Saat ini Adira sedang menuju kelas Naufal dengan membawa sebuah kotak bekal yang sudah ia siapkan dari pagi. Adira sudah memikirkan perkataan Naufal selama semalaman. Jika Naufal memintanya untuk menjauh maka gadis itu akan semakin mendekat. Terdengar keras kepala memang, tapi itulah Adira. Ia akan berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi semua keinginannya. Lagi pula kata orang cinta itu butuh perjuangan. Dan saat ini Adira sedang berjuang untuk mendapatkan hati Naufal.
Sekarang gadis itu tengah berdiri di depan pintu kelas Naufal. Ia sudah menyiapkan hatinya apa bila nanti Naufal memarahi ataupun mengusirnya. Itu adalah konsekuensi yang harus ia terima.
Adira diam untuk beberapa saat, sebelum akhirnya memutuskan untuk menghampiri Naufal yang terlihat sibuk dengan handphone-nya. Sedangkan di sebelahnya ada Arka yang sedang membaca buku komik.
Gadis itu tersenyum lebar, "Selamat pagi kak Naufal" Sapanya pada Naufal. Sedangkan sang empu hanya melirik Adira sekilas.
"Kak Naufal." Panggil Adira lagi.
Arka menyenggol Naufal, "Ada yang nyariin lo tuh." Katanya.
Naufat berdecak, "Lo mau apa lagi?." Tanyanya dengan raut wajah kesal.
"Aku bawa bekal buat kak Naufal." Ujar Adira sembari menaruh kotak bekal yang ia bawa di atas meja.
Laki-laki itu mengernyit, "Ngapain sih lo repot-repot kek gini? Gak guna banget." Ceplosnya.
Arka kembali menyenggol bahu Naufal, "Omongan lo." Ujarnya mengingatkan.
Adira tersenyum, "Ini namanya effort kak Naufal."
Naufal menghela napas, "Terserah." Kemudian ia memberikan kotak bekal itu pada Arka, "Buat lo aja."
Arka mengernyit, "Tapi–"
"Gue gak makan gorengan." Sahut Naufal cepat.
Gadis itu ber-oh ria, "Oh kak Naufal gak makan gorengan?."
"Hm."
"Gapapa, aku masih punya sesuatu buat kak Naufal." Adira mengeluarkan sebuah botol berisi Smoothie dari tasnya. "Aku tau kak Naufal mau ikut turnamen basket minggu depan kan?."
Naufal terdiam sejenak, "Gue gak suka buah." Katanya
Adira mengangguk, kemudian ia mengeluarkan sebuah botol lagi dari tasnya, "Protein shake."
Arka berdecak kagum, "Tas lo bisa jadi supermarket ya?."
Adira terkekeh, "Engga segitunya juga, kak Arka."
"Ya lagian komplet amat." Adira menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Isinya ada apa lagi?." Tanya Arka penasaran.
"Wait." Adira mengeluarkan sebuah kotak bekal lagi dari dalam tasnya, "Ini kimbap." Ujarnya.
Naufal menaikkan satu alisnya, "Kenapa lo gak sekalian bawa hot pot?."
"Kak Naufal mau?." Tanya Adira.
"Ya." Jawab Naufal.
"Boleh, besok aku bawain." Ujar Adira antusias.
"Eh, ngga ngga." Arka terlihat panik, "Lo jangan aneh-aneh, fal."
"Biarinlah dia yang mau." Sahut Naufal
Arka menepuk jidatnya, "Ya kalo dia bawain beneran gimana?." Naufal mengangkat bahu sebagai isyarat tidak tau.
Arka kemudian tersenyum pada Adira, "Naufal biar ngambil protein shake-nya, bekalnya buat gue ya?."
"Boleh, Smoothie-nya gak mau sekalian?." Tanya Adira
Arka hendak menjawab tapi Naufal lebih dulu menyahut, "Gak usah, lo ambil aja." katanya.
Adira mengangguk, "Jangan lupa diminum ya kak Naufal."
"Siap, lo tenang aja gue pastiin gak akan sisa setetes pun." Sahut Arka.
"Stress." Cibir Naufal.
Gadis itu terkekeh, "Terimakasih kak Arka."
"Mending lo balik kelas." Suruh Naufal.
Adira kembali memasukkan bekalnya kedalam tas, "Aku masuk kelas dulu ya, bye kak Naufal." Pamit Adira, kemudian ia keluar dari kelas Naufal.
Arka berdecak kagum, "Effort-nya perlu di acungi jempol."
"Biasa aja, gak usah lebay." Naufal mengambil protein shake yang Adira bawa, kemudian meminumnya.
Arka diam-diam tersenyum melihat itu, "Let's see, kegigihan Adira atau gengsi Naufal yang bakal menang." Gumamnya.
***
Setelah dari kelas Naufal, gadis itu berjalan dengan membentuk pola zig-zag. Ia tidak henti-hentinya mengukir senyum lebar, membuat semua mata yang melihatnya mengernyit heran. Namun bukan Adira namanya jika peduli akan hal itu. Ia malah dengan santainya melewati koridor sekolah dan tidak menghiraukan semua tatapan aneh yang ditunjukkan orang-orang kepadanya.
Dari kejauhan seseorang laki-laki berperawakan tinggi berjalan ke arah Adira. Ia bisa melihat tatapan memuja dari gadis-gadis yang di lewati oleh orang itu. Tidak dapat dipungkiri jika Adira juga diam-diam kagum dengan sosok itu, Entah apa yang tuhan pikirkan saat menciptakannya. Sangat sempurna.
Laki-laki itu tersenyum pada Adira, "Pagi." Sapanya.
"Pagi, kak Arion." Adira balik tersenyum.
Arion terlihat melirik jam tangannya, "Lo baru dateng?."
Adira menggeleng cepat, "Ngga, aku udah dateng dari tadi." Jawabnya.
"Habis dari mana?." Tanya Arion.
"Rahasia." Sahut Adira.
Arion terkekeh." Astaga."
"Kak Arion sendiri habis dari mana?." Adira bertanya.
"Tadi ada urusan." Jawab Arion.
"Rapat osis lagi?." Tebak Adira.
Arion terkekeh, "Bukan, gue habis dari perpustakaan."
Gadis itu mengernyit, "Ngapain?."
"Belajar buat olimpiade sains." Sahut Arion
Adira berdecak kagum, "Kak Arion keren banget ya."
Arion terkekeh, "Gak lah, kerenan lo."
"Hah? Aku? Mana ada." Tolak Adira.
"Iya, semua temen gue pada ngomongin lo." Jawab Arion
"Hah? Kenapa mereka ngomongin aku?."
Arion tersenyum, "Karena lo lucu."
Adira terlihat salah tingkah, "Apa sih kak Arion."
Arion terkekeh, "Beneran."
"Engga, kak Arion lebih keren. Makanya banyak perempuan yang kagum sama kak Arion." Ujar Adira.
"Lo juga?." Arion bertanya tiba-tiba.
"Aku? Tentu, lagian siapa sih yang ngga kagum sama kak Arion." Jawab Adira.
"Bagus deh." Arion mengukir senyum, "Ayo gue anter lo ke kelas." Ujarnya.
Adira mengernyit, "Tapi kelas kak Arion kan di atas?."
"Gapapa, ayo." Ajak Arion. Mau tidak mau Adira mengikuti laki-laki itu.
Kedua orang itu berjalan beriringan melewati koridor, membuat semua mata memandangnya dengan tatapan iri.
"Jadi alasan lo pengen masuk osis karena biar gak ikut pelajaran?." Tanya Arion.
Adira menunjukkan deretan giginya, "Itu salah satu alasannya."
Arion terkekeh, "Tapi osis gak seenak yang lo bayangin."
"Kenapa?." Tanya Adira.
"Osis juga punya tugas, lo yakin bisa jalaninnya?."Arion balik bertanya.
Adira mengangguk,"Kalo kak Arion bisa kenapa aku gak bisa?."
Arion tersenyum, "I like your spirit."
"Udah bell." Kata Adira.
"Ah iya, gue duluan ya" Ujar Arion.
Adira tiba-tiba menahan tangan Arion, "Kak Rion." Panggilnya.
"Hm?."
Gadis itu memberikan smoothie yang tadi ia bawa pada Arion, "Buat kak Arion." Katanya.
Arion menaikkan alisnya, "Gue?."
"Kenapa? kak Arion gak suka buah ya?." Tanya Adira.
Arion menggeleng cepat, "Gue suka." Kemudian ia mengambil smoothie yang Adira bawa, "Thanks." Ujarnya.
Adira tersenyum, "Semangat belajarnya, kak Arion."
Laki-laki itu terkekeh, "Sana masuk kelas."
"Iya, aku masuk kelas dulu ya kak." Pamitnya pada Arion, "Bye kak Arion." Gadis itu melambaikan tangannya, sebelum kemudian masuk ke dalam kelas.
Arion diam-diam tersenyum melihat botol smoothie yang berada ditangannya "Adira." Gumamnya, Kemudian ia kembali berjalan untuk menuju kelasnya.