Bell istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas. Namun kebanyakan siswa bergegas menuju kantin, berniat mengisi perut mereka yang sudah meronta-ronta minta di isi. Begitu juga dengan Naufal dan teman-temannya, saat ini mereka sedang berada di kantin. Duduk di meja paling ujung sambil menikmati bakso mbak Siti langganan mereka. Dari kejauhan Naufal dapat melihat Adira yang tengah berjalan masuk ke dalam kantin bersama teman-temannya.
"Kapan sih gue bisa bebas dari dia?." Gumam Naufal.
Tiba-tiba Ryan berseru, "Adira, dicariin mas Naufal."
Naufal tersentak, "Stres." Cibirnya.
Mendengar namanya dipanggil Adira hanya tersenyum sembari melambaikan tangan pada mereka. Setelah itu ia kembali berjalan menuju tempat mbak Siti untuk memesan makanan.
"Eh tumben dia ngga heboh lihat Naufal?." Celetuk Arka heran.
"Mungkin Adira udah sadar." Sahut Ryan.
"Sadar?." Tanya Arion.
"Iya, sadar kalo ternyata Naufal jelek dan ngga sebaik yang dia kira." Ceplos Ryan.
"Anj- dahlah terserah." Ujar Naufal pasrah.
"Ututu bercanda mas Naufal, jangan marah dong." Bujuk Ryan "Mas Naufal ganteng, mas Naufal baik, mas Naufalku."
Keempat laki-laki itu berpura-pura ingin muntah. "Jijik, yan." Celetuk Naufal.
"Gue pengen ngehibur lo biar ngga berkecil hati." Jawab Ryan.
"Tapi gak usah kek gitu, geli." Sahut Arion.
"Aa Rion mau juga?." Tanya Ryan.
"Engga makasih." Tolak Arion.
"Padahal–" Ucapan Ryan terhenti, "Nasya duduk sini." teriaknya ketika melihat Adira dan teman-temannya berjalan sambil membawa sebuah mangkok bakso.
"Si Ryan si*lan." Cibir Daniel.
"Ini namanya satset, kalian geser dong." Pinta Ryan. Sudut bibir laki-laki itu terangkat ketika melihat ketiga gadis itu berjalan mendekati mereka.
"Sini gabung aja." Ryan menjadi yang paling heboh diantara para laki-laki itu. "Tolong geser dong fal." Naufal terlihat menghela napas malas, namun ia tetap menggeser tempat duduknya.
"Dedek Nasya duduk sini." Suruhnya. Akhirnya mau tidak mau ketiga gadis itu menerima tawaran Ryan untuk bergabung dalam meja mereka.
"Terimakasih kak."
"Engga masalah." Setelah itu tidak ada lagi yang bersuara. Suasana meja itu menjadi sangat canggung, tidak ada yang berniat untuk membuka suara. Sejujurnya Adira benci suasana semacam ini, tapi dia tidak mau jika harus memulai pembicaraan. Apa lagi saat ini entah kebetulan atau apa Adira duduk dihadapan Naufal, membuatnya terus menunduk karena enggan bertatapan dengan laki-laki itu.
"Adira udah sembuh?." Arion membuka suara.
Gadis itu tersenyum, "Udah."
"Yah, padahal kita ada rencana mau jenguk." Sahut Arion.
"Eh? Ngga usah kak. Lagian cuma sakit biasa kok."
"Ngga apa-apa lah ra, emang gak boleh perhatian sama calon pacar?." Celetuk Ryan sembari menyenggol bahu Arion.
Tiba-tiba Naufal tersedak, membuat semua mata menoleh pada laki-laki itu. Dengan asal ia mengambil minuman yang ada di hadapannya dan tanpa banyak bicara langsung meminumnya hingga habis.
"Itu punyaku." Ujar Adira.
"Hah?" Naufal menatap lama gelas yang berada ditangannya. "Sorry, biar gue gan–"
"Ngga usah." Potong Adira.
"Biar gue ganti, atau lo ambil aja punya gue." Naufal hendak memberikan minumannya pada Adira. Namun tangannya tanpa sengaja menyenggol tangan Arka sehingga minuman itu tumpah di atas meja.
Adira berdecak, "Kan aku udah bilang ngga usah, Kak Naufal ngerti ngga sih!."
"Ra, lo kenapa sih?." Tanya Caca heran.
Adira menatap Naufal tajam, "Lebih baik kak Naufal ngga usah sok perhatian kalo pada akhirnya cuma bikin salah paham."
"Kak Naufal kan ngga sengaja, ra. Lo ngga perlu sampe semarah itu" Ujar Nasya.
Adira berdiri. "Aku udah selesai makan, maaf karena bikin makan siang kalian jadi ngga nyaman." Setelah mengatakan itu ia pamit pergi dari sana.
"Maaf ya kak." Kemudian Caca dan Nasya menyusul Adira.
"Lo ngomong apa sama dia?." Tanya Arion.
"Ngga ada." Jawab Naufal
Arion mengernyit "Ngga mungkin sikap Adira kayak gitu kalo lo ngga ngomong apa-apa."
Naufal menghela napas kesal, "Gue ngga tau, kalo lo emang peduli sama dia ya kenapa ngga lo kejar."
"Lo bisa ngga sih hargai orang dikit aja." Ujar Arion.
"Hargai orang kayak gimana maksudnya?" Naufal tersenyum miring, "Kayak lo yang suka cari muka sana sini?."
"Gue cari muka? Lo iri ya karena gue lebih famous dari pada lo?." Tanya Arion.
"Gue iri?." Naufal terkekeh, "Gue ngga peduli."
"Udahlah, mending kalian balik kelas." Saran Daniel.
"Tanpa lo suruh gue juga mau pergi." Setelah mengatakan itu Naufal beranjak dari tempat duduknya dan kemudian pergi dari sana dengan di ikuti Arka dibelakangnya.
***
"Lo kenapa sih fal?." Tanya Arka. Saat ini mereka sudah berada di kelas.
"Ngga apa-apa." Jawab Naufal acuh tak acuh.
"Fal." Panggil Arka.
"Hm." Laki-laki itu terlihat menyibukkan diri dengan membaca buku.
"Jadi lo marah karena sikap Adira atau lo marah karena Arion peduli sama Adira." Ucap Arka menerka-nerka.
Naufal berdecak, "Gue ngga kenapa-kenapa Arka. So, ngga usah nebak-nebak hal yang ngga jelas. "
"Tapi sikap lo kelihatan jelas, fal." Kata Arka
"Apa?."
"Lo kesel karena Adira kan?." Tanya Arka.
"Bisa ngga sih sehari aja ngga usah sangkut pautin hidup gue sama cewe itu?." Nada suara Naufal terdengar kesal.
"Kenapa?."
"Gue risih." Sahut Naufal singkat.
"Masa sih. tapi jujur gue kaget lihat dia marahin lo, Kalian berantem ya?." Arka semakin penasaran.
"Ngga tau, jangan ajak gue ngomong." Pinta Naufal
"Idih, sombong."
"Ya."
"Tapi fal, lo–"
"Diem." Tekan Naufal dengan tatapan mata tajam. Arka memajukan bibir bawahnya. Mau tidak mau akhirnya laki-laki itu diam.
"Bagus." Gumam Naufal
***
Sudah seminggu lebih Adira tidak pernah lagi mengekori Naufal. Terkadang ketika mereka bersimpangan gadis itu akan pura-pura tidak melihat Naufal atau bahkan ia rela putar balik supaya tidak bertemu dengan Naufal. Melihat itu entah kenapa bukannya merasa senang karena akhirnya Adira menjauh darinya, laki-laki itu justru malah merasa bingung. Padahal biasanya ia selalu merasa kesal saat Adira mengekorinya dibelakang sambil mengoceh tidak jelas. Namun kali ini Naufal malah bertanya-tanya mengenai perubahan sikap gadis itu yang terkesan tiba-tiba.
Saat ini laki-laki itu sedang berjalan menuju atap sekolah untuk menenangkan pikirannya setelah sebelumnya berdebat dengan Arion. Entah kenapa akhir-akhir ini mereka sering sekali berseteru. Padahal Naufal sama sekali bukan tipe orang yang akan peduli dengan pendapat-pendapat orang. Ia suka ikut rapat organisasi hanya karena agar bisa keluar kelas dan melewati jam pelajaran. Tapi kali ini entah kenapa ia menjadi orang yang lumayan ambisius. Sehingga membuat suasana ruang rapat mereka menjadi serius.
Ketika laki-laki itu tengah sibuk dengan pikirannya sebuah suara benda jatuh berhasil mencuri perhatiannya.
Bruk...
Netra Naufal bergerak untuk mencari sumber suara itu. Dan ketika netranya melihat seorang gadis yang sedang sibuk memunguti buku-bukunya yang jatuh. Naufal tergerak untuk menolongnya. Akhirnya ia berjalan mendekati gadis itu. Dan ketika Naufal hendak membantu, tangannya di tepis oleh sang empu.
"Ngga perlu, aku bisa sendiri." Katanya dengan nada angkuh. Namun Naufal tetap membantunya memunguti buku-buku itu.
"Aku bilang ngga usah kak Naufal." Ujarnya lagi, Tapi Naufal seakan menulikan telinganya.
"Kak Naufal." Panggilnya kesal.
Naufal menatap gadis itu, "Apa?."
"Kak Naufal mending pergi aja, aku bisa sendiri." Katanya.
"Kalo gue tetep maksa bantu lo?." Tanya Naufal.
"Kenapa?."
"Karena ada yang pernah bilang sama gue, pekerjaan bakal lebih mudah kalo dilakuin bareng-bareng. Apa lagi kalo ngelakuinnya bareng gue. Iya kan, Adira?." Ujar Naufal.
Adira terdiam. Laki-laki itu kemudian berjalan mendahului Adira sembari membantunya membawakan sebagian buku itu.
"Perpustakaan kan?." Tanya Naufal.
Gadis itu berdeham, "Iya."
Kemudian kedua orang itu berjalan melewati koridor untuk menuju perpustakaan. Selama diperjalanan tidak ada yang berniat membuka suara. Dan hanya ada keheningan di antara mereka. Jika biasanya Adira yang banyak bicara kali ini ia hanya diam saja. Bahkan hingga mereka sampai di perpustakaan.
"Bu Yuni ini buku yang di pinjam bu Gina totalnya ada 30." Ujar Adira sembari meletakkan buku-buku yang ia pegang.
"Sendirian?." Sedetik kemudian penjaga perpustakaan itu tersadar. "Naufal ngapain di sini?."
"Bantuin dia." Jawab Naufal.
"Ngga ada pelajaran?."
"Baru selesai rapat osis."
"Oh, ya udah langsung masuk kelas." Titah penjaga perpustakaan itu.
Kedua orang itu kemudian pamit undur diri kepada bu Yuni. Setelah itu mereka berdua keluar dari dalam perpustakaan. Naufal terlihat hendak menuju ke arah kantin tapi suara Adira menghentikan langkahnya.
"Kamu ngga denger kata bu Yuni?." Naufal menaikkan alis. "Kita di suruh langsung masuk kelas." Ujar Adira.
"Suka-suka gue." Sahut Naufal.
"Oke." Tanpa banyak bicara Adira berbalik untuk kembali ke kelasnya. Melihat punggung Adira yang mulai menjauh Naufal berdecak. Dan entah bagaimana akhirnya ia memilih untuk mengikuti gadis itu kembali ke kelas.