Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dear N
MENU
About Us  

  Di bawah langit malam yang membentang luas, terlihat seorang laki-laki tengah berjalan di atas trotoar. Dengan netranya menatap lurus pada jalanan yang mulai sepi lantaran tak banyak lagi kendaraan yang berlalu lalang. Telinganya ia sumpal dengan earphone, dan tangannya ia masukkan pada kantong hoodie. Meski suasananya terlihat sepi namun tidak demikian dengan pikirannya, kepalanya terlalu berisik.

  Laki-laki itu berjalan tanpa tau arah dan tujuan. Sampai akhirnya ia memutuskan berhenti didepan minimarket. Hanya untuk duduk sembari menatap orang-orang yang tengah berlalu lalang. Dengan pandangan kosong ia membiarkan pikirannya melambung jauh. Namun sebias suara berhasil mencuri perhatiannya.

  "Kak Rion?." Kepala laki-laki itu menoleh pada sumber suara. Ketika melihat siapa orang yang memanggilnya ia tersenyum. Namun terlihat jelas perubahan raut wajah gadis itu saat melihat Arion.

  "Kak Rion kenapa?." Ia bertanya dengan nada suara yang terdengar khawatir.

  Arion menggeleng, "Bukan apa-apa."

  "Tapi muka kakak lebam. Kak Rion habis berantem?." Gadis itu kembali bertanya.

  "Engga, ini kepentok dinding." Jawab Arion asal.

  "Kepentok dinding? Kak Rion bercanda ya?."

  "Engga, udah jangan dipikirin." Meskipun tidak puas dengan jawaban Arion. Gadis itu tetap mengangguk paham.

  "Lo habis beli apa?." Tanya Arion seolah mengalihkan perhatian.

  "Cuma cemilan, kak Rion mau?." Tawar gadis itu.

  Arion menggeleng, "Engga."

  Gadis itu terdiam sejenak, "Kak Rion tunggu di sini sebentar ya." Pintanya, kemudian ia masuk ke dalam minimarket. Dan tak berselang lama kembali dengan membawa sebuah bungkusan ditangannya.

  "Sini kak tangannya." Pinta gadis itu. Meski dengan perasaan bingung Arion tetap mengulurkan tangannya. Kemudian gadis itu terlihat mengoleskan obat pada luka yang Arion sendiri tidak sadari. Setelah itu ia menempelkan sebuah plaster di tangan Arion.

  "Gimana lo bisa tau?." Tanya Arion heran.

  "Aku lihat luka di tangan kak Rion." Jawab gadis itu. 

  "Kak Arion bisa nunduk dikit ngga?." Pintanya. Laki-laki itu menurut tanpa bersuara. Ia menunduk. Kemudian dengan telaten gadis itu mengoleskan obat pada wajah Arion yang lebam.

  "Kalo ngga di obati bakal lama sembuhnya. Masa iya ganteng-ganteng mukanya bonyok." Gadis itu bergumam sendiri.

  Arion diam-diam tersenyum, "Gue ngga salah denger kan barusan lo muji gue ganteng?."

  "Eh? Tapi kak Rion kan emang ganteng." Jawabnya polos

  "Adira." Panggil Arion.

  "Hm?"

  "Makasih ya." Ujar Arion.

  "Buat?."

  "Karena udah peduli sama gue."

  Adira tersenyum, "Engga masalah." Katanya. Arion kembali diam.

  Gadis itu terlihat menimang-nimang, "Kak Rion, aku boleh ngasih saran?."

  Arion mengernyit, "Saran?."

  "Iya, saran aja kalo ada sesuatu yang mengganggu pikiran kak Rion ngga ada salahnya cerita ke orang lain. Setidaknya meski ngga bisa bantu, kak Rion ngga akan ngerasa tertekan sendirian."

  Suasana tempat itu menjadi hening. Mereka berdua sama-sama diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga kemudian Arion kembali membuka suara.

  "Gue ngga tau gimana cara ngomongnya. Tapi yang jelas hubungan gue sama papa gue ngga terlalu baik."

   Adira menoleh, "Kenapa?."

  "Ya gitu, dia selalu nuntut gue buat jadi sempurna. Emang gue kurang sempurna ya?" Arion bertanya dengan tatapan mata sedu.

  Adira terdiam sejenak, "Engga kok, kak Arion udah sempurna. Tapi kan ngga ada manusia yang bener-bener sempurna kak."

  "Harusnya gitu, tapi papa gue selalu mau semuanya sesuai sama keinginan dia." Ujar Rion

"Kak Rion, aku tau ini ngga akan membantu, tapi aku rasa kakak udah berjuang keras buat dapatin semuanya. Mulai dari ngejar nilai, jadi ketua osis, dan bangun citra yang baik disekolah itu pasti ngga mudah kan?." Adira menepuk kepala Arion pelan. "I'm proud of you, Reinhart Arion. You're great ."

  Mendengar itu Arion terdiam. Keduanya terlihat saling memandang satu sama lain. Hingga tanpa sengaja netra mereka bertemu untuk sepersekian detik. Menyadari itu Adira segera menarik tangannya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

  "Maaf." Ucapnya pelan. Diam-diam ia merutuki dirinya sendiri karena bertindak seenaknya. "Aku cuma–"

  "Thanks." Sahut Arion.

  "Hah?."

  "Lo adalah orang pertama yang bangga sama pencapaian gue. Jadi gue ucapin makasih, Adira." Gadis itu tersenyum. "Selama ini gue mati-matian belajar, ikut olimpiade, ikut organisasi sana sini berharap setidaknya ada orang yang mengapresiasi kerja keras gue. Tapi kenyataannya dunia ngga pernah puas cuma sama satu pencapaian. Rasanya selalu kurang dan gue ngga pernah ngerasa cukup." Keluh Arion.

  Adira menepuk pundak Arion pelan, "Kak Rion kita ngga bisa membungkam mulut semua orang. Tapi kita punya dua tangan yang bisa digunain buat nutup telinga kita. Kalo kakak terus ngikutin apa kata dunia kakak ngga akan pernah ngerasa puas. Pada akhirnya kakak sendiri yang akan ngerasa cape. Iya kan?."

  "Iya." Jawab Arion pelan.

  Adira menatap laki-laki itu dalam diam, "Aku emang ngga tau apa yang kak Rion rasain. Tapi tolong bertahan sebentar lagi ya kak. Aku yakin suatu saat nanti kak Arion pasti bahagia."

  Arion balik menatap Adira, "I will try." Katanya.

  "Good luck." Ujar Adira dengan mengepalkan tangannya.

  Arion tersenyum, "Gue ngga tau lo bisa se-chill ini."

  "Itu karena sebelumnya kita kan ngga dekat." Sahut Adira.

  "Jadi sekarang kita jadi dekat?." Tanya Arion.

  Adira terlihat berpikir sebentar, "Maybe, tapi aku janji bakal simpen rahasia kak Arion baik-baik."

  "Thank you." Kata Arion

  "Udah, kak Arion jangan bilang makasih terus." Celetuk Adira

  "Kenapa?."

  "Karena ngga ada kata maaf dan terimakasih dalam pertemanan. Kita teman kan?."

  Laki-laki itu terkekeh, kemudian ia menepuk pelan kepala Adira. "baik, bu bos."

  "Good boy." Sahut Adira. Entah kenapa Arion tidak dapat menyembunyikan senyumannya. Kini ia merasa lebih baik dibandingkan sebelumnya. Bahkan kepalanya sudah tak seberisik tadi.

  "Adira, tadi kan gue udah cerita tentang masalah gue. Lo ngga ada yang mau di ceritain?."

  Adira diam sejenak, kemudian ia menggeleng, "Engga ada."

  "Yakin? Tapi gue rasa kayaknya ada yang mengganggu pikiran lo. Apa lagi sikap lo akhir-akhir ini juga aneh."

  "Aneh gimana?."

  "Gue tau ini agak lancang, tapi lo ada masalah ya sama Naufal?."

  "Engga ada kok"

  "Yakin? Naufal ngga bilang aneh-aneh kan sama lo yang sampe bikin lo sakit hati?."

  Adira menggeleng cepat, "Engga kak, bukan salah kak Naufal. Ini salahku sendiri."

  "Maksudnya?."

  "Iya salahku. Sekarang aku sadar kalo selama ini aku cuma mikirin perasaanku aja. Tanpa tau apa yang kak Naufal rasain. Dia pasti ngerasa ngga nyaman karena aku terus-terusan ngejar dia. Jadi aku mutusin buat suka kak Naufal secukupnya aja."

  "Lo sesuka itu ya sama Naufal?."

  "Iya." Arion terdiam. "Tapi kak Naufal ngga suka aku."

  "Gue suka lo." Ujar Arion tiba-tiba.

  "Hah?." Adira menatap Arion bingung.

  Laki-laki itu terkekeh. "Bercanda." katanya

  Adira memukul lengan Arion pelan, "Kak Rion bikin kaget aja,"

  Arion masih terkekeh, "Kenapa?."

  "Ya kan ngga mungkin banget seorang Reinhart Arion suka Adira."

  "Kenapa ngga mungkin?."

  "Karena kak Rion terlalu sempurna."

  Arion menaikkan satu alisnya, "Tapi lo sendiri yang bilang ngga ada manusia yang sempurna."

  "Iya tapi–" Adira beranjak dari tempat duduknya, "Udah malam kak, ayo pulang." Ajaknya.

  "Iya." Arion mengikuti gadis itu.

  Adira mengernyit, "Kak Rion jalan kaki?."

  "Iya, kenapa? lo mau nganter gue pulang?." Tanya Arion.

  "Gimana caranya aku kan juga jalan kaki." Sahut gadis itu sembari menunjukkan deretan giginya.

  "Yeu, ya udah kita jalan bareng."

  "Engga apa-apa?."

  Kening Arion berkerut, "Kenapa ngga? selagi lo ngga minta gendong sama gue ya ngga masalah"

  "Ngga mungkin lah kak." Sahut Adira.

  "Tapi kalo beneran juga ngga apa-apa."

  "Ngaco ih." Cibir Adira. Arion terkekeh.

  "Kak Arion beneran ngga apa-apa pulang ke rumah?." Adira bertanya khawatir.

  Arion mengerutkan kening, "Kenapa ngga?."

  "Ngga gitu, maksudnya kak Arion kan lagi ada masalah sama papanya kak Arion. Jadi aku cuma mastiin aja." Jelas Adira.

  "Ngga akan ada apa-apa, tenang aja." Sahut Arion.

  Kedua insan itu terlihat berjalan beriringan. Di bawah langit malam  yang hanya bermodalkan cahaya lampu jalan. Selama diperjalanan mereka banyak membicarakan hal random, ataupun saling bertukar pikiran. Meski memiliki kepribadian yang bertolak belakang namun obrolan mereka rasanya akan selalu nyambung.

  "Udah sampai." Kata Arion, saat mereka sudah berdiri didepan gerbang rumah Adira.

  "Kak Arion ngga apa-apa pulang sendiri?." Tanya gadis.

  "Ngga bisa sih, gue biasanya harus dikawal sama sepuluh bodyguard." Sahut Arion sembari terkekeh.

  "Beneran? Kalo cuma aku yang nganterin ngga bisa ya?." Adira berucap polos.

  Arion tertawa, "Bercanda, ra. Gue bisa pulang sendiri"

  "Sure?."

  "Iya, lagian rumah gue ngga jauh, cuma perempatan sana."

  Gadis itu mengangguk-angguk, "Iya sih."

  "Ya udah, sana masuk. Di luar banyak nyamuk." Kata Arion.

  "Bentar." Adira memberikan sebuah coklat pada Arion. "Katanya coklat bisa balikin suasana hati. Kalo kak Rion lagi ngga baik-baik aja makan coklat. Aku juga suka makan coklat."

  Arion tersenyum, "Thanks, gue balik ya."

  "Iya, aku juga mau masuk." Ujar Adira.

  "Oke, see you." Setelah mengatakan itu Arion kembali berjalan untuk menuju ke rumahnya. Sedangkan Adira berbalik untuk masuk ke dalam rumah. Sampai di sini mereka berpisah. Sepanjang jalan pandangan mata Arion tertuju pada obat dan coklat yang Adira berikan. Hingga tanpa sadar seulas senyum terukir dari bibir Arion.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Maiden from Doomsday
10841      2422     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
Premium
SHADOW
6471      1911     0     
Fantasy
Setelah ditinggalkan kekasihnya, Rena sempat mencoba bunuh diri, tapi aksinya tersebut langsung digagalkan oleh Stevan. Seorang bayangan yang merupakan makhluk misterius. Ia punya misi penting untuk membahagiakan Rena. Satu-satunya misi supaya ia tidak ikut lenyap menjadi debu.
Premium
Aksara yang Tak Mampu Bersuara
20504      2020     0     
Romance
Ini aku. Aku yang selalu bersembunyi dibalik untaian kata indah yang menggambarkan dirimu. Aku yang diam-diam menatapmu dari kejauhan dalam keheningan. Apakah suatu saat nanti kau akan menyadari keberadaanku dan membaca semua tulisanku untukmu?
Kisah Kemarin
7582      1762     2     
Romance
Ini kisah tentang Alfred dan Zoe. Kemarin Alfred baru putus dengan pacarnya, kemarin juga Zoe tidak tertarik dengan yang namanya pacaran. Tidak butuh waktu lama untuk Alfred dan Zoe bersama. Sampai suatu waktu, karena impian, jarak membentang di antara keduanya. Di sana, ada lelaki yang lebih perhatian kepada Zoe. Di sini, ada perempuan yang selalu hadir untuk Alfred. Zoe berpikir, kemarin wak...
Drifting Away In Simple Conversation
467      318     0     
Romance
Rendra adalah seorang pria kaya yang memiliki segalanya, kecuali kebahagiaan. Dia merasa bosan dan kesepian dengan hidupnya yang monoton dan penuh tekanan. Aira adalah seorang wanita miskin yang berjuang untuk membayar hutang pinjaman online yang menjeratnya. Dia harus bekerja keras di berbagai pekerjaan sambil menanggung beban keluarganya. Mereka adalah dua orang asing yang tidak pernah berpi...
KELANA [Kenzie - Elea - Naresh]
5725      1964     0     
Fan Fiction
Kenzie, Elea, Naresh, tiga sahabat yang ditakdirkan menjadi seorang bintang. Elea begitu mengagumi Naresh secara diam-diam, hingga dia amat sangat peduli terhadap Naresh. Naresh yang belakangan ini sering masuk lambe turah karena dicap sebagai playboy. Bukan tanpa sebab Naresh begitu, laki-laki itu memiliki alasan dibalik kelakuannya. Dibantu dengan Kenzie, Elea berusaha sekuat tenaga menyadarka...
Bimbang (Segera Terbit / Open PO)
6341      2030     1     
Romance
Namanya Elisa saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Bandung Dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dalam keluarganya Tetapi walaupun dia anak terakhir dia bukan tipe anak yang manja trust me Dia cukup mandiri dalam mengurus dirinya dan kehidupannya sendiri mungkin karena sudah terbiasa jauh dari orang tua dan keluarganya sejak kecil juga ja...
Wanita Di Sungai Emas (Pendek)
585      395     3     
Fantasy
Beberapa saat kemudian, aku tersandung oleh akar-akar pohon, dan sepertinya Cardy tidak mengetahui itu maka dari itu, dia tetap berlari... bodoh! Akupun mulai menyadari, bahwa ada sungai didekatku, dan aku mulai melihat refleksi diriku disungai. Aku mulai berpikir... mengapa aku harus mengikuti Cardy? Walaupun Cardy adalah teman dekatku... tetapi tidak semestinya aku mengikuti apa saja yang dia...
Of Girls and Glory
4322      1711     1     
Inspirational
Pada tahun keempatnya di Aqiela Ru'ya, untuk pertama kalinya, Annika harus berbeda kamar dengan Kiara, sahabatnya. Awalnya Annika masih percaya bahwa persahabatan mereka akan tetap utuh seperti biasanya. Namun, Kiara sungguh berubah! Mulai dari lebih banyak bermain dengan klub eksklusif sekolah hingga janji-janji yang tidak ditepati. Annika diam-diam menyusun sebuah rencana untuk mempertahank...
Gunay and His Broken Life
8733      2540     0     
Romance
Hidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dari ia bangun tidur, hingga kembali lagi ke tempat tidur yang keluar dari mulutnya hanyalah "kakak, kakak, dan kakak" Sampai memberi makan ikan...