Setelah Elea memasuki kediamannya dan menjelaskan kepada orang tuanya hingga mereka paham atas yang menimpa dirinya. Elea pun diperbolehkan untuk beristirahat. Ibu Venita dan Pak Ian memutuskan untuk tak terlalu menekan Elea dan mencecar sang putri dengan banyak pertanyaan.
Elea naik ke lantai atas, lalu masuk ke kamarnya. Gadis itu merebahkan tubuhnya begitu saja di atas ranjang. Dia terlalu lelah untuk sekedar membersihkan dirinya.
Elea memandang langit-langit kamarnya seraya mencerna semua yang terjadi. “Apakah gue ini benar-benar bodoh, dan benar-benar naif? Gue mencintai seseorang yang enggak mencintai gue. Sehingga apa pun yang gue lakukan enggak terlihat dimatanya.”
Elea mencoba menahan air matanya yang akan tumpah. “Benar kata max, gue juga berhak bahagia, gue berhak merasakan cinta, tidak seperti saat ini ....”
Sekeras apa pun Elea mencoba tegar dia tetap tak bisa. Benteng pertahannya runtuh beriringan dengan air mata yang mulai pecah.
“Aaarrrgh!”
Elea menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal tidurnya. Dia berusaha meredam tangisannya agar tak ada yang mendengar. Hatinya begitu sesak saat mengingat semua perjuangannya untuk naresh, serta mengingat semua perlakuan naresh terhadapnya.
Elea terus menangis menumpahkan kesedihannya hingga dia mulai kelelahan dan memejamkan matanya.
.....
Keesokan Paginya.
Suara ketukan di pintu terdengar membuat Elea mengerjapkan matanya. Tak lama dari balik pintu muncul sosok sang ibu.
“Elea ....”
“Iya Ma, ada apa?” Elea bertanya dengan suara yang masih parau.
“Ada temanmu yang mau ketemu.”
Elea menarik kembali selimutnya hingga menutupi muka. “Kalau itu Kenzie dan Naresh suruh mereka pulang aja Ma. Bilangin aja aku masih tidur.”
“Dia bukan Kenzie atau Naresh.”
“Lalu siapa?” tanya Elea seraya mengangkat kepalanya.
“Ini temanmu El.” Ibu Venita menunjuk sosok di belakangnya. Lalu dari balik punggung muncul Max yang melambaikan tangannya.
“Hai, El.”
“Max!” Elea langsung beranjak dan berlari ke kamar mandi. Dia malu karena Max melihat wajah bare facenya.
Setelah mencuci mukanya dan keluar dari kamar mandi. Elea sudah mendapati Max duduk di sofa yang terletak di dekat pintu
“Ada apa sih pagi begini lo udah ada di rumah gue?” tanya Elea dengan kening mengernyit.
Max tersenyum lembut. “Enggak ada apa-apa, gue datang cuma buat bawain lo sarapan karena gue tau lo pasti masih mikirin dia. Jadi gue takut lo mengabaikan kesehatan lo sendiri.”
Elea sedikit tersentuh, dia tak menyangka mendapatkan perhatian yang hangat dari Max. “Terima kasih max, lo udah repot jauh-jauh kemari cuma buat bawain gue sarapan.
“Sebenarnya bukan cuma itu aja sih. Gue mau ngajak lo ke sesuatu tempat. Kebetulan sekarang lagi ada acara di The Kasablanka Hall
“The Kasablanka Hall?”
“Iya , di sana ada acara fameeting sama aktor Korea. Lo pasti suka.”
“Enggak ah Max, gue masih ingin sendiri. Gue belum ingin pergi kemana-mana”
Max membujuk Elea. “Udah ayo pergi bareng gue. Jika terus mengurung diri begini lo malah tambah stres. Gue jamin lo pasti suka acara di sana.”
Melihat Max terus membujuknya akhirnya Elea mengiyakan ajakan Max. “Baiklah, gue mandi dulu. By the way terima kasih untuk makanannya, setelah mandi baru gue makan”
Max merasa senang. Dia terus mengamati punggung Elea yang masuk ke kamar mandi lalu mulai tersenyum menyeringai. “Hehehe, gue yakin bisa dapetin lo. Sayang sekali jika wanita secantik lo dibiarin sendiri.”
Max melangkah keluar. Dia memutuskan menunggu Elea di depan kamar saja.
Setelah elea mandi, dia pun mulai merias wajahnya dengan sentuhan natural. Rambut panjang yang digerai dan gaun biru selutut yang dia kenakan menambah pesonanya menjadi lebih menawan.
Max yang melihat Elea saat keluar dari kamar langsung tercengang. Max menganga tanpa berkedip sedikit pun. Dia tidak mengira elea bisa terlihat begitu cantik melebihi Ilonna.
Elea mengernyitkan keningnya melihat reaksi Max. “Max, Lo kenapa natap gue kayak gitu? Apa penampilan gue terlihat aneh?”
Max buru buru sadar dari lamunannya lalu menggeleng. “Haha enggak ada yang aneh kok. Gue hanya terpesona liat penampilan lo yang berbeda dari biasanya. Lo cantik banget El.”
Pipi Elea sedikit memerah mendengar pujian Max. “Haha makasih buat pujiannya Max. Ya udah ayo kita pergi.”
“Eh, tunggu sebelum pergi lo mesti sarapan dulu. Gue enggak mau kalau tiba-tiba lo pingsan karena belum makan.”
“Ok ya udah gue makan dulu.”
Elea pun membawa makanan pemberian Max dan menikmatinya di ruang makan. Max duduk di samping Elea dan mengawasinya dengan seksama.
“Sekarang gue makan dulu ya.”
“Iya silakan El, gue bawain makanan kan biar lo makan.”
Elea menyunggingkan senyum manisnya lalu mulai menyantap makanan di hadapannya. Ketika Elea makan mata Max tak bisa lepas memandangi Elea. Sesekali Max mengangkat tepi bibirnya tanpa Elea sadari. Sepertinya dia benar-benar sudah terhipnotis dengan kecantikan yang dimiliki Elea.
.......
Setelah elea sarapan keduanya pun pergi ke The Kasablanka Hall. Elea tak mengira ketika datang sudah banyak orang yang mengantri di sana. Dia juga disuguhi oleh baliho besar yang memajang foto sang aktor tampan favoritnya.
Elea menghela nafasnya. Apakah aku terlalu fokus memikirkan Naresh? Hingga aku tak menyadari aktor favoritku datang kemari.
Max menghampiri salah satu kenalannya yang merupakan tim pengurus acara fanmeet. Ternyata berkat bantuan sang teman Max bisa mendapatkan tiket untuk kursi di bagian biru. Yaitu kursi bernomor dan jaraknya cukup dekat dari panggung sang aktor Korea.
“Ayo El, kita masuk.”
Elea pun menuntun Max dan melewati antrian para fans yang lain. Elea hendak mendudukkan tubuhnya. Namun, tiba-tiba pandangannya tertuju oleh sosok Kenzie yang duduk di baris depan.
Lalu yang semakin membuatnya kaget adalah Kenzie tak datang seorang diri. Dia datang didampingi Raisa. Raisa juga berpenampilan anggun hari ini, dan binar wajahnya terlihat begitu bahagia. Namun, wajah Kenzie malah terlihat sebaliknya. Dia murung tanpa senyum sedikit pun.
Max menyadari Elea yang termenung. Dia mengikuti arah pandang Elea hingga matanya juga melihat sosok Kenzie. Max tertegun sejenak hingga sebuah ide cemerlang untuk menarik perhatian Elea pun muncul di otaknya.
Max menunjuk ke arah Kenzie. “Itu Kenzie dan Raisa kan? Wah sepertinya mereka sudah jadian. Enggak nyangka ternyata Kenzie menyukai mantan adiknya.
Elea refleks menggeleng. “Itu belum pasti Max. Bisa aja mereka tuh cuma sahabatan kayak lo sama gue.”
Elea menundukkan wajahnya. Entah kenapa kini dirinya merasa tak suka melihat Kenzie berdekatan dengan perempuan lain.