Perbincangan malam itu semakin seru, perbincangan antara laki-laki yang mungkin bagi Haewon enggan untuk bergabung. Gadis yang sedang diberi tugas oleh Ayahnya untuk membuatkan teh hijau beras merah.
Gadis itu masih terus memperhatikan ketiga pria yang sedang berbicang-bicang di depan. Matanya selalu terfokus pada pemuda yang memang duduknya membelakangi pintu, sehingga Haewon hanya bisa melihat punggung pemuda itu dari dalam.
Otak Haewon serasa berputar seketika, pikirannya langsung dipenuhi oleh bayang-bayang seorang pemuda. Haewon langsung teringat, jika dia masih punya janji yang belum di tepati, akan tetapi dia juga sudah mengucapkan kata Break pada Taehyung juga. Oh ... sungguh sangat Dilema tingkat dewa yang Haewon rasa saat itu. Gadis itu merasa sangat bersalah sekali pada Taehyung.
Gadis itu mulai menepis rasa yang berkecamuk di hatinya. Rasa itu benar-benar bercampur aduk menjadi satu. Entah bagaimana nanti jika dia benar-benar bertemu dengan pemuda itu. Apakah Haewon benar-benar berani menemui Taehyung, jika diberi kesempatan untuk bertemu dengan Taehyung lagi.
Haewon membuat rasa rindu dan harapannya yang ingin bertemu dengan Taehyung, dia nampak sibuk menyiapkan tiga cangkir teh hijau beras merah. Dia menaruh ketiga cangkir tersebut di atas nampan dan tak lupa juga dia meletakkan sepiring cemilan kookie.
Malam memang belum begitu larut untuk menyemil sembari menikmati pemandangan malam yang indah dan mempesona. Cahaya bulan yang remang-remang menambah makin romantis suasana malam itu.
Gadis berambut panjang itu keluar membawa sebuah nampan berisikan tiga cangkir teh hijau beras merah dan sepiring cemilan, lalu dia menaruh tiga cangkir teh hangat beserta sepiring cemilan di atas meja. Nampak matanya berkeliaran mencari sosok pemuda yang duduk bersama pria tua dan Ayahnya tersebut. Kakek Kim terus memperhatikan gadis itu.
"Haewon-ah, ini Tuan Kim yang pernah Ayah ceritakan padamu,"
"Oh, Tuan Kim. Annyeong Haseyo!" Haewon menunduk memberi salam. Kakek Kim tersenyum melihatnya.
"Apa kau sedang sibuk?" tanyanya pada Haewon. "Jika kau tidak sibuk, bergabunglah disini."
Haewon menatap Ayahnya dan sang Ayah memberi kode dengan menganggukkan kepalanya pelan. Gadis itu pun segera menaruh nampannya di meja samping, dia pun segera duduk di samping Ayahnya.
Selang beberapa menit, Taehyung yang baru saja kembali dari melihat-lihat sekitar tempat itu mendadak menghentikan langkahnya ketika tatapannya terfokus pada seorang gadis yang sedang duduk di antara Kakeknya dan Go Hwijae.
Taehyung terdiam sesaat, matanya masih terus memperhatikan gadis itu. Pemuda itu merasa tak asing dengan sosok gadis itu.
"Apa dia benar-benar Haewon?" lirihnya pelan. Dia makin memperhatikan gadis tersebut, lalu kembali melangkah mendekati bangku yang dihuni oleh Kakek Kim, Go Hwijae, dan gadis itu.
Sesaat Taehyung mematung di belakang gadis itu, jantungnya mulai berdetak tak beraturan kala Taehyung mendengar suara itu lagi. Suara lembut itu adalah suara Haewon. Taehyung semakin yakin kalau gadis yang sedang duduk di depannya itu adalah Go Haewon.
"Taehyung-ah, kenapa cuma berdiri saja?" ucap Kakek Kim.
Deg!!!
Mendengar nama Taehyung, jantung Haewon berdetak dia kali lebih cepat dari biasanya. Dia terlihat kaku mematung.
Taehyung? Apa yang dimaksud Taehyung adalah DIA? Ah, mungkin orang lain karna orang yang memakai nama Taehyung juga banyak! batinnya.
"Duduklah!"
Kakek Kim menyuruh Taehyung untuk duduk, namun pemuda itu masih berdiri mematung.
"Kenapa kau masih mematung disitu, Nak? Duduklah, kita ngobrol-ngobrol sebentar sebelum kau dan Kakekmu pulang. Tadi kau bilang ingin bertemu dengan si pembuat Yangnyeom Tongdak yang super enak, dia sudah berada disini," ucap Go Hwijae sambil menunjuk anak perempuannya itu.
"Ah, Ayah jangan menyanjungku terus ..."
Mendengar kalimat itu, Taehyung semakin yakin bahwa gadis yang ada di depannya itu adalah Haewon.
"Haewon-ah!" panggil Taehyung yakin.
Deg!!!
Lagi ... detak jantung Haewon berdetak tak beraturan setelah mendengar pemuda itu memanggil namanya. Suara yang terdengar di telinga Haewon nampak tak asing baginya. Haewon berdiri dari duduknya dan perlahan membalikkan badannya.
Saat Haewon membalikkan badan, dia tampak begitu kaget saat melihat seorang pemuda yang berdiri tak jauh darinya. Sosok pemuda ganteng dengan tinggi 179 cm, berhidung mancung dan berkulit putih menatapnya dengan tatapan mata sayu.
Gadis itu nampak tak bisa berkata apa-apa lagi, dia terlihat nampak gugup dan bingung. Apa yang dia takutkan terjadi juga, akhirnya kembali Haewon dipertemukan lagi dengan Taehyung.
Taehyung pun masih berusaha menahan untuk tidak memeluk gadis itu. Matanya mulai berbinar-binar, dia merasa sangat bahagia bisa bertemu dengan gadis yang dia sayang.
"Akhirnya aku bisa menemukanmu!"
Haewon hanya bisa menatap Taehyung, dia sama sekali tak menghiraukan sang Ayah dan Kakek Kim disitu.
Deheman Kakek Kim membuat Taehyung dan Haewon tersentak kaget. Keduanya lalu menatap Kakek Kim yang tersenyum.
"Drama romantisnya berhenti dulu. Kalian berdua lebih baik duduk dulu!" ucap Kakek Kim menyuruh keduanya untuk duduk.
Singkat cerita, mereka berdua di kejutkan dengan pernyataan Kakek Kim. Taehyung dan Haewon hanya saling pandang.
"Apa??? Tunangan!!" ujar keduanya serempak.
"Maksud Kakek apa?" tanya Taehyung, namun disisi lain Taehyung justru sangat senang mendengarnya.
"Apa Ayah tahu tentang ini?" tanya Haewon pada Ayah Hwijae. Sang Ayah hanya menganggukkan kepala.
"Bukankah kalian sudah lama saling mengenal?" Kakek Kim menatap Taehyung dan Haewon. "Gadis ini kan, yang selama ini kau cari?" tanya Kakek Kim menatap cucunya.
"Aah ... itu ...." Taehyung nampak bingung menjawabnya, tangannya menggaruk-garuk tengkuknya. "Hmm ... bagaimana bisa Kakek mengenal Ayah Haewon?" Taehyung mengalihkan pembicaraan.
"Panjang ceritanya," sela Go Hwijae.
Taehyung dan Haewon menatap Go Hwijae dengan tatapan yang penuh tanda tanya. Mereka berdua terlihat sangat ingin tahu seluk beluk ceritanya. Pada akhirnya Ayah Hwijae menceritakan secara singkat pada Taehyung dan Haewon.
"Intinya Kakek berhutang budi pada Ayah Hwijae!" jelas Kakek Kim secara singkat.
"Lalu pertunangan ini?" tanya Haewon yang tak paham.
"Haewon-ah, bukan Ayah mau memaksamu tapi semua Ayah serahkan padamu!" Ayah Hwijae memegang tangan putrinya itu. Haewon menatap sang Ayah, wajah yang mulai sedikit banyak kerutan itu membuat Haewon berpikir lagi.
Ayah sudah banyak berkorban buatku, Ayah sudah banyak menderita, dan Ayah yang mendidikku tanpa campur tangan Ibu. Mungkin inilah saatnya, aku harus membahagiakan Ayah, batinnya. Tangan Haewon membalas pegangan tangan Ayah Hwijae. Sebuah senyuman manis terukir di wajah Haewon.
Aku tak boleh mengecewakan Ayah. Saatnya aku harus membuat Ayah selalu tersenyum, batinnya lagi. Gadis itu lalu menarik napas panjang.
"Ayah ...." Haewon nampak terdiam setelah mengucapkan kata itu.
Go Hwijae, Kakek Kim, dan Taehyung nampak seperti tegang menanti kalimat yang akan di ucapkan Haewon.
"Ayah, aku menerimanya!"
"Apa!? Kau menerimaku?!" Taehyung terdengar histeris. Dia sontak langsung berteriak.
Sedangkan Ayah Hwijae nampak terharu dibuatnya. Dia langsung membelai wajah putrinya dan nampak buliran bening menetes mengalir di pipi Ayah Hwijae.
"Terimakasih, Sayang!" Hwijae sangat terharu.
"Ah, tunggu sebentar!" kata Taehyung membuyarkan rasa bahagia Haewon. "Hari ini memang, hari yang bahagia buatku sampai aku pun ingin menangis karna bahagia. Buat Kakek, aku sangat berterimakasih telah membantu menemukan gadis yang aku sayang. Namun, bukan berarti aki ingin merusak kebahagiaan ini, tapi aku tetap harus menyampaikan kabar ini,"
Kakek Kim menatap Taehyung penuh dengan tanda tanda, begitu juga dengan Ayah Hwijae dan Haewon.
"Apa ini soal keluarga Park Junghyun?" tebak Kakek Kim.
"Kakek mengenal dia?" tanya Haewon. Kakek Kim mengangguk. "Memangnya ada apa dengan keluarganya?" tanya Haewon lebih lanjut.
"Bagaimana pun juga, dia masih Ibumu," tambah Taehyung.
"Apa maksudmu?"
"Kedua orangtua Park Junghyun meninggal dan Junghyun pun dirawat di rumah sakit karna tekanan batin!" balas Taehyung.
"Orangtua Junghyun? Berarti itu--" Haewon terdiam menatap Taehyung. Pemuda itu mengangguk pelan.
Seketika airmata Haewon menetes, seolah dia tak percaya. Go Hwijae pun nampak sedih, dia pun memeluk putrinya itu.
"Ayah, bolehkah aku--"
Ayah Hwijae menjawab dengan anggukan kepalanya, walau bagaimanapun juga dia tetap Ibu kandung Haewon.
Mantan suami atau mantan istri mungkin ada, tapi tidak ada yang namanya mantan anak.
🌾