Read More >>"> Dandelion (17. I Heart You to I Hate You) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dandelion
MENU 0
About Us  

Perjalanan hidup manusia di bumi ini pasti selalu ada halangan atau rintangan yang harus di hadapi dan harus di selesaikan. Sudah menjadi garis hidup manusia bahwa tidak selamanya akan merasakan bahagia. Setiap orang pasti pernah memiliki masalah berat di dalam hidupnya. Pengalaman pahit tersebut ada yang sifatnya ringan, sedang, hingga berat yang bisa menyebabkan seseorang mengalami trauma psikis dalam jangka panjang.

 

Banyaknya masalah di dalam hidup bisa memunculkan pikiran-pikiran negatif yang menyebabkan seseorang menjadi cemas, stres, bahkan mengalami depresi obsesif. Hal ini terjadi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pola pikir yang selalu negatif terhadap diri sendiri, dan lingkungan sekitar. Masalah berat ini jika tidak segera diatasi maka bisa memicu terjadinya gangguan serius, seperti depresi.

 

Taehyung baru mengetahui jika gadis yang selama ini dia taksir itu banyak menyimpan masalah dalam hidupnya. Taehyung berpikir hanya dirinya sendiri yang sedang menghadapi masalah keluarga, ah ralat tepatnya masalah yang di timbulkan oleh dirinya sendiri, yang mengakibatkan dia harus kabur dari rumah dan tinggal di kost-kostan.

 

Ada banyak hal yang dapat memberikan kekuatan agar termotivasi dalam menggapai impian dan hidup ini memang harus diperjuangkan, meski masalah datang silih berganti. Untuk mencapai segala tujuan yang kita inginkan, diperlukan suatu perjuangan yang tak kenal lelah dan tak kenal putus asa.

 

"Apa kau akan ke Seoul hari ini?" tanya Taehyung yang berdiri di ambang pintu kamar Haewon lalu berjalan mendekati Haewon.

 

Haewon mengangguk menandakan jawaban iya, "aku tidak tahu, kenapa tiba-tiba aku merasa rindu dengan Ayah. Kenapa aku harus bertemu dengan dia lagi!" cicit Haewon. Matanya mulai berkaca-kaca mengingat kejadian di waktu itu.

 

Tak terasa buliran bening mengalir membasahi pipi Haewon. Mengalir mengikuti lekukan pipi gadis itu hingga menetes jatuh ke tangannya.

 

"Aku merasakan beban yang cukup berat ketika dia meninggalkanku, Adik, dan juga Ayah," isakan tangis Haewon mulai terdengar, "terlebih lagi ketika aku harus kehilangan Adikku. Dia meninggal di usia yang masih muda, bahkan aku pun belum mewujudkan keinginan dia untuk bertemu dengan Ibu sebelum dia menghembuskan napas terakhirnya!" Haewon tak kuasa menahan tangisnya. Ada sedikit penyesalan di raut wajahnya tapi juga bercampur dengan rasa benci. Kebencian yang dia rasa, tapi juga tak bisa dia hindari. Cinta dan Benci memang beda tipis. Mungkin itu yang dirasakan oleh Heawon terhadap Ibu kandungnya sendiri. Memang tak sepantasnya kalau seorang anak membenci Ibu kandungnya sendiri tapi Heawon mungkin dia ada alasan tersendiri, kenapa dia bisa sampai membenci Ibu kandungnya.


Taehyung merangkul Haewon dan menepuk-nepuk bahu gadis itu. Pemuda ganteng itu juga bisa merasakan apa yang dirasakan gadis yang berada di sampingnya.

Rasa benci memang sama seperti rasa cinta yang bisa muncul dengan tiba-tiba tanpa bisa ditepis. Rasa itu muncul begitu saja. Secara emosi, membenci orang menimbulkan berbagai gejolak dalam diri seseorang.

"Aku tahu kau begitu sangat membenci Ibumu," Taehyung menatap Haewon. Tangannya mulai terulur mengusap buliran bening di pipi Haewon. Gadis itu masih terisak menahan sesak di hatinya.

"Aku tahu ini salah tapi---"

"Sssstttt ...." Taehyung menyela ucapan gadis itu, dia meletakkan jari telunjuknya di bibir tipis Haewon. "Membenci hanya akan menambah luka. Jika kita membenci, sebenarnya itu hanya akan menambah luka setiap harinya. Sebab, setiap orang akan menyimpan beragam kejengkelan yang membuat hatinya tidak lepas dari emosi negatif. Seperti prasangka, perasaan dongkol, iri hati, nyinyir, dan semacamnya. Hal tersebut tidak baik untuk kondisi psikologis. Menolaknya juga hanya akan membuat kita terluka. Bukankah lebih baik jika berdamai dengan orang atau sesuatu yang kita benci?" imbuh Taehyung menangkup pipi Haewon dengan kedua tangannya.

 

Kedua manik mata itu kembali beradu namun dalam keadaan dan suasana yang berbeda.

 

"Tae-Taehyung, aku--" kembali ucapan Haewon disela lagi oleh Taehyung.

 

"Seberat apapun masalahmu, ingatlah satu hal bahwa Tuhan tidak akan memberi ujian di luar batas kemampuan manusia tersebut," Taehyung menatap lembut gadis yang ada di depannya. "Berjalan, jangan berlari. Sebab hidup itu perjalanan, bukan pelarian." jelas Taehyung lebih lanjut. "Hidup adalah perjalanan yang harus dilalui, tidak peduli seberapa buruk jalan yang harus dilewati." Taehyung menatap Haewon dan mengusap lagi buliran bening yang kembali mengalir dari sudut mata gadis itu.

 

"Taehyung-ah ...." lirih Haewon menatap laki-laki berhidung mancung di depannya tersebut.

 

"Saat ini aku baru sadar, apa yang aku lakukan salah," Taehyung menundukkan kepalanya. "Kau tahu, aku kabur dari rumah karna Ayahku menganggap kalau aku ini adalah anak manja. Anak yang tidak bisa mandiri!" Taehyung menarik napas panjang.

 

"Aku berpikir, kalau hanya aku yang punya masalah berat. Tapi karna masalah itu pula, aku bisa belajar dan dari masalah itu pula, aku menjadi kuat walaupun di sisi lain aku pun bisa rapuh." Haewon duduk lesu di samping Taehyung.

 

Sesaat setelah itu, Taehyung menoleh ke arah Haewon dan tersenyum. "Pulanglah, lekas temui Ayahmu. Aku yakin dia pun pasti sangat merindukanmu."

 

"Apa kau juga akan pulang ke rumah untuk menemui kedua orangtuamu?" tanya Haewon pada Taehyung.

 

"Tentu saja!" jawab laki-laki bersuara baritone itu, "tentu saja, aku pun juga akan pulang ke rumah untuk menemui Ayah dan Ibuku." imbuhnya.

 

Haewon bangkit dari duduknya dan menarik koper, berjalan keluar mengekori Taehyung. Jari jemarinya yang lentik menarik knop pintu dan menutup pintu kamar tersebut lalu menguncinya.

 

"Taehyung-ah, soal itu---" Haewon terdiam sesaat menatap Taehyung, "maaf, aku belum menjawabnya."

 

"Lupakan. Tak perlu kau pikirkan itu. Tanpa kau jawab pun, aku sudah bisa menebak apa jawabanmu," Taehyung tersenyum, "kita bisa bicarakan nanti. Pulanglah dulu, temui Ayahmu. Mungkin dengan begitu kau akan merasa lega." sahut Taehyung. "Ingat jangan menangis lagi!" hardik Taehyung.

 

Haewon mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, aku pergi dulu." pamit Haewon pada Taehyung kemudian berlalu dari hadapan pemuda itu sambil menarik kopernya. Taehyung hanya menatap punggung gadis tersebut hingga menghilang saat menuruni anak tangga.

 

Banyak orang yang merasa lelah, kehilangan semangat juang, dan putus asa dalam menggapai impian mereka, karena terpaan masalah yang tak kunjung usai. Namun perlu disadari bahwa sebagai manusia kita tidak akan pernah lepas dengan yang namanya sebuah rintangan dan juga permasalahan hidup.

 

Tetaplah semangat karena hidup perlu diperjuangkan setiap saat, agar kita memiliki kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya yang kita miliki. Percayalah bahwa hasil yang kita dapat tidak akan mengkhianati perjuangan yang telah kita lakukan sebelumnya.

 

πŸƒπŸƒπŸƒπŸƒπŸƒπŸƒ

 

Perjalanan yang di butuhkan dari Daegu ke Seoul hanya sekitar 3 jam 30 menit dengan Bus. Haewon memang sengaja memesan tiket Bus karna dia kehabisan tiket Subway.

 

Haewon terduduk, matanya menatap keluar jendela. Pandangannya menatap obyek-obyek yang terus bergerak seiring dengan melajunya Bus yang sedang dia naiki. Sesekali dia melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, dia berharap segera sampai di Seoul dan menemui sang Ayah. Haewon memang tidak memberitahu Ayahnya, kalau dia pulang hari itu. Dia ingin memberi kejutan pada sang Ayah.

 

Bus yang di tumpangi Haewon telah memasuki kawasan kota Seoul. Bus melanjut dengan kecepatan rata-rata menuju Dong Seoul Terminal. Setelah sampai di terminal, kini Haewon harus meneruskan perjalanannya ke Songpa-gu untuk menemui Ayahnya.

 

Pelukan hangat yang dirasa Haewon ketika bertemu dengan Ayahnya adalah kebahagiaan tersendiri. Lebih dari 6 bulan Haewon meninggalkan Ayahnya untuk bekerja di Daegu. Kini, dia bisa bertatap muka lagi dengan pria yang sudah membesarkannya.

 

Sosok wanita paruh baya yang bernama Go Junghae terlihat tersenyum bahagia melihat Haewon telah pulang.

 

"Kenapa kau pulang tidak memberi kabar? Bibi sama sekali belum memasak." ucap wanita paruh baya tersebut.

 

"Tak perlu, Bi. Terimakasih, nanti biar Haewon bantu Bibi memasak." ujar Haewon.

 

Haewon membalikkan badan menatap sang Ayah. Go Hwijae, pria berusia 55 tahun itu menatap sayu putrinya yang berdiri di depannya.

 

"Kau sedikit gemukan, Nak. Kau cuti berapa hari?" tanya sang Ayah.

 

Gadis cantik itu tersenyum sumringah, "nanti kita bicarakan lagi ya, Yah!" elak Haewon yang tak ingin membicarakan masalah cutinya. "Bibi Junghae mau pergi kemana?" tanya Haewon yang melihat Bibinya keluar dari kamar dengan memakai syal.

 

"Bibi mau belanja dulu untuk persiapan makan malam nanti." jawab wanita paruh baya tersebut.

 

"Aku boleh ikut, Bi?" Haewon menawarkan diri untuk ikut Bibinya belanja.

 

"Tidak perlu, Sayang. Kau pasti sangat capek karna perjalanan dari Daegu ke Seoul. Lebih baik kau istirahat saja, nanti bantu Bibi masak di dapur saja." saran bibi Junghae.

 

Haewon hanya mengangguk dan dia memilih opsi yang kedua, tinggal di rumah untuk istirahat. Karna tak di pungkiri badannya memang sangat letih saat itu. Dia segera menarik kopernya menuju loteng. Sang Ayah pun ikut naik ke loteng mengekori putrinya. Gadis itu meletakan kopernya di samping lemari kayu. Matanya menyapu ke seluruh ruang kamar tersebut. Tak banyak yang berubah dari ruang kamar yang ada di loteng itu, namun agak sedikit berdebu dan pengap.

 

"Apa Ayah tidak pernah membuka jendelanya?" tanya Haewon, gadis itu mendekati Ayahnya dan menatapnya. "Aku merasa sekarang Ayah agak kurusan."

 

"Hanya perasaanmu saja, Nak. Ayah baik-baik saja. Kau lihat kan, Ayah sehat!" elak Go Hwijae.

 

"Ayah, boleh aku memelukmu lagi ...." suara Haewon terdengar lirih.

 

"Kemarilah, Nak. Mendekatlah." sahut Ayah Hwijae.

 

Haewon tersenyum, dipeluknya pria itu. Ya, satu-satunya pria yang dia punya di dunia ini. Satu-satunya laki-laki yang tak pernah menyakiti hatinya. Enam bulan lebih Haewon meninggalkan Ayahnya. Dia sering sekali menahan rindu pada pria tersebut. Bukan berarti dia tak sayang pada Ibu kandungnya, hanya saja kesalahan Ibunya itu telah membuat Haewon sakit hati. Benci? Mungkin hanya sebagian saja yang Haewon tujukan pada Ibu saat itu. Dari lubuk hatinya yang paling dalam masih tersimpan secuil kerinduan pada sang Ibu.

 

🌾

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Memoreset (Sudah Terbit)
3456      1336     2     
Romance
Memoreset adalah sebuah cara agar seluruh ingatan buruk manusia dihilangkan. Melalui Memoreset inilah seorang gadis 15 tahun bernama Nita memberanikan diri untuk kabur dari masa-masa kelamnya, hingga ia tidak sadar melupakan sosok laki-laki bernama Fathir yang menyayanginya. Lalu, setelah sepuluh tahun berlalu dan mereka dipertemukan lagi, apakah yang akan dilakukan keduanya? Akankah Fathir t...
ALTHEA
87      70     0     
Romance
Ini adalah kisah seorang perempuan riang yang memiliki perasaan lebih ke manusia es batu, manusia cuek yang telah menyukai seorang perempuan lain di sekolahnya. Walaupun ia tahu bahwa laki laki itu bukan menyukai dirinya, tetap saja ia tak akan kunjung lelah untuk mendapatkan perhatian dan hati laki laki itu. Akankah ia berhasil mendapatkan yang dia mau? "Dasar jamet, bales chat nya si...
ASA
3972      1445     0     
Romance
Ketika Rachel membuka mata, betapa terkejutnya ia mendapati kenyataan di hadapannya berubah drastis. Kerinduannya hanya satu, yaitu bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi. Namun, Rachel hanya diberi kesempatan selama 40 hari untuk memilih. Rachel harus bisa memilih antara Cinta atau Kebencian. Ini keputusan sulit yang harus dipilihnya. Mampukah Rachel memilih salah satunya sebelum waktunya ha...
Tumpuan Tanpa Tepi
8837      2866     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Teman Berbagi
2842      1117     0     
Romance
Sebingung apapun Indri dalam menghadapi sifatnya sendiri, tetap saja ia tidak bisa pergi dari keramaian ataupun manjauh dari orang-orang. Sesekali walau ia tidak ingin, Indri juga perlu bantuan orang lain karena memang hakikat ia diciptakan sebagai manusia yang saling membutuhkan satu sama lain Lalu, jika sebelumnya orang-orang hanya ingin mengenalnya sekilas, justru pria yang bernama Delta in...
My Idol Party
1324      676     2     
Romance
Serayu ingin sekali jadi pemain gim profesional meskipun terhalang restu ibunya. Menurut ibunya, perempuan tidak akan menjadi apa-apa kalau hanya bisa main gim. Oleh karena itu, Serayu berusaha membuktikan kepada ibunya, bahwa cita-citanya bisa berati sesuatu. Dalam perjalanannya, cobaan selalu datang silih berganti, termasuk ujian soal perasaan kepada laki-laki misterius yang muncul di dalam...
Archery Lovers
4003      1857     0     
Romance
zahra Nur ramadhanwati, siswa baru yang tidak punya niat untuk ikut ekstrakulikuler apapun karena memiliki sisi trauma saat ia masih di SMP. Akan tetapi rasa trauma itu perlahan hilang ketika berkenalan dengan Mas Darna dan panahan. "Apakah kau bisa mendengarnya mereka" "Suara?" apakah Zahra dapat melewati traumanya dan menemukan tempat yang baik baginya?
The Flower And The Bees
3105      1425     9     
Romance
Cerita ini hanya berkisah soal seorang gadis muda keturunan Wagner yang bersekolah di sekolah milik keluarganya. Lilian Wagner, seorang gadis yang beruntung dapat lahir dan tumbuh besar dilingkungan keluarga yang menduduki puncak hierarki perekonomian negara ini. Lika-liku kehidupannya mulai dari berteman, dipasangkan dengan putra tunggal keluarga Xavian hingga berujung jatuh cinta pada Chiv,...
My World
588      391     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...
Unlosing You
367      254     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?