Read More >>"> Dear N (4. Berhenti Ngejar Gue!) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dear N
MENU
About Us  

  Bell istirahat berbunyi. Terdengar seruan senang dari para siswa SMA Nusa Bangsa, mereka terlihat tidak sabar untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan dari tadi. Tanpa terkecuali Adira. Gadis itu dengan susah payah keluar dari kerumunan orang-orang yang kelaparan dengan membawa satu mangkok bakso dan es teh ditangan kirinya. Netranya bergerak untuk mencari meja kosong yang bisa ia dan Nasya tempati. Namun karena suasana kantin yang ramai membuat mereka kesulitan mencari tempat duduk.

  "Gimana? Ada ngga?" Nasya bertanya pada Adira.

  Adira menggeleng, "Gak ada."

  "Terus gimana ra? Tumben banget hari ini kantinnya rame." Ujar Nasya

  Adira terlihat berpikir, "Gue tau." Sorot matanya tertuju pada meja yang berada paling ujung, "Ayo kesana." Katanya.

  Nasya mengikuti arah pandang Adira, "Lo gila ya? Itu kakak kelas semua."

  Adira menaikkan satu alisnya. "So what?."

  "Kita gak kenal mereka." Sahut Nasya.

  "Ada kak Daniel." Jawab Adira.

  Nasya menghela napas, "I know, tapi mereka cowok semua Dira."

  "Ya terus gimana? Semua mejanya udah penuh, Nasya. Kamu mau makan sambil berdiri?." Adira menatap Nasya, "Aku gak mau." Lanjutnya.

  "Ya tapi– ra." Tanpa aba-aba Adira berjalan mendekati meja Daniel dan teman-temannya.

  Nasya menghela napas, "Semoga dia gak cari masalah." Gumamnya sembari mengikuti Adira.

  "Permisi kak, kita boleh duduk disini ngga?." Tanya Adira pada penghuni meja itu.

  Tanpa di perintah orang-orang itu segera bergeser untuk memberikan Adira tempat duduk. "Sini duduk dek." Kata Ryan.

  Adira tersenyum pada Nasya, "Easy." Kemudian ia menduduki tempat yang mereka berikan. "Makasih kak." katanya.

  "Ga masalah, adik Daniel berarti adik kita juga." Ujar Arka.

  Daniel mengernyit, "Sejak kapan adik gue jadi adik kalian?." Tanyanya tak terima.

  "Sejak saat ini."

  Daniel mendecih, "Gue tau isi otak kalian."

  "Kakak Daniel gak boleh suuzan." Sahut salah satu teman Daniel yang bernama Raja.

  "Muka-muka kek kalian emang harus di suuzani." Ujar Daniel.

  "Si Daniel pikirannya negatif mulu" Sahut Ryan.

  "Harus, karena gue kenal kalian luar dalem." Balas Daniel.

  "Anjir." Umpat Ryan.

  "Kakak kakak." Panggil Adira, semua mata lantas tertuju pada gadis itu. "Kuluun kunupu busu burung turus?." Tanya Adira dengan mulutnya yang sibuk mengunyah bakso.

  "Hah?." Mereka semua mengernyit bingung.

  Naufal berdecak, "Kalo makan ditelan dulu baru ngomong."

  "Maaf." Adira menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

  "Coba di ulang." Pinta Arion

  Gadis itu mengangguk, "Kalian kenapa bisa bareng terus? Bukannya kalian beda kelas ya?"

  "Oh itu, ya karena kita satu organisasi." Jawab Arion.

  "Pasti enak ya jadi anggota osis, sering gak ikut pelajaran" Celetuk Adira. Nasya menyenggol kaki gadis itu sebagai isyarat agar diam.

  "Apa?." Adira bertanya.

  Nasya melotot, "Diem." Katanya tanpa suara

  "Lo cuma lihat sisi enaknya aja, jadi osis gak seenak yang lo pikirin." Sahut Naufal

  "Kenapa gitu?." Tanya Adira.

  "Nanti lo tau sendiri" Jawab Naufal.

  "Tapi-" Ucapan Adira terhenti.

  "Gue boleh gabung gak sama kalian?." Semua mata menoleh pada sumber suara itu.

  "Lo gak lihat meja kita penuh?." Sahut Ryan.

  "Iya, gue lihat."

  "Ya terus?."

  Perempuan itu menoleh pada Adira. "Lo udah selesai makan kan? Sekarang minggir gue mau duduk" Katanya.

  Adira mengerutkan kening, "Kak Audy mau duduk di sini?."

  "Omongan gue kurang jelas?." Tanya Audy.

  "Tapi temen kak Audy duduk disana." Jawab Adira sembari melihat ke arah teman-teman Audy.

  Audy menghela napas, "Ya terus? Gue maunya duduk disini gimana dong?."

  "Audy, lo kenapa sih?." Tanya Daniel.

  Audy mengernyit, "Apanya Daniel?."

  "Cuma masalah tempat duduk elah, gak usah ribut." Sahut Ryan

  "Gue gak ngomong sama lo." Audy menatap Adira tajam. "Cepetan minggir." Ucapnya yang hanya bisa di dengar oleh Adira.

  Adira menghela napas, "Oke." Kemudian ia berdiri.

  "Ryan lo geser dong." Pinta Audy.

  Ryan mengerutkan kening, "Lo mau duduk disini kan? Itu Adira udah berdiri, tinggal duduk ribet amat."

  Audy memutar bola matanya, "Gak usah lebay, gue cuma minta lo geser."

  Ryan hendak menjawab tapi Daniel lebih dulu berbicara, "Yan, udah gak usah ribut."

  Ryan menghela napas, "Iya iya gue geser." Ujarnya sembari bergeser dari tempat duduknya.

  "Thank you." Audy menduduki tempat Ryan yang kebetulan bersebelahan dengan Naufal.

  Audy tersenyum pada Naufal, "Naufal, gue–"

  "Gue udah selesai makan." Laki-laki itu berdiri.

  Audy terlihat mengerutkan kening, "Loh tapi–"

  "Gue juga udah selesai." Arion ikut berdiri.

  "Gue balik ke kelas dulu." Pamit Naufal.

  Adira tersenyum ke arah Audy. Menurut Audy itu lebih seperti senyum mengejek, "Lo–"

  "Bye kak Audy." Adira melambaikan tangannya, "Kak Naufal tungguin." Ia berlari menyusul Naufal.

  "Adira, jangan tinggalin gue." Teriak Nasya.

  "Yuk bareng gue dek." Ajak Ryan.

  Nasya tersenyum paksa, "Gak deh kak, mending gue sendiri aja." Katanya sembari berlalu pergi.

  Daniel terkekeh, "Bahkan Nasya nolak lo." Ejeknya sembari merangkul Ryan.

  Ryan menepis tangan Daniel, "Diem lo."

  "Dy, kita duluan ya." Pamit Daniel.

  Mereka pergi begitu saja dari sana. Melihat itu Audy diam-diam mencengkram sendok yang sedang ia pegang, Kemudian ia melemparnya ke sembarang arah. "Brengsek." Umpatnya sembari menendang meja dihadapannya, membuat semua mata menaruh perhatian pada perempuan itu. "Apa lihat-lihat?!." Tanya Audy dengan nada sewot

  ***

  "Kak Naufal." Panggil Adira dari ke jauhan. Tanpa mengindahkan panggilan itu Naufal terus berjalan ke depan. Adira berlari menyusul Naufal, dengan susah payah ia berusaha menyamai langkah kaki Naufal yang lebih besar.

  "Kak Naufal jalannya jangan cepet-cepet." Pinta Adira. Namun Naufal tetap tidak memperdulikannya. Ia terus berjalan tanpa menghiraukan makhluk yang sedari tadi mengikutinya.

  "Kak Naufal masih marah ya?." Tanya Adira penasaran.

  Tiba-tiba Naufal berhenti, membuat Adira yang sedang berjalan dibelakangnya tanpa sengaja menabrak punggung laki-laki itu.

  "Aduh." Seru Adira.

  Naufal berbalik menghadap Adira dengan raut wajah kesal. "Mau lo apa sih?." Tanyanya Geram

  Adira menunjukkan ekspresi bingung, "Apanya?."

  "Kenapa lo selalu ngikutin gue?." Tanya Naufal heran.

  "Aku gak ngikutin kak Naufal." Jawab Adira.

  Naufal mengernyit, "Ya terus ini apa?."

  "Apa? Aku kan mau ke kelas." Adira mengelak.

  "Ya udah sana jalan sendiri." Suruh Naufal

  Adira mengerutkan kening, "Dari tadi juga jalan sendiri kan?."

  Naufal menghela napas frustasi. "Terserah." katanya. Kemudian laki-laki itu kembali berjalan.

  "Kak Naufal." Panggil Adira.

  "Stop panggil nama gue." Pinta laki-laki itu geram.

  "Oke." Naufal menghela napas, setidaknya gadis itu akhirnya mau menurut.

  "Sayang." Panggil Adira tiba-tiba, membuat semua mata sontak menatap ke arah mereka. Naufal tertegun untuk beberapa saat.

  "Lo gila ya?." Tanya Naufal.

  "Katanya gak boleh manggil nama." Ujar Adira pelan.

  "Ya tapi–" Naufal mengacak-acak rambutnya frustasi. Kemudian ia menghela napas, "Berhenti ngejar gue!." Pintanya

  Adira mengernyit, "Kenapa?."

  "Lo masih tanya kenapa?." Naufal menatap Adira. "Karena gue gak suka lo." jelasnya dengan menekan kata terakhir.

  "Aku tau." Jawab Adira. "Tapi aku kan udah bilang bakal buat kak Naufal suka balik." Lanjutnya.

  "Keep dreaming! Karena gue gak akan pernah suka lo." Setelah mengatakan itu Naufal pergi begitu saja dari sana.

  Adira terlihat menghela napas, "Kenapa untuk menggapaimu sesulit ini?." Gumamnya dengan menatap kosong punggung Naufal yang mulai menjauh. Namun sedetik kemudian ia tersenyum, "Semangat Adira, ini baru permulaan." Katanya menyemangati diri sendiri.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Dunia Tanpa Gadget
7845      2335     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
Seharap
4396      1945     0     
Inspirational
Tisha tidak pernah menyangka, keberaniannya menyanggupi tantangan dari sang kakak untuk mendekati seorang pengunjung setia perpustakaan akan menyeretnya pada sebuah hubungan yang meresahkan. Segala kepasifan dan keteraturan Tisha terusik. Dia yang terbiasa menyendiri dalam sepi harus terlibat berbagai aktivitas sosial yang selama ini sangat dihindari. Akankah Tisha bisa melepaskan diri dan ...
Unlosing You
264      175     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?
The Skylarked Fate
4097      1508     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
Teman Hidup
3997      1899     1     
Romance
Dhisti harus bersaing dengan saudara tirinya, Laras, untuk mendapatkan hati Damian, si pemilik kafe A Latte. Dhisti tahu kesempatannya sangat kecil apalagi Damian sangat mencintai Laras. Dhisti tidak menyerah karena ia selalu bertemu Damian di kafe. Dhisti percaya kalau cinta yang menjadi miliknya tidak akan ke mana. Seiring waktu berjalan, rasa cinta Damian bertambah besar pada Laras walau wan...
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
3702      1080     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
AUNTUMN GARDENIA
99      87     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
DI ANTARA DOEA HATI
703      343     1     
Romance
Setelah peristiwa penembakan yang menewaskan Sang mantan kekasih, membuat Kanaya Larasati diliputi kecemasan. Bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya. "Siapapun yang akan menjadi pasanganmu akan berakgir tragis," ucap seorang cenayang. Hal tersebut membuat sahabat kecilnya Reyhan, seorang perwira tinggi Angkatan Darat begitu mengkhawatirkannya. Dia berencana untuk menikahi gadis itu. Disaa...
Rembulan
645      342     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
A.P.I (A Perfect Imaginer)
81      69     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.