Read More >>"> Edelweiss: The One That Stays (Chapter One) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Edelweiss: The One That Stays
MENU
About Us  

Aura sedang fokus membaca buku ketika suara bising dari luar kelas terdengar. Pandangannya ia alihkan ke arah aula. Hari ini Hari Bazar, meja-meja diletakkan di sekitaran aula. Beragam macam bazar disediakan dari tiap kelas, entah itu jenis makanan atau minuman, buku-buku, bahkan gelang dan kalung buatan dari manik-manik. Setiap tahun, OSIS mengadakan program kerja Hari Bazar yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Spesial hari pertama, kantin sekolah ditutup. Murid-murid antusias ikut serta meramaikan, entah itu dengan ikut menjual sesuatu atau menghabiskan uang saku dengan membeli berbagai macam bazar yang ada.

Sejenak, Aura menatap layar ponsel, melihat tanggal. Mengembuskan napas pelan. Dua tahun lalu, Hari Bazar berubah menjadi hari yang rusuh, memorak-porandakan sekolah. Seluruh murid yang semangat menyiapkan bilik bazar berlarian tidak tahu arah. Bagaimana mungkin Aura melupakan kejadian itu? Dia sendiri yang menjadi penyebab seisi sekolah panik tanpa tahu alasannya.

"Lo nggak melihat-lihat bazar?" tanya teman sekelasnya, menepuk bahunya.

"Buat apa? Bazar memperingati kematian guru baru yang bahkan belum genap satu bulan mengajar?" Aura bertanya balik tanpa menoleh.

Teman sekelasnya terdiam, kemudian meninggalkan Aura. Dalam hati menyesal kenapa dia harus basa-basi, berbaik hati menegur.

Aura menguap, menutup bukunya. Kelas kosong, tersisa dirinya seorang. Waktu yang pas untuk sekedar menutup mata. Setelah mencari posisi tidur yang nyaman, gadis itu memejamkan matanya.

♦♦♦

Hujan deras membasahi kota. Udara dingin sukses membuat badan menggigil. Suasana yang cocok untuk meringkuk di dalam kemul. Malang, gadis yang saat itu masih berumur 15 tahun di sebuah teras rumah sederhana harus duduk memeluk lutut, mencoba mengusir hawa dingin yang menusuk.

"Sudah lama kamu berdiam diri di sini, Ra. Masuklah." Sesosok lelaki seumurannya mendekat. Ini sudah kesekian kalinya Reza membujuk.

"Aku nggak sudi melihat pria itu di dalam." Aura mendengus. Rasa benci kembali menguak ketika mengingat betapa kejam ayahnya yang selalu memukuli ibunya hanya karena secuil kesalahan yang tak sengaja timbul. Apapun di matanya selalu menjadi kesalahan Ibu. Tadi, gadis itu memberanikan diri membela ibunya, tetapi malah diteriaki keluar dari rumah dan dihukum tidur di luar.

"Ayahmu sudah tidur. Masuklah, temani ibumu di dalam."

"Kamu nggak lihat pria itu tidur di ruang tengah? Dia akan tahu kalau aku masuk. Aku nggak peduli jika dia memukuliku, tapi dia pasti akan melukai Ibu juga! Sungguh lelaki pembawa sial, aku nggak akan pernah mengakui dia ayahku lagi. Dia sama sekali nggak pantas menjadi seorang ayah!"

"Hey, kamu lupa dia yang membawaku ke rumahmu dari panti asuhan sehingga aku punya keluarga seperti kalian." Reza menatap wajah Aura. "Membuatmu punya kehidupan yang lebih baik. Ayahmu cukup baik."

"Kamu juga lupa apa yang dia lakukan kepadamu saat menurutnya kamu sudah nggak berguna lagi untuknya. Dia menelantarkanmu seperti dia melakukannya pada keluarganya." Aura menonton tiap tetes air dari langit.

"Ah ya, aku harus banyak berterima kasih pada ibumu yang membuatku masih bisa tinggal di rumah ini, meski aku bukan anak yang baik—menurut ayahmu terutama." Reza tersenyum kecil.

"Berhenti menyebutnya ayahku."

Reza tidak menanggapi kalimat tersebut, "Tapi setidaknya aku bisa menjadi kakak yang baik untukmu." Ia melepas jaketnya untuk disampirkan ke bahu Aura, menyisakan kaos berlengan pendek yang sudah pasti tidak mampu menahan angin dingin masuk ke tubuh lelaki itu.

"Kakak apanya," cibir Aura tapi tetap berterima kasih pelan.

Reza menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. Duduk di sebelah Aura.

♦♦♦

Kenangan beberapa tahun lalu itu masuk ke mimpi Aura, membuatnya membuka mata. Aura mengusap wajah. Bagaimana dia bisa melupakan lelaki itu jika setiap hari sosok yang terbayang dalam ingatannya selalu saja orang yang sama? Baginya, Reza adalah teman terbaik yang ia punya. Lebih dari sekadar teman, Reza juga bisa menjadi kakak paling penyayang, paling perhatian. Atau mungkin lebih dari kakak.

Umurnya masih 12 tahun ketika Reza datang ke rumah. Ayahnya mengambilnya dari panti asuhan di dekat persimpangan jalan rumah mereka karena tertarik dengan anak itu. Reza lelaki yang baik, dia tidak pernah merepotkan siapapun. Sebaliknya, karena kejeniusannya dalam hal teknologi, ia banyak membantu ayahnya yang bekerja di perusahaan IT. Manajer perusahaan banyak memuji ayahnya sebab inovasi-inovasi bermanfaat yang diberikan Reza dalam hal sebidang. Reza yang sebelumnya hanya belajar di sekolah negeri dekat panti asuhan dulu, berpindah ke sekolah yang sama seperti Aura dengan jalur beasiswa. Hidup mereka berjalan menyenangkan.

Namun, ketika ayahnya dipecat karena suatu masalah di tempat kerjanya, pria itu berubah. Temperamennya menjadi buruk, suka berteriak, dan hobi memukuli—ibunya samsak yang paling sering terkena pukulan. Tidak jarang Aura juga kena pukul—apalagi Reza yang bukan siapa-siapa. Semakin lama semakin parah, Aura tidak mengenali lagi kalau itu ayahnya.

Melihat ibunya yang kesakitan dipukuli, tanpa ada niatan sedikitpun untuk melawan, timbullah rasa benci dari lubuk hati Aura. Kian lama, kian besar. Mereka pindah rumah ke tempat yang lebih kecil. Di antara rasa sakit yang menyergap tubuh, Ibu selalu berusaha mencari nafkah untuk menghidupi kedua anaknya. Sedangkan ayahnya tidak peduli lagi pada mereka, sering keluar entah ke mana untuk mabuk-mabukkan. Pulang-pulang hanya untuk melampiaskan kemarahannya. Mereka tidak bisa tidur tenang sepanjang ayahnya berada di rumah.

"Permisi," sebuah suara memutus lamunan Aura. Pintu kelas diketuk, kemudian muncullah seorang murid dari kelas sebelah. "Aura, bukan? Lo dipanggil Kepala Sekolah, ditunggu di ruangannya sekarang juga."

Aura menoleh, sedikit bingung. Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba ia dipanggil?

♦♦♦

 

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Maroon Ribbon
450      314     1     
Short Story
Ribbon. Not as beautiful as it looks. The ribbon were tied so tight by scars and tears till it can\'t breathe. It walking towards the street to never ending circle.
Ghea
418      268     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Sunset in February
786      433     6     
Romance
Februari identik dengan sebutan bulan kasih sayang. Tapi bagi Retta februari itu sarkas, Februari banyak memberikan perpisahan untuk dirinya. Retta berharap, lewat matahari yang tenggelam tepat pada hari ke-28, ia dapat melupakan semuanya: cinta, Rasa sakit, dan hal buruk lain yang menggema di relung hatinya.
Reaksi Kimia (update)
4830      1223     7     
Romance
》Ketika Kesempurnaan Mengaggumi Kesederhanaan《 "Dua orang bersama itu seperti reaksi kimia. Jika kamu menggabungkan dua hal yang identik, tidak ada reaksi kimia yang di lihat. Lain halnya dengan dua hal yang berbeda disatukan, pasti dapat menghasilkan percikan yang tidak terduga" ~Alvaro Marcello Anindito~
Gebetan Krisan
444      309     3     
Short Story
Jelas Krisan jadi termangu-mangu. Bagaimana bisa dia harus bersaing dengan sahabatnya sendiri? Bagaimana mungkin keduanya bisa menyukai cowok yang sama? Kebetulan macam apa ini? Argh—tanpa sadar, Krisan menusuk-nusuk bola baksonya dengan kalut.
HIRAETH
312      211     0     
Fantasy
Antares tahu bahwa Nathalie tidak akan bisa menjadi rumahnya. Sebagai seorang nephilim─separuh manusia dan malaikat─kutukan dan ketakutan terus menghantuinya setiap hari. Antares mempertaruhkan seluruh dirinya meskipun musibah akan datang. Ketika saat itu tiba, Antares harap ia telah cukup kuat untuk melindungi Nathalie. Gadis yang Antares cintai secara sepihak, satu-satunya dalam kehidupa...
Musyaffa
89      75     0     
Romance
Ya, nama pemuda itu bernama Argya Musyaffa. Semenjak kecil, ia memiliki cita-cita ingin menjadi seorang manga artist profesional dan ingin mewujudkannya walau profesi yang ditekuninya itu terbilang sangat susah, terbilang dari kata cukup. Ia bekerja paruh waktu menjadi penjaga warnet di sebuah warnet di kotanya. Acap kali diejek oleh keluarganya sendiri namun diam-diam mencoba melamar pekerjaan s...
ATHALEA
1186      504     1     
Romance
Ini cerita tentang bagaimana Tuhan masih menyayangiku. Tentang pertahanan hidupku yang akan kubagikan denganmu. Tepatnya, tentang masa laluku.
Mapel di Musim Gugur
404      283     0     
Short Story
Tidak ada yang berbeda dari musim gugur tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya, kecuali senyuman terindah. Sebuah senyuman yang tidak mampu lagi kuraih.
Beloved Symphony | Excetra
806      349     0     
Romance
Lautan melintang tiada tuturkan kerasnya karang menghadang.