujar Aine.
"Lo seriusan?" Kaia bertanya dengan matanya yang berbinar-binar.
"Iya."
"Tapi kalau dia malah suka sama lo gimana? Lo 'kan cantik."
Emang udah suka!
Aine mengulum senyumnya, "Enggak lah. Gue yakin tipe Genan itu bukan yang kayak gue," tuturnya. Kalimatnya itu hanya menjadi kalimat penenang Kaia saja.
"Gimana caranya tapi?"
"Lo tenang aja. Seperti kata Puyu tadi, semua masalah orang cantik bisa terselesaikan dengan cepat," jawab nya penuh arogan.
Sayangnya, Kaia dan Puyu tidak pernah menganggap hal itu sebuah kesombongan. Bagi keduanya, Aine hanya bicara tentang fakta.
*****
Aine duduk bersila di ranjang memainkan ponselnya. Sekotak susu cokelat buatan Bunda nangkring manis di pangkuannya.
Seperti kebiasannya di setiap malam, ia sellau membuka akun media social yang ia miliki seperti Facebook, Line, Twitter, Whatsapp, BBM, dan Instagram yang ia miliki.
Teman setia jomblowan dan jomblowati adalah media sosial yang bisa di gunakan untuk mencari gebetan.
Seperti Aine yang dulunya berselancar di dunia roleplayer, sampai akhirnya bertemu dengan Pasha dan berpacaran dengannya lewat ponsel yang anehnya bisa langgeng sampai detik ini.
Fyi Rp atau yang biasa di kenal dengan Roleplayer adalah permainan yang di lakukan secara virtual melalui media sosial dengan menirukan idola baik K-Pop atau artis lain dalam segi sikap, cara bicara, hingga detail aktivitas keseharian.
Pemain RP harus bisa berperan secada virtual melalui teks tanpa mengungkap jati diri sebenarnya.
Permainan ini sebenarnya tidak berbeda dengan permainan peran atau berakting bersama teman-teman ketika kita kecil dahulu. Bedanya anak-anak remaja sekarang memainkan RP lewat aplikasi di dalam gadget mereka. Termasuk Aine.
Aine jengah dengan setiap laki-laki yang ia temui di dunia nyata yang semuanya nampak membosankan dan mata keranjang. Aine ingin mencoba hal baru, yang sial nya awal nya hanya coba-coba, eh malah keterusan.
Ratusan notifikasi masuk ke ponselnya, membuat jari-jemari Aine dengan lincah mulai berselancar di layar ponsel.
Ia memposting foto cantik dengan caption memuakkan, tak lupa membalas komentar-komentar positif maupun negatif di kolom sosial media miliknya.
Satu akun fake mencuri perhatian Aine yang lagi asyik membaca komentar-komentar orang.
Akun dengan nama @hateaine itu memang sering sekali memberi komentar atau pesan-pesan yang isi nya kebanyakan ujaran kebencian pada Aine. Bahkan akun tersebut tampak membalas komentar para fans Aine yang tentu sigap membela sang idola.
Baru saja jari nya terarah untuk men- stalk siapa dalang di balik akun bodong itu, sang pacar akhirnya menepati janji untuk menelfon malam ini.
Tanpa banyak berpikir lagi, Aine langsung menekan tombol hijau itu dan merubah posisi nya jadi tengkurap di kasur.
"Sayang, belum tidur?"
Aine menggigit jari-jarinya gemas sekaligus salah tingkah mendengar suara Pasha yang selalu berhasil membuat nya melayang.
Apa ya? Tipikal suara yang telfonable sekali. Membayangkan mengobrol secara langsung di dunia nyata membuat bibir Aine tak berhenti berkedut.
"Belum dong hehehe. Kamu dari mana aja?" tanya Aine setelah menetralkan suaranya.
"Kamu nungguin telfon aku dari tadi, ya pasti? Maaf ya, aku ketiduran tadi," ucap Pasha jujur, terdengar dari suara nya yang serak-serak basah khas orang baru bangun tidur.
"Iya gakpa-pa. Kamu capek banget ya hari ini?" Pasha hanya menjawab 'huum' saja.
"Ututu sayang nya aku. Yaudah kalau gitu lanjut tidur gih. Aku gak mau ya kamu sakit. Kalau aku ada di sana pasti kamu udah aku marahin terus karna selalu ilang-ilangan," omel Aine ngambek yang membuat Pasha terkekeh ringan di seberang sana.
Pasti menggemaskan sekali ekspresi wajah Aine yang lagi ngambek sekarang. Pikir Pasha.
"Hahaha cie ngambek. Besok aku ada kejutan buat kami Ai," kata Pasha semangat.
Aine yang mendengarnya pun langsung merubah posisi jadi duduk. Ah, dia selalu antusias menunggu hadiah apa yang pacarnya itu kirimkan.
"Ih apaa?" tanya Aine penasaran.
"Kalau aku kasih tau sekarang, bukan kejutan namanya cantik nya Pashaa," greget Pasha membalas.
"Eum iya sih. Kan kalau kejutan nya itu kamu yang tiba-tiba hadir di depan rumah aku kan gak mungkin banget ya hehehe," sindir Aine yang merupakan kode keras untuk Pasha.
Suasana bahagia di hatinya tadi dalam seperkian detik jadi sedih. Aine memang gampang sekali moodswing. Kadang Pasha sendiri sampai kewalahan karna tak mengerti mau nya gadis itu apa.
Perkara kangen pun harus berantem dulu. Padahal apa salah nya 'kan langsung berkata jujur saja kalau dia kangen?
Kenapa para wanita sering sekali meribetkan hal-hal yang sebenarnya sangat sederhana untuk di ungkapkan?
Sederhana ndasmu! Gengsi euy. Ya gak girls?
"Bukan gak mungkin sayang. Tapi belum bisa. Aku janji nanti pasti ada waktunya kita berdua ketemu."
Hanya kata nanti yang bisa Pasha janjikan pada Aine saat ini. Dia tau pasti Aine sudah jengah mendengar nya. Tapi gimana lagi? Pasha tidak punya pilihan atau janji lain.
Suara Aine terdengar parau sekarang, "Aku gak ada niatan apapun untuk nuntut kamu. Tapi aku juga mau ngelakuin hal-hal yang cuma bisa di lakuin kalau ketemu langsung."
Ya. Aine ingat sekali kata-kata dari Abay tempo lalu.
"Aku mau motoran keliling kota sama kamu, aku pingin kulineran sama kamu di alun-alun kota, aku pingin cerita tentang hari-hari aku sama kamu secara langsung."
Percayalah, kalau sudah seperti ini, hati Pasha ikut berdenyut sakit. Ia merasa gagal menjadi pacar yang baik untuk gadis nya.
Di tempatnya, Pasha mengacak rambutnya kasar.
"Tapi keinginan sederhana aku pun untuk ngobrol sama kamu aja, itu gak terkabul. Kamu ngerti 'kan maksud aku?" sederhana kedengarannya, tapi susah sekali untuk mereka yang mempunyai hubungan LDR alias Long Distance Relationship.
"Sayang, udah nangisnya?"
Aine mengangguk, meski Pasha tak akan melihat, "Iya udah."
Pasha memang seperti itu. Alih-alih memohon agar Aine tidak menangis, dia justru akan bertanya 'Sayang, udah nangisnya?'
Sebaliknya jika Aine marah, dia akan bertanya, 'Sayang, udah marahnya?' itu yang membuat Aine susah sekali melepaskan Pasha. Laki-laki itu tau betul apa yang ia inginkan. Karna sejatinya manusia itu hanya ingin di dengarkan saja bukan?
"Ai, aku gak tau seberapa muak nya kamu dengerin ini. Tapi tolong, jangan menyerah sama hubungan ini ya? Tunggu aku Ai. Aku pasti akan kembali ke kamu. Aku akan hadir di kehidupan nyata kamu," pinta Pasha untuk kesekian kalinya.
Kalau dulu Aine akan menjawab iya, tapi sekarang? Entahlah, rasanya bibir nya berat sekali untuk mengucapkan tiga huruf itu.
Dengan hadirnya Aga yang tidak pernah di duga, lalu ada Galang yang datang dengan membawa sejuta misteri, membuat Aine jadi ragu untuk mempertahankan hubungan yang bisa di bilang tidak jelas ini.
Aine lebih suka dengan tantangan yang nyata dan menaklukkan Aga adalah misi nya saat ini. Tak lupa mencari tau siapa Galang sebenarnya.
"Tapi, apa kamu bisa mastiin kalau penantian ku itu gak akan sia-sia?"