Kim Taehyung sedang berbaring di atas ranjangnya yang berukuran Single Bed. Single bed yang memiliki ukuran panjang 200 cm dan lebar 90 cm ini di dominasi dengan spray berwarna biru langit.
Dominasi putih menghiasi ruangan itu. Tampak kipas angin mini bertengger di atas nakas dan lantai kamar Goshiwon yang ditutupi karpet bulu halus. Jendela mini yang dapat di geser kacanya berada persis di atas ranjangnya. Hari masih senja, sinarnya menerobos di sela-sela ventilasi kamar itu. Taehyung berusaha memejamkan matanya saat bities dengan I Need U nya mengalun dari ponsel Taehyung.
Dia begitu merasa enggan untuk mengangkatnya hingga deringnya berhenti sendiri, namun ponselnya kembali berdering lagi, hingga akhirnya dengan malas dia melihat layar ponselnya, dan disitu tertera nama Kyujung.
"Hallo!" jawabnya singkat.
"Kau kenapa absen hari ini? Apa kau sakit? Ada yang aneh pada dirimu? Tidak seperti biasanya kau seperti ini? Apa kau akan kembali menjadi Taehyung yang seperti dulu!?" Kyujung mencerca Taehyung dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
Taehyung menghela napas kasar, dia berdecak heran mendengarkan kicauan dari sahabatnya itu. Alih-alih memang Taehyung akhir-akhir ini agak tidak bersemangat.
"Aku sedang tak enak badan, Kyujung-ah!" Taehyung beralasan.
"Ah, jangan bohong! Pasti karna gadis itu kan?!" terka Kyujung.
"Besok aku pasti berangkat. Untuk sekarang aku mau istirahat dulu!"
Klik!!!
Taehyung langsung memutuskan sambungan telponnya dan dia segera memejamkan matanya kembali.
"Hmm, yang benar saja dia langsung memutuskan sambungan telponnya." Kyujung menatap layar ponselnya, lalu dia kembali berjalan pulang, menyeberang jalan, dan akhirnya sampailah pada sebuah cafe yang serba hijau.
Kyujung berhenti dan menatap lurus menerobos lewat kaca-kaca cafe. Cafe yang memang ramai tiap harinya. Kyujung menelitik semua karyawan yang ada di dalam, dia mengamati wajah-wajah karyawan-karyawati yang ada di dalam cafe.
Dia menghela napas, "sepertinya dia memang tidak ada!" beonya pelan, lalu melanjutkan lagi langkahnya menyusuri trotoar menuju tempat peraduannya.
ππππππ
Pagi ini cuaca kota Daegu sangat bersahabat. Terdengar suara puluhan burung berkicau saling bersahutan bagaikan symphony menyambut pagi di hamparan langit biru yang melebar.
Cakrawala pagi bersinar merah kekuningan dengan warna pendarnya. Sang mentari mulai mengintip dari ufuk timur, binarnya mulai memaksa masuk melalui celah-celah lubang bilik kamar Taehyung. Bilik kamar yang berdominasi warna putih dan tidak terlalu luas, tapi terlihat sangat rapi serta aroma pengharum ruangan yang berbau aroma kopi. Aroma alami yang di hasilkan dari pengharum ruangan tersebut dapat memicu ketenangan dan dapat menetralisasi bau tak sedap. Pengharum ruangan tersebut ternyata adalah pemberian dari Haewon.
Taehyung nampak bergerak pelan, dia menggerakkan tubuhnya, menggeliat pelan, perlahan namun pasti membuka matanya. Menatap langit-langit kamar sedikit lebih lama kemudian perlahan bangun dari tidurnya. Bangkit dan berjalan masuk ke kamar mandi.
Sepuluh menit kemudian, Taehyung keluar dengan handuk kecil di kepalanya dan mengusap-usapnya pelan, lalu menggantungkan handuknya pada sebuah gantungan besi yang berada tak jauh dari kamar mandi.
Setelah laki-laki itu siap dengan setelan santainya dan tas punggung yang sudah dia gendong, lalu dia meraih banana susu.
Taehyung melangkahkan kakinya melewati Grassland sambil menyedot banana susunya. Berhenti sejenak di padang ilalang tersebut, menyebarkan pandangannya lalu memejamkan matanya, menghirup aroma tanah pagi itu. Perlahan Taehyung mengangkat kedua tangannya dan membentangkannya. Dia merasakan hembusan angin pagi menerpa tubuhnya dan membelai lembut tubuh Taehyung.
Sesaat setelah itu, matanya di alihkan pada sebuah objek. Objek yang membuatnya teringat akan sesuatu. Mata Taehyung tak berkedip menatapnya dan hal itu mengingatkannya pada seorang gadis cantik nan ceria. Taehyung melangkah mendekati objek yang bergerak kesana-kemari karna tertiup angin, seolah-olah dia sedang menari-nari di atas sebuah panggung yang megah dan gemerlap dengan rerumputan hijau sebagai penontonnya.
Taehyung mengamatinya lalu di ambilnya bunga dandelion tersebut.
"Cantik! Sangat cantik sekali sama seperti Haewon," gumam Taehyung lalu meniup bunga dandelion tersebut hingga bibit-bibitnya berterbangan tertiup angin.
Aku lupa, kalau aku pernah mengatakan sesuatu pada Haewon, tapi kenapa sekarang justru aku yang down seperti ini! Aku pun bisa kuat seperti bunga Dandelion ini. Ya, aku bisa kuat seperti dia! 'batin Taehyung.
Taehyung segera berdiri dan melanjutkan langkahnya menuju tempat dia bekerja. Menyusuri padang ilalang dengan seulas senyum yang nampak menghiasi bibirnya.
Sesampai di minimarket tempat Taehyung kerja, ternyata Kyujung sudah tiba terlebih dahulu. Taehyung langsung memakai rompi berwarna biru dan segera mengerjakan kerjaannya seperti biasa. Kyujung hari itu bertugas merapikan rak-rak dan memasukkan botol-botol ke dalam mesin pendingin, sedangkan Taehyung bertugas mengepel lantai. Mereka berdua terlihat sangat fokus dalam bekerja, namun sesekali ke dua pemuda itu menyelingi dengan sendau gurau.
"Kau sudah baikan?" tanya Kyujung.
"Kau lihat, aku ada di sini, sedang bekerja bersamamu!" ucap Taehyung tertawa, "namun tidak dengan ini." imbuh Taehyung sambil memegang dadanya.
Gelak tawa pun terdengar lagi di ruangan itu. Bersamaa dengan itu, truk yang membawa muatan stok barang untuk minimarket datang. Taehyung dan Kyujung bergerak cepat membantu menurunkan barang-barang dari dalam truk dan membawanya masuk ke dalam gudang. Mereka berdua menatanya dengan rapi menurut jenisnya masing-masing.
Pada jam istirahat siang Taehyung nampak duduk merenung pada sebuah sofa di gudang. Kyujung yang nyelonong masuk ke dalam gudang dengan membawa sebuah kotak bekal berisi gyeran mari dan tumis daging beserta 2 bungkus kimbab. Dia langsung duduk dan membuyarkan lamunan Taehyung.
"Ini ... makanlah!" Kyujung menyenggol lengan Taehyung, membuat pemuda itu kaget dan buyar sudah lamunannya.
"Aku sedang tak nafsu makan?" sahutnya.
"Serius? Kau sedang diet?" tanya Kyujung.
DUUAAAAARRR!!!!!
Sebuah suara yang keras menggelegar, menggetarkan seluruh ruangan dan membuat Taehyung dan Kyujung berjengkit kaget. Taehyung nampak memegangi dadanya.
"Suara apa itu?" tanya Taehyung.
"Sepertinya suara knalpot!" balas Kyujung.
Atensi Taehyung teralihkan, dia menatap Kyujung dengan ekspresi muka heran.
"Serius ini!" Taehyung nampak tak berkedip.
"Aku juga serius, itu suara knalpot dari langit!" ceplosnya.
"Maksudmu petir?" Taehyung balik bertanya.
"Lah memangnya tadi suara apa? Bom nuklir?" Kyujung menatap Taehyung.
Taehyung menghela napas dan menyenderkan tubuhnya lagi pada sandaran sofa, lalu dia menatap Kyujung di sampingnya.
"Aku sangat merindukannya ...." lirik Taehyung. Kyujung yang mendengarkannya langsung menoleh ke arah Taehyung.
"Kalau begitu temui dia!" balasnya.
"Dia pun bahkan belum memberi kabar!" keluh Taehyung. Kyujung kembali menatap Taehyung.
"Serius?!" tanyanya pada Taehyung dan pemuda itu menjawab dengan anggukan kepala saja. "Kau sudah menanyakan pada Bu Sora? Siapa tahu dia mengetahui alamat rumah Haewon."
"Ah, benar juga. Kenapa itu tidak terpikirkan olehku!" Taehyung menepok jidatnya sendiri. "Akan aku tanyakan nanti sepulang kerja."
Sepulang kerja, Kyujung menemani Taehyung mampir ke Cafe seberang. Taehyung langsung bertemu Han Sora selaku pemilik Cafe tersebut dan Taehyung pun langsung bertanya ke pokok paling utama.
"Haewon sebelum pulang ke Seoul, dia juga berpamitan pada semua pegawai cafe,"
"Maksudnya berpamitan? Apakah dia tidak kembali bekerja di cafe ini?" tanya Taehyung kaget.
"Bisa di bilang begitu, tapi kalaupun dia ingin kembali kerja di sini lagi, saya pun akan dengan senang hati menerimanya lagi," jawab Han Sora.
"Apa Anda mengetahui alamat rumah Haewon di Seoul?" tanya Taehyung.
"Ah, sebentar ... sepertinya kemarin Haewon memberikan sebuah kertas yang isinya alamat rumahnya di Seoul," Han Sora membuka tasnya dan mencari kertas tersebut. Taehyung nampak berbinar-binar mendengarkannya.
Setelah pemuda itu mendapatkan alamat rumah sang gadis, dia segera permisi. Dalam pikirannya terlintas, dia ingin mengambil cuti juga dan akan ke Seoul untuk mencari Haewon.
"Kau akan cuti?"
Taehyung mengangguk, hampir 7 bulan dia belum mengambil cuti dan ini saatnya dia akan mengambil cuti dan mencari gadisnya di Seoul.
"Ya, mau bagaimana lagi. Segeralah ajukan cuti jika kau ingin mengejar gadis itu!" saran Kyujung. Keduanya melangkah berjalan pulang ke rumah masing-masing.
Sesampai di Goshiwon, Taehyung segera membersihkan diri, setelah itu dia akan bersiap untuk makan malam.
Ramen sudah matang dan berada persis di depan Taehyung, ketika sedang menikmati mie ramennya, sebuah alunan musik keluar dari ponsel Taehyung. Pemuda itu meraih ponselnya dan menatap layar ponsel itu.
"Nomor tak di kenal," beonya pelan, lalu meletakkannya ponsel itu lagi di atas nakas karna merasa tak mengenal nomor tersebut. Dia kembali menikmati mie ramennya. Sesaat setelah itu, ponsel kembali berdering. Dengan terpaksa Taehyung mengangkatnya, mendadak ekspresi wajahnya berubah.
"Taehyung-ah, bisakah kita break dulu!"
πΎ