Read More >>"> Dear N (11. Salah Paham) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dear N
MENU
About Us  

  Naufal dan Arka tengah berjalan di koridor sembari membawa bola basket di kedua tangan masing-masing. Sebagai ketua dan wakil ketua kelas mereka diperintahkan guru olahraga untuk mengembalikan bola basket itu ke ruang olahraga. Dengan santai kedua laki-laki itu terlihat berjalan sembari mengobrol.

  "Gue akui skill lo main basket keren juga." Puji Arka.

  Naufal tersenyum sombong, "Jelas, lo baru tau?."

  "Idih, nyesel gue muji lo." Arka mendengus.

  Naufal terkekeh, "Bercanda bro, gue latihan terus tiap pulang sekolah."

  "Ah iya turnamen lo akhir minggu ini kan? Berarti sebelum ujian akhir ya?." Tanya Arka.

  "Yoi, makanya pelatih gue nyuruh fokus latihan tapi juga diselingi belajar." Jawab Naufal.

  "Tapi gue gak yakin lo belajar sih." Tebak Arka.

  "Si*lan." Cibir Naufal. "Gue gini-gini juga sering buka buku."

  "Cuma buka tapi gak dibaca sama aja bohong." Sarkas Arka

  "Setidaknya udah ada niat." Balas Naufal tak mau kalah.

  "Niat tanpa usaha ibarat kopi tanpa gula." Ujar Arka asal.

  "Apa hubungannya?." Tanya Naufal.

  "Hasilnya pahit." Jawab Arka.

  "Belum tentu, bisa aja hasil gue bagus. Semua tergantung keberuntungan kita. Kata orang, orang pinter itu bakal kalah sama orang beruntung." Jelas Naufal.

  "Heleh, mau nyontek siapa lo?." Tanya Arka.

  Naufal melirik Arka sekilas, "Kepo."

  "Ntar bagi-bagi ya fal." Pinta Arka.

  "Wani piro?." Tanya Naufal menggunakan bahasa jawa yang berarti berani berapa?.

  Pada dasarnya Naufal itu seperti anak SMA pada umumnya. Ia juga sering menyontek, terlambat, dan juga terkadang membolos. Dia memang bukan siswa teladan, tapi dia juga bukan pembuat onar. Nama Naufal lumayan terkenal di kalangan murid SMA Nusa Bangsa namun hal itu bukan tanpa alasan karena Naufal banyak mengikuti ekstrakurikuler sehingga membuat namanya banyak dikenal oleh para siswa khususnya adik kelas.

  Suara sepatu terdengar menuruni tangga saat kedua laki-laki itu hendak melewati tangga. Setelah itu disusul dengan suara cekikikan dari tiga hingga empat gadis.

  "Gue akui lo cantik dan pemberani."

  "Tentu, gue Viona dan ngga ada yang ngga mungkin bagi gue."

  "Keren sih, lo balas dia bahkan tanpa harus ngotorin tangan lo."

  "Hahaha Adira itu cuma manusia otak kosong yang berlagak pinter."

  Langkah Arka dan Naufal sama-sama berhenti. Kedua pemuda itu terlihat saling melampar pandangan sembari mengernyit.

  "Dia juga terkenal cuma berkat nama kakaknya aja, tapi gayanya sombong abis."

  "Haha berani-beraninya dia ngatain gue j*l*ng. Padahal sendirinya lebih parah. Dia ngga sadar ya ngejar-ngejar Naufal udah kayak orang gila."

  "Memang apa hebatnya si Naufal itu ganteng ngga, pinter juga ngga. Dia cuma cumi-cumi kalo disandingin sama Arion."

  "Heh! jangan ngejelekin kak Naufal. Bukanya objek kalian itu Adira?."

  "Iya, tapi kalian tau ada rumor yang bilang kak Arion itu suka Adira?. Menurut gue ini gila dan gak masuk akal."

  "Si si*lan itu bener-bener pantes disebut j*l*ng kecil."

  "Haha seharusnya waktu itu dia ngga perlu ditemuin."

  "Nyusahin aja, kita udah cape lari-larian buat ninggalin dia. Dianya malah pulang sambil digendong kak Naufal. Kalo tau gitu gue juga mau."

  "Lo mau kita tinggal di hutan juga?."

  "Bukan gitu, gue kesel aja cuma karena satu orang kegiatan camping kita harus terjeda."

  Saat keempat orang itu sedang asik-asiknya membicarakan orang lain, tiba-tiba sebuah bola basket menggelinding ke arah mereka.

  "Anak-anak olahraga itu ceroboh banget sih."

  "Lo ambil deh."

  "Ogah, males banget ketemu mereka pasti bau matahari."

  "Woy ini bola siapa?."

  "Gue." Semua orang itu melihat ke arah koridor. Namun mereka terdiam saat mengetahui siapa dalang dari bola itu.

  "Kak Naufal?." Naufal menatap mereka dengan tatapan tajam. Seketika Keempat gadis itu menundukkan kepalanya.

  "Kalian–" Belum sempat Arka menyelesaikan kalimatnya. Naufal menghentikannya.

  "Lempar bola gue ke sini." Perintah Naufal.

  "Eh? I-iya kak." Seorang gadis melempar bolanya pada Naufal.

  "Kalian mau kemana?." Tanya Naufal.

  "Aula kak, mau daftar osis."

  "Nama kelas?." Naufal kembali bertanya. Gadis-gadis itu terlihat gelagapan.

  "Hey, dia nanya lo." Ujar Arka. "Ngomongin orang aja kalian bisa giliran di ajak bicara kempis gak ada suaranya."

  "Viona kak dari kelas 10 IPS 3." Sahut gadis itu.

  "Balik kelas." Perintah Naufal.

  "Tapi kita mau ke aula kak."

  "Ngapain? buang-buang waktu. Orang-orang kayak kalian gak pantes masuk osis. Bikin malu sekolah aja." Setelah mengatakan itu Naufal dan Arka berjalan melewati gadis-gadis itu begitu saja.

  "Cih, dia pikir siapa dia. Dia gak ada apa-apanya dibandingkan kak Arion." Gumam Viona yang masih bisa Naufal dengar.

  ***

  Sesampainya mereka di ruang osis kedua pemuda itu segera meletakkan bola basket yang mereka bawa ke dalam keranjang bola. Tidak ada percakapan semenjak mereka bertemu dengan gadis-gadis itu.

  "Kenapa lo biarin mereka lolos gitu aja?." Arka membuka suara.

  "Terus gue harus gimana? Yang mereka bilang gak salah. Gue emang ngga ada apa-apanya kan di bandingkan Arion." Jawab Naufal.

  "Bukan itu, tapi tentang yang terjadi di tempat camping. Kita bisa laporin mereka ke kepsek." Ujar Arka

  "Itu bukan urusan gue." Sahut Naufal tak peduli.

  "Tapi kita saksi fal, lo tau kan karena kesalahan anak-anak itu kita yang kena. Kita yang dipandang jelek sama sekolah." Jelas Arka

  "Gue tau."

  "Setidaknya lakuin ini demi Adira." Celetuk Arka asal.

  Naufal mengernyit, "Ngapain gue harus lakuin ini demi dia?."

  "Bukannya lo suka Adira?." Tanya Arka hati-hati

  "Kata siapa? Bukannya gue selalu bilang kalo gue gak suka dia dan ngga akan pernah suka. Menurut gue dia itu cuma benalu. Ngga menguntungkan tapi selalu nyusahin, bikin risih aja." Ujar Naufal.

  Arka sedikit tersentak mendengar jawaban Naufal. "Kalo lo gak peduli terus kenapa waktu itu lo ikut nyari dia?."

  "Ya kali gue tidur ditenda sedangkan kalian semua nyari dia." Jawab Naufal tak habis pikir.

  "Tapi lo kelihatan khawatir." Balas Arka

  "Semua orang khawatir, bahkan lo juga pasti khawatir kan" Sahut Naufal

  "Iya sih." Jawab Arka pelan

  "Udahlah ka, berhenti berasumsi kalo gue suka dia. Semua yang gue lakuin itu cuma karena kasian. Bahkan beberapa hari ini gue ngerasa seneng karena dia ngga ganggu gue." Jelas Naufal.

  Arka terdiam sejenak, "Gitu ya, ya udah ayo balik kelas. Kita juga harus ke aula buat acara osis." Kemudian mereka keluar dari ruang olahraga.

  Sepergian kedua pemuda itu dari sana. Seorang gadis terlihat masuk ke dalam dengan raut wajah yang muram, lalu di susul dengan satu orang temannya.

  "Di suruh pak Huda ambil bola voli dua aja." Ujar gadis yang baru saja datang.

  Adira tersentak, "Ah iya, apa?."

  "Adira, are you oke?."

  Adira diam sejenak, "Caca, setelah ngambil bola aku mau di kelas aja ngga apa-apa?."

  "Kenapa? Lo sakit ya? Pak Huda kan juga udah bilang lo ngga harus ikut olahraga kalo masih sakit." Tanya Caca khawatir.

  "Iya kayaknya, maaf ya." Jawab Adira

  "Ngga apa-apa Adira, lo balik kelas sekarang aja. Biar nanti gue yang bawa bolanya ke lapangan." Ujar Caca.

  "Maaf ngerepotin kamu."

  "Apa sih ngga repot, udah sana balik kelas. Kalo lo minta maaf lagi gue tendang." Ancam Caca.

  "Galaknya." Gumam Adira yang masih bisa di dengar Caca

  "Biarin, udah sana." Sahut Caca sembari mendorong pelan tubuh Adira.

  Akhirnya gadis itu keluar dari ruang olahraga untuk kembali ke kelas. Sepanjang jalan tatapan matanya kosong. Entah karena benar dia sakit atau karena dia sudah mendengar semuanya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Dunia Tanpa Gadget
7845      2335     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
Seharap
4414      1962     0     
Inspirational
Tisha tidak pernah menyangka, keberaniannya menyanggupi tantangan dari sang kakak untuk mendekati seorang pengunjung setia perpustakaan akan menyeretnya pada sebuah hubungan yang meresahkan. Segala kepasifan dan keteraturan Tisha terusik. Dia yang terbiasa menyendiri dalam sepi harus terlibat berbagai aktivitas sosial yang selama ini sangat dihindari. Akankah Tisha bisa melepaskan diri dan ...
Unlosing You
264      175     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?
The Skylarked Fate
4097      1508     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
Teman Hidup
3997      1899     1     
Romance
Dhisti harus bersaing dengan saudara tirinya, Laras, untuk mendapatkan hati Damian, si pemilik kafe A Latte. Dhisti tahu kesempatannya sangat kecil apalagi Damian sangat mencintai Laras. Dhisti tidak menyerah karena ia selalu bertemu Damian di kafe. Dhisti percaya kalau cinta yang menjadi miliknya tidak akan ke mana. Seiring waktu berjalan, rasa cinta Damian bertambah besar pada Laras walau wan...
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
3702      1080     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
AUNTUMN GARDENIA
99      87     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
DI ANTARA DOEA HATI
703      343     1     
Romance
Setelah peristiwa penembakan yang menewaskan Sang mantan kekasih, membuat Kanaya Larasati diliputi kecemasan. Bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya. "Siapapun yang akan menjadi pasanganmu akan berakgir tragis," ucap seorang cenayang. Hal tersebut membuat sahabat kecilnya Reyhan, seorang perwira tinggi Angkatan Darat begitu mengkhawatirkannya. Dia berencana untuk menikahi gadis itu. Disaa...
Rembulan
645      342     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
A.P.I (A Perfect Imaginer)
81      69     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.