Read More >>"> Nyanyian Burung di Ufuk Senja (13. Tak Lagi Sama) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Nyanyian Burung di Ufuk Senja
MENU
About Us  

Kehidupan kampus di semester lima kali ini tak lagi sama. Aku sudah tidak aktif majalah dan jurnal. Hanya mengikuti kajian rutin yang diadakan oleh LDK dan sesekali mengikuti kegiatan di Komunitas Sastra. Itu pun lebih sering tidak hadir. Sebisa mungkin aku menghindari Bagas. Walau tidak bisa dipungkiri, kami masih sering bertatap muka di koridor gedung.

Jika kalian bertanya soal perasaanku kepadanya? Sampai detik ini aku masih berusaha membersihkan sisa-sisanya. Namun lebih sulit dari yang kubayangkan. Perasaan yang selalu menghantuiku, menggerogoti jiwa dan pikiran. Beginilah perempuan, hanya bisa memendam perasaan dan menjadikannya rahasia antara dia dengan Tuhannya. 

"Kak, menurut Kakak kalau kita punya perasaan terhadap lelaki, memangnya harus disampaikan supaya nggak menghantui seumur hidup kita?" tanyaku kepada Kak Salsa ketika kami sedang menonton teve di ruang tengah.

"Ya nggak juga, Ma. Lebih baik kita menjaga perasaan itu. Seorang muslimah seharusnya bisa mengontrolnya. Itu hanya dorongan nafsu, Ma. Lebih baik kita curahkan sama Allah dan berdoa yang terbaik. Allah sangat mencintai perempuan yang bisa menjaga kehormatannya. Memangnya kenapa sih nanya itu? Kamu lagi naksir cowok ya?" 

"Iseng aja nanya, Kak."

"Kamu nggak mungkin nanya itu, kalau kamu nggak lagi ngalaminnya. Siapa sih orangnya? Emm... Kakak tahu deh. Cowok pujangga yang pernah nganterin kamu ke sini dulu kan?" 

"Ih, pujangga apaan sih?"

"Nggak usah bohong deh sama Kakak. Kamu kan suka cowok-cowok puitis, romantis gitu. Akun Instagram kamu kan suka nge-like update-an Bagas, kan?"

"Ih, kebiasaan suka stalking akun adeknya! Eh, Kak, tapi Siti Khodijah menyatakan keinginan untuk menikah sama Rasulullah duluan. Berarti cewek boleh dong nyatain duluan."

"Siti Khodijah waktu menyatakan keinginan menikah dengan Rasulullah dalam keadaan udah mapan dan dewasa. Dan yang dilamar itu Rasulullah. Tapi jangan salah, Siti Khodijah juga memintanya lewat perantara. Bukan kayak nyatakan cinta di teve."

Aku menggaruk kepala sembari menyengir lebar. 

***

Aku merasa tak nyaman dengan pemandangan yang berada di hadapanku. Kini ada Bagas dan Bram saling bertatapan tajam. Seperti ada sengatan listrik antara keduanya. Tiba-tiba saja aku dihampiri mereka berdua. Padahal aku sedang bersantai di taman kampus dengan Karin. 

Awalnya Bagas datang menghampiriku. 

"Salsabila, kamu kemarin ngirim chat mau wawancara Pencinta Literasi untuk website kampus, kan?" 

Aku mengernyitkan dahi. Ah, aku baru ingat! "Oh, iya, Gas. Jadi kampus kita mau dimasukin jadi salah satu kampus tujuan untuk beasiswa pemerintah. Jadi mantan kru Majalah Suara Pemuda diminta untuk ngeberesin info tentang komunitas-komunitas di website kampus. Aku sama Karin yang ditunjuk."

"Ya udah, wawancara sekarang aja. Mumpung aku lagi free."

"O—oke."

Hanya selang dua menit, Bram datang dan mengaku dia yang akan mewakili LDK untuk diwawancarai. 

"Bram, kamu diwawancara sama Karin aja ya. Soalnya aku lagi mau wawancara Pencinta Literasi."

"Kenapa Pencinta Literasi harus diwawancara lagi? Kamu kan anggotanya juga. Nggak usahlah. Mending wawancara LDK," protes Bram.

"Aku udah nggak seaktif dulu, Bram. Banyak kegiatan mereka yang aku nggak tahu."

"Baguslah. Lebih baik kamu banyak kajian. Lebih bermanfaat. Daripada bikin puisi nggak jelas."

Bagas hampir menghampiri Bram. Tentu saja aku mencegahnya. Ah, aku kira Bram sudah berubah. Ternyata hanya lapisan luarnya saja.

"Gue tersinggung nih pada ngerebutin Salma. Padahal gue juga ditunjuk sama kampus buat ngeberesin data komunitas," sela Karin.

Akhirnya Bram mengalah dan dia pergi bersama Karin. Sebenarnya jarak kami tidak terlalu jauh. Masih sama-sama duduk di atas rerumputan taman. Dan pastinya aku tidak mau berdua saja dengan Bagas. Apalagi dia tidak terlihat serius menanggapi pertanyaanku.

"Gas, yang serius." Apa-apaan dia? Dia malah menopang kepalanya dengan tangannya dan pandangannya tak lepas dari memandangiku.

Lalu dia tertawa. "Maaf, maaf. Soalnya aku kangen banget ngobrol sama kamu."

"Kalau gitu, aku wawancara Maya aja biar serius."

"Oke, oke! Maaf aku bercanda. Meskipun aku beneran kangen sama kamu. Tapi sekarang aku jamin akan serius." 

Ah, kenapa sih aku harus jatuh cinta sama playboy macam dia?

***

Setahun kemudian.

Karin mengajakku untuk menghadiri acara wisuda di kampus. Kak Bastian menyuruhnya untuk datang. Aku mencium aroma asmara antara keduanya. Terlihat dari sikap Karin yang menggebu-gebu. Dia mengaku hanya reuni sesama kru jurnal. Aku pura-pura mengiakan, meski kutahu bahwa ada maksud terselubung. Mau tak mau aku harus mendukung sahabatku satu-satunya. Semoga Kak Bastian serius dengan Karin, dan segera melamarnya.

Aku melirik buku yang baru kemarin aku beli di toko buku dekat kampus. Aku berencana akan memberikan buku tersebut kepada Kak Adit. Aku bingung, dan takut terlihat aneh jika hanya memberikannya kepadanya. Sebenarnya aku sudah menyediakan tiga batang cokelat untuk dihadiahkan kepada Kak Hendra, Kak Bastian, dan Kak Adit. Namun entah mengapa, aku ingin sekali memberi Kak Adit buku ini. Aku ingin berterima kasih atas semua nasihat yang diberikannya kepadaku. Aku akan beralasan sebagai imbalan novel yang diberikan kepadaku saat acara majalah dulu. Akhirnya aku menyambar buku tersebut dan memasukkannya ke dalam tasku.

Sesampaiku di lobi kampus, Karin melambaikan tangannya. Dia terlihat sangat manis menggunakan gamis berwarna merah muda. Aku tersenyum menghampirinya. Karin terlihat membawa tas yang sepertinya berisi hadiah. Entah apa yang akan dia berikan. Kami berjalan menuju aula kampus, tempat acara wisuda diselenggarakan. 

***

Aku dan Karin menunggu ketiga senior kami usai acara wisuda. Karin sibuk menelepon Kak Bastian supaya segera datang. Tidak lama kemudian Kak Bastian dan Kak Hendra menghampiri kami. Aku memberi mereka cokelat yang sudah kuhias dengan pita berwarna biru. Karin dengan malu-malu memberikan hadiah kepada Kak Bastian. 

"Kok hadiahnya Bastian lebih gede?" protes Kak Hendra kepada Karin.

"Itu tergantung amal perbuatan, Kak."

Kak Bastian tergelak. 

"Salma aja ngasihnya sama ukurannya. Jangan salah kamu. Lebih rajin saya ibadahnya dari Bastian."

Ah, rindu melihat suasana ini rasanya.

"Iya, sama ukurannya. Kak Hendra belum lihat hadiah Salma buat Kak Adit."

Aku yang sedang fokus mencari Kak Adit seketika menegang dan berusaha menutupi hadiah yang kupegang.

"Wah, Salma ternyata ya. Saya sudah mengira kalau kamu bakal membuka hati buat Adit. Saya jadi patah hati." Kak Hendra bergaya menangis dengan dramatis.

Baru saja aku ingin mengelak, Kak Bastian menunjuk ke arah belakangku. "Itu dia si Adit. Dit, sini! Ada Salma sama Karin!" 

Aku menoleh ke arah belakang, terlihat Kak Adit melambaikan tangan dan mengisyaratkan untuk menunggu sebentar. Dia sepertinya sedang sibuk berbicara dengan keluarganya. Aku segera menyiapkan hadiah untuknya. Namun gerakanku terhenti ketika melihat seorang wanita cantik yang juga seangkatan dengannya sedang menghampiri keluarganya. Wanita yang menggunakan toga dan baju wisuda itu bersalaman dan berpelukan dengan kedua orangtua Kak Adit. Aku tahu wanita itu. Sekar namanya. Siapa yang tidak mengenalnya? Bunga kampus yang membuat pria mana pun tergila-gila.

Hatiku tergores. Perih. Pemandangan sekitarku terlihat mengabur. Gawat! Air mata rupanya menggenang di pelupuk kedua mataku. Kenapa aku bereaksi seperti ini?! Kenapa?! 

Aku segera berlari dan hilang di antara kerumunan manusia tanpa mengucapkan sepatah kata kepada mereka bertiga. Aku tidak mau tertangkap basah menangisi yang bukan seharusnya kutangisi. Hatiku berkali-kali merutuki diri ini yang terlalu memercayai bualan Kak Hendra. Berkali-kali ponsel milikku berdering, aku tak mengacuhkannya. Aku terus berjalan menuju stasiun. 

Aku ingin merdeka dari semua lelaki yang membuat hati ini meradang. Seperti halnya Chairil Anwar yang ingin merdeka dengan semua wanita yang menyakitinya. Setelah ini aku akan menulis puisi patah hati dan membakarnya. Lalu kuhempaskan abu itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Under The Moonlight
1515      838     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
Marry
866      408     0     
Fantasy
Orang-orang terdekat menghilang, mimpi yang sama datang berulang-ulang, Marry sempat dibuat berlalu lalang mencari kebenaran. Max yang dikenal sebagai badut gratis sekaligus menambatkan hatinya hanya pada Orwell memberi tahu bahwa sudah saatnya Marry mengetahui sesuatu. Sesuatu tentang dirinya sendiri dan Henry.
Seharap
4988      2105     0     
Inspirational
Tisha tidak pernah menyangka, keberaniannya menyanggupi tantangan dari sang kakak untuk mendekati seorang pengunjung setia perpustakaan akan menyeretnya pada sebuah hubungan yang meresahkan. Segala kepasifan dan keteraturan Tisha terusik. Dia yang terbiasa menyendiri dalam sepi harus terlibat berbagai aktivitas sosial yang selama ini sangat dihindari. Akankah Tisha bisa melepaskan diri dan ...
Premium
Antara Aku Pelangi & Hujan
3049      1181     0     
Romance
Zayn bertemu dengan seorang gadis yang sedang menangis di tengah derasnya hujan dan tanpa sadar Zayn tertarik dengan gadis tersebut Ternyata gadis tersebut membawa Zayn pada sebuah rahasia masa lalu yang di lupakan Zayn Membawanya pada sesuatu yang tidak terduga
Langit Indah Sore Hari
97      83     0     
Inspirational
Masa lalu dan masa depan saling terhubung. Alka seorang remaja berusia 16 tahun, hubungannya dengan orang sekitar semakin merenggang. Suatu hari ia menemukan sebuah buku yang berisikan catatan harian dari seseorang yang pernah dekat dengannya. Karena penasaran Alka membacanya. Ia terkejut, tanpa sadar air mata perlahan mengalir melewati pipi. Seusai membaca buku itu sampai selesai, Alka ber...
Asoy Geboy
3892      1204     1     
Inspirational
Namanya Geboy, motonya Asoy, tapi hidupnya? Mlehoy! Nggak lengkap rasanya kalau Boy belum dibandingkan dengan Randu, sepupu sekaligus musuh bebuyutannya dari kecil. Setiap hari, ada saja kelebihan cowok itu yang dibicarakan papanya di meja makan. Satu-satunya hal yang bisa Boy banggakan adalah kedudukannya sebagai Ketua Geng Senter. Tapi, siapa sangka? Lomba Kompetensi Siswa yang menjadi p...
Dear N
3342      1359     18     
Romance
Dia bukan bad boy, tapi juga bukan good boy. Dia hanya Naufal, laki-laki biasa saja yang mampu mengacak-acak isi hati dan pikiran Adira. Dari cara bicaranya yang khas, hingga senyumannya yang manis mampu membuat dunia Adira hanya terpaku padanya. Dia mungkin tidak setampan most wanted di buku-buku, ataupun setampan dewa yunani. Dia jauh dari kata itu. Dia Naufal Aditya Saputra yang berhasil m...
1'
2564      994     5     
Romance
Apa yang kamu tahu tentang jatuh cinta? Setiap kali ada kesempatan, kau akan diam-diam melihatnya. Tertawa cekikikan melihat tingkah konyolnya. Atau bahkan, kau diam-diam mempersiapkan kata-kata indah untuk diungkapkan. Walau, aku yakin kalian pasti malu untuk mengakui. Iya, itu jarak yang dekat. Bisa kau bayangkan, jarak jauh berpuluh-puluh mil dan kau hanya satu kali bertemu. Satu kese...
Aku baik-baik saja ¿?
2296      1015     2     
Inspirational
Kayla dituntut keadaan untuk menjadi wanita tangguh tanpa harus mengeluh, kisah rumit dimulai sejak ia datang ke pesantren untuk menjadi santri, usianya yang belum genap 17 tahun membuat anak perempuan pertama ini merasa banyak amanah yang dipikul. kabar tentang keluarganya yang mulai berantakan membuat Kayla semakin yakin bahwa dunianya sedang tidak baik-baik saja, ditambah dengan kisah persaha...
Edelweiss: The One That Stays
1353      583     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...