Loading...
Logo TinLit
Read Story - Teman Hidup
MENU
About Us  

Pagi kembali menyapa, memberi kesempatan bagi tiap makhluk untuk kembali menjalani hari, termasuk Dhisti. Wanita itu berjalan dengan langkah cepat menuju ruangan yang terletak di ujung. Jantungnya bertalu dua kali lebih cepat. Dhisti menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu dan menemui Damian. Lelaki itu berdiri menghadap jendela, membiarkan pepohonan hijau menjadi lukisan alam yang menenangkan. 

"Pak, saya mau kumpulin draft pertamanya," ujar Dhisti langsung to the point.

Damian berbalik, mengamati Dhisti dengan saksama. Dengan seragam hitam dan celemek cokelat muda yang membalut tubuhnya, memang tidak bisa mengidentifikasi latar belakang keluarganya. Damian berdeham, memperhatikan wajah bulat Dhisti dan mata almondnya. Sinar mata Dhisti tidak pernah menyiratkan kehidupannya. Dhisti menunduk, tidak berani membalas tatapan lelaki di hadapannya yang menghujamnya. "Nanti saya baca. Thanks, ya. Oh, soal kemarin. Saya harap kamu nggak menyalahkan takdir atas apa yang terjadi di hidupmu. Semua itu punya alasan untuk kebaikanmu. Mungkin kamu belum melihatnya sekarang, tapi ada hal luar biasa yang nantinya kamu syukuri."

Dhisti mendongak, menatap lelaki itu dengan debaran hangat di dada. Entah kenapa tatapan Damian jadi berubah. Tidak ada lagi bentakan atau cibiran yang membuatnya kesal. Hanya ada kedamaian dari setiap kata yang keluar dari mulut lelaki itu. 

Dhisti mengiakan dan mengulas senyum simpul. 

"Kamu harus ingat kalau pelangi selalu ada. Saya nggak mau karena masalah kemarin, kinerjamu jadi turun. Saya nggak ada waktu buat training orang yang hatinya berantakan," lanjut Damian.

Dhisti terdiam sejenak dan tersadar kalau hidup harus terus berjalan entah apa yang ia alami sekarang. Walau Damian kembali menyindirnya, Dhisti tidak menaruh kepahitan. Sampai detik ini Damian cukup profesional untuk tidak mencampuri urusan pribadinya.  "Terima kasih buat pengingatnya, Pak. Ya udah, nanti kalau perlu revisi, panggil saya ya, Pak."

Damian mengangguk kecil dan membiarkan Dhisti pergi. Dari tempatnya, Damian menatap punggung wanita itu. Tidak pernah ada yang mengerti jalan takdir tapi percayalah kalau ada hal yang bisa kamu syukuri dalam tiap fase hidupmu.

** 

Malam itu bulan menggantung di langit, menyertai perjalanan Laras. Di kantornya, sedang ada tamu dari negara lain yang berkunjung untuk mengadakan kerjasama. Laras harus menemani Bosnya dan memastikan semua berjalan sesuai rencana. Kesibukan itu yang membuatnya sedikit melupakan Auriga. Namun, itu tidak lama saat Laras menyadari semua pesan dan teleponnya tidak mendapat balasan sampai sekarang.

"Kamu ke mana sih, Hon? Apa hubungan kita udah nggak penting lagi?"

Laras mendesah pelan dan menginjak pedal gas, menuju rumahnya. Tapi alih-alih berkendara ke Galaksi, Laras membelokkan mobilnya ke apartment Auriga yang tak jauh dari tempatnya sekarang. 

Sementar itu, Damian memandang gedung tinggi yang berdiri angkuh di hadapannya. Lelaki itu mengarahkan mobilnya menuju pintu masuk. Ia tersenyum ramah pada satpam yang menyambutnya. 

"Ada janji sama Auriga, Pak," ujar Damian sebelum memberikan kartu identitasnya. Menghela napas panjang, ia turun dari mobilnya dan berjalan ke kamar sahabatnya di lantai 17.

From: Auriga

Ada hal penting yang perlu gue omongin. Soal Laras. Lo bisa kan nanti mampir?

Damian masih teringat pesan Auriga tadi sore. Dan naluri Damian mengatakan ia harus tahu mengenai hal yang berhubungan dengan wanita itu. Damian mengetuk pintu apartment Auriga dan seorang wanita dengan piyama pendek menyapanya. Damian membulatkan mata melihatnya. 

"Sorry. Ada Auriga?"

Tania memindai penampilan lelaki di hadapannya dan mengangguk. 

"Babe, temanmu nih," ujar Tania sedikit berteriak ke arah kamar.

Tak lama seorang lelaki dengan kaus putih dan celana panjang muncul. Senyumnya lebar seakan memberitahu dunia ia adalah orang yang paling bahagia.

"Hey, thanks for coming," ujar Auriga, merangkul Damian.

Auriga meminta sahabatnya untuk duduk di sofa, setelah membisikkan sesuatu pada Tania yang mengangguk sambil tersenyum. Damian menatap mereka penuh tanya. 

"Just wait for me, babe,” ujar Auriga, mengecup pipi Tania dan menatap wajahnya dalam.

Auriga segera duduk di sebelah Damian dengan santai sebelum menaikkan kakinya ke meja.

"Ga, ada apa sih? Siapa cewek itu?"

Auriga mendesah pelan. Mengetahui kalau Damian pasti langsung menanyakan hal itu.

"Tania. Gue udah tunangan sama dia di Bali. Dan sekarang gue lagi cari cara buat mutusin Laras," ujar Auriga dengan enteng.

Damian membulatkan mata, tak percaya. Perjalanan panjangnya kemari hanya untuk mendengar kabar yang di luar dugaan. "Lo gila, ya. Padahal lo tahu Laras sayang banget sama lo."

"Gue ngerti. Makannya gue minta lo kemari buat minta tolong. Deketin Laras dan buat dia lupa sama gue."

Damian menatap sepasang mata cokelat Auriga. Tidak ada keraguan di sana, hal yang sejenak membuat hati Damian tidak karuan. 

"Gue nggak bisa. Belum tentu juga Laras mau sama gue seandainya itu yang lo harapkan."

"Wow, seorang Damian nggak mungkin jadi pecundang. Dia selalu jadi pemenang." 

Damian menggeleng kuat. Ia menaruh hati pada Laras tapi menyadari wanita itu mencintai Auriga, kesempatannya hanya nol persen.

"Tapi nggak dengan cara kayak gini, Ga. Mendingan lo kasih tahu Laras. Lo harus hadapin apapun itu konsekuensinya. Bukannya lo lelaki sejati?"

Auriga terdiam, menyandarkan punggung ke sofa sambil menatap langit-langit.

"Hubungan kami nggak bisa diselamatkan lagi. Tujuan kita udah beda."

Damian menggeleng. "Dengan lo cari cewek lain, bahkan tunangan, itu malah nambah semuanya rumit, Ga." 

Auriga mengangguk. Ia tahu konsekuensi yang harus ditanggung. "Gue nggak ada pilihan."

Perbincangan mereka terhenti saat seseorang mengetuk pintu. Auriga berdiri dan berjalan membukanya. Tak lama, kedua matanya membola menyadari tamunya.

"Laras?"

Wanita itu menatap Auriga dalam seakan sanggup menelannya. "Kamu nggak ada muka bersalahnya, Hon? Kamu nggak merespon semua pesan dan teleponku. Kamu juga minta Damian ketemu aku tempo hari. Kamu udah nggak menghargai hubungan kita?"

Auriga meraih tangan Laras berusaha menenangkannya. "Calm down, Ra. Kita masuk dulu, okay?"

Laras menggeleng. “Aku cuma minta kejelasan, Hon. Kamu ngerti nggak kalau aku juga usaha biar komunikasi kita tetap jalan? Terus, apa yang kamu lakuin?”

“Ra, please. Aku juga ada kerjaan."

Laras menepis tangan lelaki itu dan bersedekap. "Omong kosong. Kalau aku nggak kemari, mungkin kamu akan tetap begini." lanjut Laras.

Auriga membuka mulutnya saat Tania berjalan ke arah mereka. Wanita itu memeluk pinggang Auriga sambil menatap Laras. Sebelah tangan Tania mengelus perut Auriga, menampilkan cincin yang melingkar di jari manisnya. Auriga refleks membalas Tania dan menatap wanita itu lembut. Laras membulatkan mata melihat semuanya. 

“Jadi, kalian?”

Auriga menggenggam tangan Tania erat, seakan menegaskan hubungan yang intim di antara keduanya. “Ra, hatiku berubah. Aku nggak bisa lagi melanjutkan semua. Thanks for being my beloved.”

Ribuan jarum menusuk hati Laras, membawanya dalam kesesakan. “Kalau gitu lo bisa pergi sekarang. Semua udah jelas, kan?”sambung Tania.

Laras menatap Auriga dan kekasihnya dengan hati mendidih. Kesesakan tadi meronta ingin melepaskan diri. Laras mengepalkan kedua tangan dengan wajah memerah. Pandangannya tertuju pada Auriga sebelum tangannya melampiaskan segala energi negatif tadi ke pipi lelaki itu. 

“Aku benci kamu, Auriga,” ujar Laras sebelum berlalu, membawa hatinya yang hancur berkeping-keping. 

Damian beranjak dari tempatnya, pamit pada Auriga dan mengejar Laras. Wanita itu pasti memerlukan teman untuk berkeluh kesah. Damian tahu Laras pasti mengusirnya tapi setidaknya ia tidak membiarkan Laras seorang diri dalam kekalutan.

Laras melebarkan langkahnya hingga tiba di parkiran. Damian masih bisa melihatnya dan segera mengeluarkan kunci mobilnya. 

Laras menghela napas panjang dan menghapus air matanya. Tidak mungkin ia menyetir dengan pandangan yang kabur. Perlahan, tangannya menyalakan radio dan menaikkan volumenya. Biar saja itu menjadi pengingatnya untuk tetap waras selama di perjalanan. 

Damian memastikan Laras tetap dalam jangkauannya dan berdoa agar wanita itu tidak bertindak gegabah. Damian mengenali jalan yang kini ia lalui, mengingat hal yang tertinggal di sana. Saat mobil Laras berbelok ke bangunan warna merah muda, Damian teringat Dhisti.

Laras mengambil tasnya dan keluar dari mobil. Langkahnya pasti menuju kamar saudaranya. Dhisti membuka pintu dan membulatkan mata. “Aku lagi nggak mau diganggu. Kalau Ibu telepon, bilang nggak tahu,” ujar Laras.

Dhisti terdiam, membiarkan Laras menginvasi tempat tidurnya sebelum menutup wajahnya. Dhisti makin tak mengerti apa yang terjadi ketika Damian menelponnya, memintanya turun. 

“Kamu lihat cewek yang barusan pakai blazer hitam?” 

Dhisti terperangah. “Maksudnya Mbak Laras, Pak?”

“Kamu kenal?”

Dhisti mengiakan dan menjelaskan singkat siapa Laras. Damian menghembuskan napas lega. “Syukurlah. Tolong jagain Laras. Saya nggak mau dia kenapa-napa.”

Dhisti mengernyitkan kening mendengarnya. Semua pertanyaan tentang Laras terhenti di ujung lidahnya. Damian sepertinya menyimpan rasa pada Laras. Tidak perlu cenayang untuk tahu hal ini. Dhisti mengiakan dengan hati teriris. Ia harus menata hati agar tidak terjatuh terlalu dalam pada hal yang belum tentu jadi miliknya.

**

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
NIKAH MUDA
2839      1043     3     
Romance
Oh tidak, kenapa harus dijodohin sih bun?,aku ini masih 18 tahun loh kakak aja yang udah 27 tapi belum nikah-nikah gak ibun jodohin sekalian, emang siapa sih yang mau jadi suami aku itu? apa dia om-om tua gendut dan botak, pokoknya aku gak mau!!,BIG NO!!. VALERRIE ANDARA ADIWIJAYA KUSUMA Segitu gak lakunya ya gue, sampe-sampe mama mau jodohin sama anak SMA, what apa kata orang nanti, pasti g...
Prakerin
7787      2048     14     
Romance
Siapa sih yang nggak kesel kalo gebetan yang udah nempel kaya ketombe —kayanya Anja lupa kalo ketombe bisa aja rontok— dan udah yakin seratus persen sebentar lagi jadi pacar, malah jadian sama orang lain? Kesel kan? Kesel lah! Nah, hal miris inilah yang terjadi sama Anja, si rajin —telat dan bolos— yang nggak mau berangkat prakerin. Alasannya klise, karena takut dapet pembimbing ya...
Di Bawah Langit Bumi
2400      922     87     
Romance
Awal 2000-an. Era pre-medsos. Nama buruk menyebar bukan lewat unggahan tapi lewat mulut ke mulut, dan Bumi tahu betul rasanya jadi legenda yang tak diinginkan. Saat masuk SMA, ia hanya punya satu misi: jangan bikin masalah. Satu janji pada ibunya dan satu-satunya cara agar ia tak dipindahkan lagi, seperti saat SMP dulu, ketika sebuah insiden membuatnya dicap berbahaya. Tapi sekolah barunya...
SUN DARK
401      255     1     
Short Story
Baca aja, tarik kesimpulan kalian sendiri, biar lebih asik hehe
Million Stars Belong to You
494      265     2     
Romance
Aku bukan bintang. Aku tidak bisa menyala diantara ribuan bintang yang lainnya. Aku hanyalah pengamatnya. Namun, ada satu bintang yang ingin kumiliki. Renata.
Dunia Saga
5775      1497     0     
True Story
There is nothing like the innocence of first love. This work dedicated for people who likes pure, sweet, innocent, true love story.
1 Kisah 4 Cinta 2 Dunia
25798      3437     3     
Romance
Fina adalah seorang wanita yang masih berstatus Mahasiswi di sebuah perguruan tinggi. Ia adalah wanita yang selalu ceria. Beberapa tahun yang lalu ia mempunyai seorang kekasih yang bernama Raihan namun mereka harus berpisah bukan karena adanya orang ketiga namun karena maut yang memisahkan. Sementara itu sorang pria yang bernama Firman juga harus merasakan hal yang sama, ia kehilangan seoarang is...
Call Me if U Dare
5401      1629     2     
Mystery
Delta Rawindra: 1. Gue dituduh mencuri ponsel. 2. Gue gak bisa mengatakan alibi saat kejadian berlangsung karena itu bisa membuat kehidupan SMA gue hancur. 3. Gue harus menemukan pelaku sebenarnya. Anulika Kusumaputri: 1. Gue kehilangan ponsel. 2. Gue tahu siapa si pelaku tapi tidak bisa mengungkapkannya karena kehidupan SMA gue bisa hancur. 3. Gue harus menuduh orang lain. D...
Cecilia
492      269     3     
Short Story
Di balik wajah kaku lelaki yang jarang tersenyum itu ada nama gadis cantik bersarang dalam hatinya. Judith tidak pernah menyukai gadis separah ini, Cecilia yang pertama. Sayangnya, Cecilia nampak terlalu sulit digapai. Suatu hari, Cecilia bak menghilang. Meninggalkan Judith dengan kegundahan dan kebingungannya. Judith tak tahu bahwa Cecilia ternyata punya seribu satu rahasia.
My LIttle Hangga
783      509     3     
Short Story
Ini tentang Hangga, si pendek yang gak terlalu tampan dan berbeda dengan cowok SMA pada umunya. ini tentang Kencana, si jerapah yang berbadan bongsor dengan tinggi yang gak seperti cewek normal seusianya. namun, siapa sangka, mereka yang BEDA bisa terjerat dalam satu kisah cinta. penasaran?, baca!.