Gadis itu duduk di halte bus dengan matanya menatap langit biru yang kini telah berubah warna menjadi jingga. Ada perasaan marah, sedih, dan juga gundah bercampur menjadi satu. Semua anak sudah pulang dari satu jam yang lalu. Namun Daniel belum juga memperlihatkan batang hidungnya. Ini bukan pertama kalinya Adira menunggu seperti ini. Sebelumnya Adira juga pernah menunggu kakaknya itu hingga larut malam, tapi untungnya saat itu ia masih bisa meminta Rey untuk menjemputnya. Sedangkan sekarang Rey sedang menjalankan study-nya di luar kota, sehingga Adira tidak dapat berbuat apa-apa selain menunggu. Sialnya lagi, tidak ada bus yang terlihat berlalu lalang sejak tadi, membuat Adira tidak tau harus berbuat apa.
Gadis itu terlihat menghela napas untuk kesekian kalinya, "Kak Daniel kemana sih, kenapa lama banget." Gumamnya kesal.
Tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat di depan Adira, Untuk sesaat timbul perasaan was-was dibenak gadis itu. Namun ketika mengetahui siapa pelakunya, ia mengukir senyum.
"Kak Naufal?." Tanya Adira antusias.
Naufal mengernyit, "Lo ngapain masih di sini?."
"Nunggu kak Daniel." Jawabnya.
Laki-laki itu menaikkan satu alisnya, "Daniel?."
"Iya, kak Naufal tau gak kenapa kak Daniel belum keluar?." Adira bertanya.
"Daniel udah pergi dari tadi." Sahut Naufal.
Adira terkejut, "Pergi kemana?."
"Jalan sama pacarnya." Kata Naufal.
"Ish kak Daniel!." Adira tidak dapat membendung kekesalannya.
Naufal mengernyit, "Dia gak bilang lo?."
Adira menggeleng cepat, "Engga." Katanya.
Laki-laki itu menghela napas, "Daniel minta gue buat nganterin lo pulang." Ujarnya terpaksa. Wajah Adira yang semula muram seketika itu berubah cerah.
"Hah? Apa?." Adira memastikan.
Naufal berdecak, "Lo pulang bareng gue."
Mendengar itu Adira tersenyum antusias, "Ayo ayo." Katanya.
Naufal mengambil sebuah helm kemudian diberikan kepada Adira, "Pake." Pintanya.
Adira tersenyum menerima helm itu, kemudian ia segera memakainya.
"Cepetan naik." Perintah Naufal.
Adira mengangguk, tanpa banyak bicara ia segera naik ke motor Naufal. Gadis itu sesekali menarik roknya agar tidak terlalu mengekspos pahanya. Menyadari itu Naufal melepaskan jaketnya dan memberikannya pada Adira.
"Buat nutupin paha lo." Adira tersenyum, "Gak usah geer, gue juga bakal ngelakuin hal yang sama kalo lo orang lain." Lanjut Naufal.
"Tapi aku gak ngomong apa-apa." Ujar Adira.
Laki-laki itu berdeham, " Ya gue kasih tau dulu sebelum lo mikir yang engga engga."
"Engga engga gimana?." Tanya Adira tak mengerti.
"Lupain." Kata Naufal. kemudian tanpa banyak bicara laki-laki itu segera menjalankan motornya.
"Kak Naufal." Panggil Adira.
"Hm."
"Malam ini bulan purnama." Ujar gadis itu.
Naufal menaikkan satu alisnya, "Ya terus?."
"Kak Naufal gak akan berubah jadi serigala kan?." Tanya Adira.
Naufal menaikkan satu alisnya, "Serigala?."
"Iya, kayak di film Twilight." Jawab Adira.
"Lo kebanyakan nonton film." Cibir Naufal.
Gadis itu terkekeh, "Bercanda."
"Hm."
"Kak Naufal tau? kak Naufal itu kayak bulan." Ujar Adira
Naufal mengernyit, "Maksudnya?."
"Iya, kelihatannya dekat tapi nyatanya terlalu sulit buat di gapai." Ungkap gadis itu.
"Gak ngerti gue." Sahut Naufal
Adira tersenyum, "Sebenernya simple, kak Naufal cuma perlu pake hati buat ngerti itu."
Tiba-tiba Naufal menghentikan motornya, membuat gadis itu mengernyit bingung.
"Kenapa? Motornya mogok ya?." Tanya Adira.
"Turun." Suruh Naufal.
Adira menatap ragu, "Kak Naufal marah ya?."
"Engga."
"Please jangan turunin aku ditengah jalan." Pinta Adira.
Naufal mengernyit, "Siapa juga yang mau nurunin lo ditengah jalan."
"Ya terus kenapa kak Naufal tiba-tiba berhenti dan nyuruh aku turun?." Tanya Adira.
"Gue mau beli buku." Ujar Naufal.
Adira ber-oh ria, "Oh, aku kira."
"Cepet turun." Pinta Naufal. Kemudian gadis itu segera turun dari motor Naufal. Ia diam-diam tersenyum melihat Naufal yang sedang melepas helm.
Naufal mengangkat satu alisnya "Apa?." Tanyanya ketika melihat gadis itu hanya diam saja.
"Bantuin lepasin helmnya." Pinta Adira.
"Lo di sini aja, gak usah ikut masuk." Ujar Naufal.
Adira memajukan bibir bawahnya, "Tapi aku juga mau beli sesuatu."
"Apa?." Tanya Naufal.
Adira terlihat berpikir sejenak, "Pulpen." Jawabnya.
"Pulpen?."
Adira mengangguk, " Cepet kak bantuin lepasin helmnya."
Naufal menghela napas pasrah, "Iya sabar." Ujarnya sembari membantu Adira melepas helmnya.
Adira tersenyum, "Terimakasih."
"Hm."
"Ayo kak." Tiba-tiba Adira menarik tangan Naufal masuk ke dalam
"Kenapa jadi lo yang excited?." Tanya Naufal heran.
"Karena aku gak sabar mau beli pulpen." Jawab Adira.
Naufal mengernyit, "Cewek aneh." Gumamnya.
"Kak Naufal mau beli buku apa?." Tanya Adira dengan tangannya masih memegang tangan Naufal.
"Komik." Jawab Naufal.
"Kak Naufal suka banget buku komik ya?." Tanya Adira.
"Hm."
Adira tersenyum, "Suatu hari aku juga bakal jadi penulis."
Naufal menaikkan satu alisnya, "Penulis?."
Gadis itu mengangguk antusias, "Iya, aku pastiin buku ku juga akan ada di sini." Adira mengambil sebuah buku Novel. "Sama kayak novel ini."
"Lo pengen nulis Novel?." Tanya Naufal.
Adira kembali mengangguk, "Iya itu impianku."
"Good luck." Ujar Naufal.
Adira tersenyum, "Impian kak Naufal apa?."
"Gak tau." Laki-laki itu terlihat sibuk memilih-milih buku.
Adira mengerutkan kening, "Kenapa?."
"Karena gue cuma pengen ngikut alur hidup." Jawab Naufal.
"Kak Naufal gak takut nyesel karena gak pernah coba buat gapai impian kakak?." Tanya Adira.
"Realistis aja, semua hal gak harus selalu lo dapetin." Adira terdiam, "Lo gak mau berhenti ngejar gue sebelum akhirnya lo nyesel?."
"Kak Naufal." Panggil Adira
Naufal menoleh pada Adira, "Apa?."
"Suka seseorang gak salah kan?." Tanya Adira.
"Emang gak salah, tapi maksa orang buat suka balik itu yang salah." Kata Naufal.
Adira menghela napas, "Aku pernah maksa kak Naufal buat suka balik?."
Naufal menaikkan satu alisnya, "Yang sering lo lakuin itu apa kalo bukan maksa?."
"Itu namanya perjuangan kak, bukan pemaksaan." Ungkap Adira
"Sama aja."
"Beda kak Naufal, kalo pemaksaan berarti aku maksa kak Naufal harus suka aku. Sedangkan perjuangan itu pake usaha." Jelas Adira.
Naufal menghela napas, "Lo gak cape ya ngejar-ngejar gue?."
"Engga, selama belum ada seseorang yang ngisi hati kak Naufal aku gak akan berhenti ngejar kak Naufal." Ujar Adira
Naufal mengernyit, "Kenapa?."
"Karena aku bisa bersaing sama seribu orang yang suka kak Naufal, tapi aku gak akan bisa bersaing sama satu orang yang kak Naufal suka." Aku Adira.
"Berarti lo bakal berhenti ngejar gue kalo gue punya pacar?." Tanya Naufal.
Adira mengangguk, "Tapi aku tau kak Naufal gak akan mau pacaran."
"Untuk sekarang gak, tapi gak tau kalo nanti." Ujar Naufal.
Adira tersenyum, "Iya nanti kan kak Naufal jadi pacarku."
"Keep dreaming." Celetuk Naufal, Kemudian laki-laki itu mengambil buku yang akan ia beli.
"Kak Naufal mau kemana?." Tanya Adira.
"Bayar, lo kalo masih mau cari pulpen gue tunggu didepan." Ujar Naufal, setelah itu ia berjalan lebih dulu ke arah kasir.
Adira mengambil satu pulpen asal, "Kak Naufal tunggu." Pintanya sembari berlari mengejar Naufal.
Pada akhirnya Adira hanya akan selalu berada di belakang Naufal. Sebagai seseorang yang mengejar tanpa tau bahwa orang di depannya tidak akan bisa di gapai.