Bell istirahat berbunyi. Terdengar seruan senang dari para siswa SMA Nusa Bangsa, mereka terlihat tidak sabar untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan dari tadi. Tanpa terkecuali Adira. Gadis itu dengan susah payah keluar dari kerumunan orang-orang yang kelaparan dengan membawa satu mangkok bakso dan es teh ditangan kirinya. Netranya bergerak untuk mencari meja kosong yang bisa ia dan Nasya tempati. Namun karena suasana kantin yang ramai membuat mereka kesulitan mencari tempat duduk.
"Gimana? Ada ngga?" Nasya bertanya pada Adira.
Adira menggeleng, "Gak ada."
"Terus gimana ra? Tumben banget hari ini kantinnya rame." Ujar Nasya
Adira terlihat berpikir, "Gue tau." Sorot matanya tertuju pada meja yang berada paling ujung, "Ayo kesana." Katanya.
Nasya mengikuti arah pandang Adira, "Lo gila ya? Itu kakak kelas semua."
Adira menaikkan satu alisnya. "So what?."
"Kita gak kenal mereka." Sahut Nasya.
"Ada kak Daniel." Jawab Adira.
Nasya menghela napas, "I know, tapi mereka cowok semua Dira."
"Ya terus gimana? Semua mejanya udah penuh, Nasya. Kamu mau makan sambil berdiri?." Adira menatap Nasya, "Aku gak mau." Lanjutnya.
"Ya tapi– ra." Tanpa aba-aba Adira berjalan mendekati meja Daniel dan teman-temannya.
Nasya menghela napas, "Semoga dia gak cari masalah." Gumamnya sembari mengikuti Adira.
"Permisi kak, kita boleh duduk disini ngga?." Tanya Adira pada penghuni meja itu.
Tanpa di perintah orang-orang itu segera bergeser untuk memberikan Adira tempat duduk. "Sini duduk dek." Kata Ryan.
Adira tersenyum pada Nasya, "Easy." Kemudian ia menduduki tempat yang mereka berikan. "Makasih kak." katanya.
"Ga masalah, adik Daniel berarti adik kita juga." Ujar Arka.
Daniel mengernyit, "Sejak kapan adik gue jadi adik kalian?." Tanyanya tak terima.
"Sejak saat ini."
Daniel mendecih, "Gue tau isi otak kalian."
"Kakak Daniel gak boleh suuzan." Sahut salah satu teman Daniel yang bernama Raja.
"Muka-muka kek kalian emang harus di suuzani." Ujar Daniel.
"Si Daniel pikirannya negatif mulu" Sahut Ryan.
"Harus, karena gue kenal kalian luar dalem." Balas Daniel.
"Anjir." Umpat Ryan.
"Kakak kakak." Panggil Adira, semua mata lantas tertuju pada gadis itu. "Kuluun kunupu busu burung turus?." Tanya Adira dengan mulutnya yang sibuk mengunyah bakso.
"Hah?." Mereka semua mengernyit bingung.
Naufal berdecak, "Kalo makan ditelan dulu baru ngomong."
"Maaf." Adira menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Coba di ulang." Pinta Arion
Gadis itu mengangguk, "Kalian kenapa bisa bareng terus? Bukannya kalian beda kelas ya?"
"Oh itu, ya karena kita satu organisasi." Jawab Arion.
"Pasti enak ya jadi anggota osis, sering gak ikut pelajaran" Celetuk Adira. Nasya menyenggol kaki gadis itu sebagai isyarat agar diam.
"Apa?." Adira bertanya.
Nasya melotot, "Diem." Katanya tanpa suara
"Lo cuma lihat sisi enaknya aja, jadi osis gak seenak yang lo pikirin." Sahut Naufal
"Kenapa gitu?." Tanya Adira.
"Nanti lo tau sendiri" Jawab Naufal.
"Tapi-" Ucapan Adira terhenti.
"Gue boleh gabung gak sama kalian?." Semua mata menoleh pada sumber suara itu.
"Lo gak lihat meja kita penuh?." Sahut Ryan.
"Iya, gue lihat."
"Ya terus?."
Perempuan itu menoleh pada Adira. "Lo udah selesai makan kan? Sekarang minggir gue mau duduk" Katanya.
Adira mengerutkan kening, "Kak Audy mau duduk di sini?."
"Omongan gue kurang jelas?." Tanya Audy.
"Tapi temen kak Audy duduk disana." Jawab Adira sembari melihat ke arah teman-teman Audy.
Audy menghela napas, "Ya terus? Gue maunya duduk disini gimana dong?."
"Audy, lo kenapa sih?." Tanya Daniel.
Audy mengernyit, "Apanya Daniel?."
"Cuma masalah tempat duduk elah, gak usah ribut." Sahut Ryan
"Gue gak ngomong sama lo." Audy menatap Adira tajam. "Cepetan minggir." Ucapnya yang hanya bisa di dengar oleh Adira.
Adira menghela napas, "Oke." Kemudian ia berdiri.
"Ryan lo geser dong." Pinta Audy.
Ryan mengerutkan kening, "Lo mau duduk disini kan? Itu Adira udah berdiri, tinggal duduk ribet amat."
Audy memutar bola matanya, "Gak usah lebay, gue cuma minta lo geser."
Ryan hendak menjawab tapi Daniel lebih dulu berbicara, "Yan, udah gak usah ribut."
Ryan menghela napas, "Iya iya gue geser." Ujarnya sembari bergeser dari tempat duduknya.
"Thank you." Audy menduduki tempat Ryan yang kebetulan bersebelahan dengan Naufal.
Audy tersenyum pada Naufal, "Naufal, gue–"
"Gue udah selesai makan." Laki-laki itu berdiri.
Audy terlihat mengerutkan kening, "Loh tapi–"
"Gue juga udah selesai." Arion ikut berdiri.
"Gue balik ke kelas dulu." Pamit Naufal.
Adira tersenyum ke arah Audy. Menurut Audy itu lebih seperti senyum mengejek, "Lo–"
"Bye kak Audy." Adira melambaikan tangannya, "Kak Naufal tungguin." Ia berlari menyusul Naufal.
"Adira, jangan tinggalin gue." Teriak Nasya.
"Yuk bareng gue dek." Ajak Ryan.
Nasya tersenyum paksa, "Gak deh kak, mending gue sendiri aja." Katanya sembari berlalu pergi.
Daniel terkekeh, "Bahkan Nasya nolak lo." Ejeknya sembari merangkul Ryan.
Ryan menepis tangan Daniel, "Diem lo."
"Dy, kita duluan ya." Pamit Daniel.
Mereka pergi begitu saja dari sana. Melihat itu Audy diam-diam mencengkram sendok yang sedang ia pegang, Kemudian ia melemparnya ke sembarang arah. "Brengsek." Umpatnya sembari menendang meja dihadapannya, membuat semua mata menaruh perhatian pada perempuan itu. "Apa lihat-lihat?!." Tanya Audy dengan nada sewot
***
"Kak Naufal." Panggil Adira dari ke jauhan. Tanpa mengindahkan panggilan itu Naufal terus berjalan ke depan. Adira berlari menyusul Naufal, dengan susah payah ia berusaha menyamai langkah kaki Naufal yang lebih besar.
"Kak Naufal jalannya jangan cepet-cepet." Pinta Adira. Namun Naufal tetap tidak memperdulikannya. Ia terus berjalan tanpa menghiraukan makhluk yang sedari tadi mengikutinya.
"Kak Naufal masih marah ya?." Tanya Adira penasaran.
Tiba-tiba Naufal berhenti, membuat Adira yang sedang berjalan dibelakangnya tanpa sengaja menabrak punggung laki-laki itu.
"Aduh." Seru Adira.
Naufal berbalik menghadap Adira dengan raut wajah kesal. "Mau lo apa sih?." Tanyanya Geram
Adira menunjukkan ekspresi bingung, "Apanya?."
"Kenapa lo selalu ngikutin gue?." Tanya Naufal heran.
"Aku gak ngikutin kak Naufal." Jawab Adira.
Naufal mengernyit, "Ya terus ini apa?."
"Apa? Aku kan mau ke kelas." Adira mengelak.
"Ya udah sana jalan sendiri." Suruh Naufal
Adira mengerutkan kening, "Dari tadi juga jalan sendiri kan?."
Naufal menghela napas frustasi. "Terserah." katanya. Kemudian laki-laki itu kembali berjalan.
"Kak Naufal." Panggil Adira.
"Stop panggil nama gue." Pinta laki-laki itu geram.
"Oke." Naufal menghela napas, setidaknya gadis itu akhirnya mau menurut.
"Sayang." Panggil Adira tiba-tiba, membuat semua mata sontak menatap ke arah mereka. Naufal tertegun untuk beberapa saat.
"Lo gila ya?." Tanya Naufal.
"Katanya gak boleh manggil nama." Ujar Adira pelan.
"Ya tapi–" Naufal mengacak-acak rambutnya frustasi. Kemudian ia menghela napas, "Berhenti ngejar gue!." Pintanya
Adira mengernyit, "Kenapa?."
"Lo masih tanya kenapa?." Naufal menatap Adira. "Karena gue gak suka lo." jelasnya dengan menekan kata terakhir.
"Aku tau." Jawab Adira. "Tapi aku kan udah bilang bakal buat kak Naufal suka balik." Lanjutnya.
"Keep dreaming! Karena gue gak akan pernah suka lo." Setelah mengatakan itu Naufal pergi begitu saja dari sana.
Adira terlihat menghela napas, "Kenapa untuk menggapaimu sesulit ini?." Gumamnya dengan menatap kosong punggung Naufal yang mulai menjauh. Namun sedetik kemudian ia tersenyum, "Semangat Adira, ini baru permulaan." Katanya menyemangati diri sendiri.