Read More >>"> Le Papillon (Chapter 10 : Athena Exhibit) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Le Papillon
MENU
About Us  

Suara alarm itu membangunkan Tory. Tory tersentak kaget apalagi saat sinar matahari langsung menyorot ke arahnya. Ternyata tirai jendela tidak tertutup sepenuhnya. Mendadak kepala terasa sakit sekali, cewek itu langsung memegangi kepalanya yang pening. 

Jam berapa sekarang? 

Tory sambil meraih ponsel yang tergeletak di samping tempat tidur. Ada sebuah mangkuk besar berisi air dengan kain yang basah. Tory mengerutkan kening berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Namun saat mencoba kepalanya terasa semakin pening. Ia hanya ingat kalau ia pergi ke pesta dan tidak ingat kelanjutannya. 

Kemudian terdengar pintu diketuk cukup keras. Tory buru-buru bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu. Betapa terkejutnya Tory saat mendapati Emma dengan wajah cemasnya berdiri di luar pintu. 

“Tory! Kenapa kau tidak mengangkat panggilanku!?” Emma menunjukan ponselnya dan Tory baru sadar kalau Emma sudah menelepon sebanyak lima kali pagi ini. 

“Astaga, maafkan aku, aku belum bangun,” Tory langsung menyuruh Emma masuk. 

“Kalau begitu bagaimana keadaanmu? Aku benar-benar cemas Tory, karena itu aku langsung kesini,” Emma sudah duduk di dapur.

Tory mengambil segelas air dan langsung meminumnya. Ia butuh waktu untuk memproses apa yang terjadi, kenapa ia tidak ingat apa-apa? 

“Hei! Apakah kau mendengarkanku?” Emma menghampiri Tory sambil melambaikan tangannya beberapa kali. 

“Hah apa?” 

Emma menghela nafas tidak sabaran. “Apa kau tidak ingat dengan apa yang terjadi semalam?” 

Tory berusaha berpikir keras. Ia memang ingat kalau ia pergi ke pesta namun tidak ingat bagaimana ia pulang. “Tunggu dulu, semalam bukankah kau yang mengantarku pulang?” tanya Tory.

Emma hanya mendengus frustasi sambil membuka kulkas. “Kau benar-benar mabuk parah ya semalam,” gumam Emma sambil mengambil sebuah apel dan menggigitnya. 

Mendengar kata-kata Emma Tory terlihat terkejut. Mabuk? Apa karena itu kepalanya sangat sakit pagi ini. 

Melihat Tory yang sepertinya tidak mengingat apa yang terjadi, Emma pun menceritakan bagaimana semalam setelah pesta asrama, Tory mabuk parah dan Juno lah yang membawa Tory pulang. 

Mendengar penjelasan Emma, Tory langsung tersentak kaget sambil menutup mulutnya. Kepalanya mendadak terasa sakit sampai Emma harus membantu cewek itu duduk di sofa kamar Tory. Emma masih menatap Tory khawatir, sedangkan Tory sedikit-demi sedikit mengingat apa yang terjadi semalam. 

Juno membawanya pulang, cowok itu bahkan sempat mengompresnya saat Tory demam. 

“Iya…, sekarang aku ingat,” ucap Tory pelan masih memperhatikan semangkuk air dan handuk kecil di samping tempat tidurnya. 

“Tapi bagaimana keadaanmu sekarang? Apa perlu kita ke rumah sakit-” 

“Nggak usah,” potong Tory langsung sedikit mengejutkan Emma. 

Emma hanya mengangguk paham walaupun dalam hati ia juga merasa bingung dengan alasan Tory tidak mau di bawa ke rumah sakit. 

“Kalau begitu aku akan membuatkanmu teh supaya lebih tenang,” Emma bangkit berdiri menuju dapur sedangkan Tory masih berusaha mengingat semuanya. Tory membenamkan wajah ke dalam telapak tangannya. Ia masih tidak menyangka kalau ia mabuk berat. Apa yang dilakukannya? Apa yang terjadi kalau Juno tidak menolongnya? Dalam hati Tory terus menyalahkan dirinya sendiri. 

Kemudian ponsel Tory berdering, satu pesan dari Juno. Tory langsung membukanya. 

“Tory, apa kau tadi memasak? Ada sup di dapur?” Emma kembali dengan semangkuk sup yang masih mengepul dan juga secangkir teh. 

“Itu dari Juno, ia baru saja memberitahuku,” Tory menyodorkan ponselnya.

Emma langsung syok saat membacanya. “Astaga! Dia benar-benar perhatian dengan mu! Aku sudah mencicipi sedikit dan sup nya enak sekali, kau juga harus coba Ry,” Emma menaruh semangkuk sup itu diatas meja, dan karena kelaparan Tory langsung mencicipinya. 

Matanya berbinar lebar. Emma tidak salah, sup itu benar-benar lezat. “Sekarang aku merasa bersalah sekali dengan Juno,” gumam Tory sebelum menghabiskan seluruh sup nya. 

“Tenang saja, setelah ini kau harus berterima kasih padanya,” saran Emma dan Tory mengangguk setuju. Hanya dalam beberapa menit sup itu habis. 

***

“Tunggu saja di bawah,” ucap Tory membuat Emma langsung protes. 

“Kenapa? Aku ingin melihat Juno juga,” ucap Emma sedangkan Tory hanya menggeleng pelan dan mengisyaratkan Emma untuk turun ke lantai bawah terlebih dahulu. Emma mendengus kesal dan langsung turun kebawah. Tory menghela nafas panjang sebelum mengetuk pintu kamar Juno. Tory ingin sekali mengucapkan terimakasih secara langsung, apalagi karena ia merasa telah merepotkan Juno. 

Sekali lagi Tory mengetuk tidak ada jawaban. Apa cowok itu sudah pergi? Tory mengetuk pintu lagi namun jawabannya tetap sama. Kemudian ponsel Tory berdering, satu panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. 

“Halo…, ah iya? Benarkan?! Baik saya akan kesana! Terimakasih banyak!” Tory menutup ponsel dan langsung berlari turun. 

“Cepat sekali-” 

Belum selesai Emma berbicara Tory sudah menarik tangan cewek itu. 

“Tory? Kita mau kemana? Bukannya kita mau ke Oliviere?” tanya Emma saat Tory justru menariknya ke arah berlawanan dari tujuan mereka. 

“Iya tapi temani aku ke kampus dulu,” jawab Tory singkat dan terlihat tidak sabaran. 

Emma semakin bingung dan menyuruh Tory diam dulu untuk menjelaskan. 

“Barusan aku dapat telepon dari Ms.Lydia, dan aku diminta untuk kembali ke acara Athena Exhibit!” jelas Tory sangat girang sampai Emma harus mengerjapkan matanya beberapa kali karena tidak kalah kaget. 

“Astaga! Benarkan?! Kalau begitu kau harus segera menyelesaikan karyamu kan?!” 

Tory mengangguk antusias dan keduanya langsung masuk ke dalam bus. 

“Karena itu kita akan ke kampus, acara Athena Exhibit besok dan masih banyak yang harus kukerjakan,” jelas Tory.

Emma mengangguk paham. “Tenang saja, aku akan membantumu, aku akan meminta Theo juga datang,” Emma langsung menghubungi Theo sedangkan Tory langsung menghubungi Juno. Ia tidak menyangka kalau ia bisa berpartisipasi kembali di acara Athena Exhibit. Juno harus tau, dan hanya Juno yang bisa membantu Tory dalam menyelesaikan karya nya. Namun ponsel nya tidak aktif. Tory mencoba sekali lagi namun tetap tidak ada jawaban. 

“Theo sudah meluncur ke kampus dan ia akan membantu dengan semua peralatan yang kau butuhkan,” jelas Emma sedangkan Tory hanya mengangguk dan masih mencoba menghubungi Juno. 

“Masih belum ada jawaban?” 

Tory mengangguk dan menghela nafas putus asa. 

“Tenang saja, mungkin kita bisa mencarinya nanti saat tiba di kampus,” saran Emma dan Tory hanya memasukan ponselnya kembali ke dalam tas. Emma benar, mungkin Juno memang sudah berada di kampus, secara cowok itu kan super sibuk. Sekarang yang perlu dilakukan Tory hanya lah fokus dengan karya nya yang akan ditampilkan di pameran besok. 

***

“Juno, apa kau mendengarkan?” 

Juno masih sibuk dengan ponselnya ia tidak sadar saat ayahnya memanggil. 

“Juno!” 

Kali ini Juno menoleh ke arah ayahnya yang duduk tepat di hadapannya. 

“Maafkan aku, ada banyak pekerjaan yang harus kulakukan,” Juno hendak berdiri namun Prim menahan pergelangan tangan Juno. Prim menggeleng pelan dan mengisyaratkan Juno untuk kembali duduk. Awalnya Juno hendak menolak namun ia langsung kembali duduk. 

Saat ini Juno memang sedang makan siang bersama ayahnya di salah satu restoran bintang lima yang ada di Venice, Italia. Semalam ayah meminta Juno untuk datang. Hari ini adalah pertemuan keluarga yang selalu diadakan setiap bulan. Seperti biasa Juno harus berhadapan dengan ayah dan ibu tirinya yang jarang sekali ia temui. 

Biasanya kakek Prim juga akan bergabung. Kakek Prim adalah pemilik perusahan properti terbesar di Inggris dan merupakan rekan kerja ayah Juno. Biasanya kakek Prim juga akan bergabung dalam makan siang seperti ini, namun tidak hari ini. Kakek Prim sedang melakukan perjalanan bisnis. 

Sebenarnya Juno selalu menghindari pertemuan keluarga seperti ini. Namun karena Prim yang meminta untuk datang sekaligus cewek itu bilang kalau ada hal penting yang ingin disampaikan ayah Juno padanya. 

“Berapa lama lagi sampai kau lulus?” tanya ayah sambil minum anggurnya. 

“Tahun depan,” Jawab Juno singkat tanpa repot-repot menatap ayahnya. 

“Ada beberapa hal yang ayah ingin sampaikan padamu Juno,” 

Juno langsung meletakan alat makannya dan menatap ayah tajam. Sejujurnya ia sudah muak dengan pertemuan keluarga seperti ini. 

“Apa tidak bisa lewat telepon saja? Apa aku harus jauh-jauh datang kesini seperti ini?” tanya Juno yang masih kesal apalagi saat ayahnya menyuruhnya langsung terbang ke Venice secara mendadak. 

“Juno dengarkan aku nak, kita harus tetap menyempatkan waktu bertemu seperti ini,” 

Ibu tiri Juno yang angkat bicara. 

Juno hanya mengangguk-angguk tanpa menatap ke arah ibu tirinya itu. Ibu Juno meninggal saat ia berumur 12 tahun. Dua tahun kemudian ayahnya menikah dengan seorang model sekaligus aktris bernama Helen. 

“Kau punya potensi dalam menjalankan bisnis baru yang ayahmu dan aku rencanakan,” 

Kali ini Juno mengalihkan pandangannya ke arah Helen, ia menatap ibu tirinya itu cukup lama. Juno dan Helen tidak terlalu dekat. Mereka sama sekali tidak punya kesamaan. 

“Jadi sekarang kau juga ikut campur dalam bisnis-” 

“Juno! Jaga kata-katamu!” bentak ayah langsung. 

Helen langsung menenangkan ayah Juno.  

“Kau sudah dewasa sekarang dan seharusnya kau mulai sadar kalau cepat atau lambat kau yang harus bertanggung jawab dengan bisnis keluarga,” tambah ayah.

Juno hanya tersenyum geli. “Aku? Apa aku tidak salah dengar?” Juno sambil menggelengkan kepalanya tidak percaya. 

Prim yang sejak tadi hanya diam mengisyaratkan Juno untuk mendengarkan ayahnya dulu. Selama ini Prim juga tau kalau Juno paling malas kalau harus berurusan dengan keluarganya. 

“Kau pikir ayah punya pilihan lain? Kau putra ayah satu-satunya! Kalau saja kau tidak-” Ayah tidak bisa melanjutkan kalimatnya. 

Juno tersenyum kecut sambil meneguk minumannya. Ia tau betul apa yang sebenarnya ingin dikatakan ayahnya. 

“Aku sudah lelah dengan pembicaraan ini,” Juno bangkit berdiri dan langsung berjalan keluar dari restoran tidak peduli dengan ayah yang terus memanggilnya untuk kembali duduk. 

Tanpa pikir panjang Prim pun langsung bangkit berdiri untuk mengejar Juno. 

“Juno! Tunggu dulu! Kau mau kemana?” Prim menarik tangan Juno tepat setelah cowok itu keluar dari restoran. 

Juno berbalik menghadap Prim dan menatap cewek itu dengan tatapan datar. Seolah-olah ia tidak perlu menjelaskan apapun karena Prim lah yang paling tau tentang dirinya. 

“Jangan seperti ini Juno, kau tidak bisa meninggalkan ayah mu langsung seperti-” 

“Memangnya kenapa? Kita berdua tau siapa yang sebenarnya ingin ia ajak bicara,” potong Juno langsung. 

Prim menghela nafas panjang dan mengangguk paham. “Baiklah aku mengerti, kalau begitu ayo kita bicara di tempat lain,” Prim mengulurkan tangannya. 

Juno menggeleng dan mengeluarkan ponselnya. “Aku tidak bisa, aku harus kembali-” 

“Juno! Apa kau juga akan meninggalkan ku disini?” Prim langsung menarik lengan Juno membuat cowok itu sedikit terkejut. “Setidaknya kita bisa jalan-jalan sebentar? Memangnya kau tidak mau menghabiskan waktu denga ku?” tanya Prim lagi.

Juno memasukan ponsel ke saku celananya dan menghentikan langkah Prim. “Astaga! Bukan begitu maksudku, hanya saja kau tau aku cukup sibuk akhir-akhir ini dan aku-” 

Prim menutup mulut Juno dengan tangan nya membuat cowok itu tersentak kaget. “Aku sudah mengurusnya, kau tenang saja Juno, hari ini kau bisa beristirahat,” ucap Prim sambil tersenyum ke arah Juno. 

Juno melipat tangan di dada sambil menatap Prim curiga. “Apa yang kau bicarakan?” 

Prim tidak menjawab melainkan langsung berjalan pergi meninggalkan Juno. 

“Prim!” Juno yang masih bingung berusaha mengikuti cewek itu. 

Prim hanya tertawa geli sambil terus berjalan di trotoar melewati banyak orang yang berlalu lalang. Juno dengan susah payah berusaha menyusul Prim. 

“Hei! Apa yang kau lakukan?!” akhirnya Juno berhasil menarik tangan Prim saat keduanya sudah sampai di tepi sungai. 

Prim hanya tertawa membuat Juno semakin penasaran. Tanpa pikir panjang Prim menarik Juno untuk duduk di salah satu gondola yang akan berangkat. 

“Jangan lakukan ini Prim, cepat katakan apa yang sudah kau lakukan?” Juno sudah tidak sabaran. 

“Astaga iya! Aku akan memberitahumu, tapi bisakah kita duduk dulu?” Prim menarik tangan Juno yang tidak punya pilihan selain mengikuti Prim. Keduanya pun duduk tepat di deretan kursi belakang. Tak lama kemudian gondola pun jalan. 

“Jadi? Apa yang kau maksud tadi?” 

“Yang ku maksud adalah kau tenang saja aku sudah mengurus semuanya Juno,” jawab Prim membuat Juno masih belum puas dan meminta penjelasan yang lebih lengkap. “Aku sudah bicara dengan Ms.Lydia pagi ini, Tory akan tetap ikut acara Athena Exhibit besok,” 

Juno sedikit terkejut. “Dari mana kau tau soal hal itu?” 

“Gale yang memberitahuku, dia bilang semalam kau pusing sekali soal hal itu di pesta, dan aku juga kasihan pada Tory. Kau sudah membatunya selama ini, itu saja sudah membuat aku dan Gale terkejut, apalagi saat tau kalau kau mau membantu projek siswa baru, maka dari itu aku mau membantunya, jadi kau tidak usah khawatir Juno,” jelas Prim panjang lebar. 

Juno hanya menghela nafas panjang. Jujur ia tidak menyangka kalau Gale akan memberitahu Prim akan hal itu, namun disisi lain Juno merasa sangat lega saat tau Tory bisa kembali mengikuti acara Athena Exhibit. 

“Tapi, kau yakin? Apa yang membuat Ms.Lydia mau menerimanya kembali?” tanya Juno penasaran dan sedikit tidak enak dengan Prim. 

“Kau tidak perlu tau, yang pasti aku hanya meyakinkan Ms.Lydia kalau Tory sangat berbakat, kau tenang saja,” jawab Prim.

Juno mengangguk paham. “Kalau begitu bagaimana aku harus membalasnya?” tanya Juno.

Prim tertawa geli. “Apa yang kau bicarakan? Tentu saja aku tidak meminta balasan, aku hanya ingin membantumu dan Tory,” jawab Prim.

Juno menghela nafas lega. “Baguslah, aku kira kau ada maunya,” 

Mendengar itu Prim sedikit tersinggung dan langsung menyenggol bahu Juno cukup keras. “Enak saja! Kau kan tau kalau aku memang baik!” 

Kali ini giliran Juno yang tertawa geli. “Yah kan siapa tau,” Juno mengacak-acak rambut Prim membuat cewek itu cemberut. 

“Sebenarnya aku punya satu permintaan,” 

“Sudah kuduga-”

“Hei Juno! Dengarkan dulu! Aku tidak akan minta macam-macam,” sentak Prim. 

Angin kencang menerpa rambut cewek itu. Saat ini gondola masih melaju di air diiringi dengan suara gondoliers yang sejak tadi terus menyanyi dan mendayung. Sebenarnya Juno paling tidak suka berada di tempat yang dipenuhi turis seperti ini, berbeda dengan Prim yang memang hobi sekali untuk jalan-jalan. 

“Kalau begitu cepat katakan apa yang kau mau?” 

Prim tersenyum jahil sebelum menjawab. “Kau harus menemani ku jalan-jalan hari ini ke museum dan juga melihat karnaval!” jelas Prim langsung membuat Juno malas. “Ayolah Juno! Karnaval di Venice hanya diadakan setahun sekali! Dan kita beruntung karena hari ini bisa melihatnya!” 

Juno memutar bola matanya sedangkan Prim terus mengguncang-guncang lengan Juno, berharap kalau cowok itu akan setuju. 

“Bukankah kau baru saja melihat karnaval ini tahun lalu?” 

Prim langsung menggeleng. “Tahun lalu aku tidak sempat datang karena ada acara workshop di Paris. Ayolah Juno…, siapa lagi yang bisa kuajak selain kau,” rengek Prim seperti anak kecil.

Juno hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya. Namun pada akhirnya Juno hanya mengiyakan permintaan Prim yang langsung bersorak senang. 

“Tapi aku harus kembali ke London malam ini, kalau memang Tory harus kembali ke acara Athena Exhibit, aku harus membantunya,” 

Prim mengangguk setuju. “Tentu saja, aku janji kita akan kembali malam ini,” tambah Prim saat mereka berdua turun dari gondola. 

Mereka sampai di St.Mark’s Square yang sudah dipenuhi banyak orang dengan berbagai kostum dan juga topeng yang sangat megah. Prim menarik tangan Juno berkeliling. Beberapa kali Juno juga mengambil gambar Prim dengan para peserta kontes kostum. 

Juno tau kalau selain menghadiri Fashion Week di Paris, Karnaval di Venice adalah acara kedua favorit Prim. Cewek itu bahkan beberapa kali mengobrol dengan beberapa orang yang mengikuti acara karnaval dengan kostum yang sangat megah dan warna-warni. Menjadi mahasiswa fashion design jelas membuat Prim sangat tertarik mempelajari kostum-kostum mereka yang sangat unik. 

Walaupun sebenarnya Juno masih kesal dengan pembicaraan ayahnya tadi, ia cukup lega karena setidaknya Prim terlihat senang hari ini. Juno meraih ponselnya dan berusaha menghubungi Tory. Karena jujur saja ia juga kaget kalau Tory kembali mengikuti acara pameran Athena Exhibit hari ini. Namun sejak tadi Juno tidak bisa mendapatkan sinyal. Satu pun pesan tidak ada yang terkirim. 

“Ada apa Juno?” Prim sudah kembali.

Juno hanya menggeleng dan langsung memasukan ponselnya ke saku celana. “Tidak, aku cuma khawatir dengan-” 

“Eh lihat! Itu kostum yang sangat cantik,” 

Belum sempat Juno menyelesaikan kalimatnya Prim sudah menarik Juno untuk masuk lebih dalam lagi ke acara karnaval. Juno hanya berharap kalau Tory bisa mempersiapkan semuanya dengan baik sebelum acara dimulai dan semoga Juno bisa kembali tepat waktu. 

***

“Masih belum ada jawaban?” tanya Emma pada Tory yang sejak tadi masih berusaha menghubungi Juno. Tory menggeleng dan kembali fokus menata lukisan yang akan di pamerkannya di acara Athena Exhibit besok. Saat ini banyak siswa yang sedang menata karya mereka di aula Franco University. Dari pagi sampai sore ini Emma dan Theo membantu Tory, membuat cewek itu sedikit tidak kewalahan apalagi karena Juno tidak bisa dihubungi. Tentu saja Tory tau kalau Juno mungkin sibuk atau sedang berada di luar kota, namun ia masih berharap kalau cowok itu akan datang setidaknya untuk memberi sedikit masukan 

Tak jauh dari situ, Megan terlihat menata lukisannya tanpa melepas pandang dari Tory. Megan terlihat sangat kesal apalagi saat ia tau kalau Tory kembali ke dalam pameran. Tory berusaha tidak memperdulikan Megan apalagi membiarkan Megan merusak mood-nya hari ini. Karya Megan juga sangat bagus namun Tory harus lebih percaya diri untuk membuktikan kalau karyanya tidak bisa terus-terusan diremehkan oleh Megan. 

Waktu sudah menunjukan pukul 5 sore. Sebentar lagi acara pameran akan segera dibuka dan pengunjung akan berdatangan. Sejauh ini Tory cukup puas dengan karya yang akan ditampilkan. Tory telah menyelesaikan 12 lukisan yang disatukan menjadi satu seperti sebuah puzzle, menampilkan gambar dengan perpaduan berbagai warna yang sangat cantik. Dalam hati Tory lega karena Juno sudah membantu nya selama ini. Bahkan saat ini ia berdiri di depan karya nya dengan tidak percaya. Rasanya air mata bangga sudah berada di ujung mata Tory. 

“Ini cantik sekali Tory,” puji Emma yang sama-sama kagum melihat karya Tory. 

Beberapa siswa dan dosen yang berlalu lalang bahkan ikut mengagumi karya lukisan Tory. 

“Kau hebat sekali Tory! Aku yakin Ms.Lydia hampir menyesal saat ia mengeluarkan mu dari acara ini!” seru Theo membuat Tory dan dan Emma tertawa geli. 

“Karya mu memang bagus sekali Tory,” Ms.Lydia tiba-tiba saja muncul membuat Tory, Emma, dan Theo sedikit terkejut. 

Emma hanya menyenggol bahu Theo membuat cowok itu tersenyum malu. 

“Theo benar, sepertinya aku melakukan kesalahan dengan mengeluarkanmu dari acara ini, kau membuatku sangat bangga Tory,” Ms.Lydia menepuk bahu Tory membuat cewek itu langsung berterimakasih. 

Tory baru sadar kalau Ms.Lysia tidak sendirian, ia bersama seorang pria yang tua yang mungkin berumur 50 an. Pria itu mengenakan setelan jas berwarna coklat dan rambut hitam nya sudah tersisir rapi ke belakang. 

“Tory, ini adalah Mr.Edward, dia adalah salah satu juri yang akan menilai semua karya yang dipamerkan disini,” mendengar itu spontan Tory menjadi grogi, apalagi saat pria itu juga mulai memperhatikan lukisan Tory. 

“Lukisan mu cukup menarik nona muda, Ms.Lydia tidak berbohong saat ia bilang kau merupakan salah satu siswa paling berbakat di angkatan tahun ini,” puji Mr.Edward sambil tersenyum ramah ke arah Tory. 

“Ah terimakasih banyak, aku masih perlu banyak belajar,” ucap Tory cepat walaupun dalam hati ia sangat girang menerima pujian itu dari Mr. Edward. 

“Sebaiknya kamu bersiap-siap, sebentar lagi acaranya akan dimulai, jangan sampai kau tidak bisa menjelaskan karyamu secara langsung kepada para pengunjung dan juga para juri,” ujar Ms.Lydia lagi. 

“Iya Ms, terimakasih lagi sebelum nya,” ucap Tory sebelum Ms.Lydia dan Mr.Edward berjalan pergi. 

“Astaga! Apa aku tidak salah dengar?!” seru Tory. 

“Mr.Edward baru saja memuji karyamu! Kau tau kan dia itu seniman yang sangat berbakat di London!” seru Theo tidak percaya. 

“Tentu saja aku tau, karena itu jantungku hampir copot,” ucap Tory tidak bisa menyembunyikan senyumannya lagi. 

“Kalau begitu ayo kita bersiap-siap, Ms.Lydia benar, kau tidak bisa berpenampilan seperti ini saat menyambut para pengunjung!” Ujar Emma membuat Tory sadar kalau saat ini ia hanya menggunakan jeans yang sedikit kotor oleh cat dan juga kemeja putih yang sama kotornya. Tory pun mengangguk dan mengikuti Emma ke ruang ganti. Walaupun jantungnya terus berdegup kencang, Tory tidak sabar memamerkan karyanya malam ini. 

Kemudian ponsel Tory berdering. Akhirnya pesan dari Juno yang sudah ditunggu-tunggunya. 

Maaf seharian ini aku tidak bisa menjawab panggilan dan pesanmu. Aku sudah mendengar semuanya, kau kembali ke dalam pameran! Tenang saja aku dalam perjalanan ke galeri, tunggulah sebentar.-Juno  

Tory tidak bisa menyembunyikan senyuman dan perasaan leganya. Setidaknya ia tau kalau Juno akan hadir menemaninya di acara Athena Exhibit walaupun cowok itu menghilang seharian ini. 

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kenangan
578      353     1     
Short Story
Nice dreaming
North Elf
1772      781     1     
Fantasy
Elvain, dunia para elf yang dibagi menjadi 4 kerajaan besar sesuai arah mata angin, Utara, Selatan, Barat, dan Timur . Aquilla Heniel adalah Putri Kedua Kerajaan Utara yang diasingkan selama 177 tahun. Setelah ia keluar dari pengasingan, ia menjadi buronan oleh keluarganya, dan membuatnya pergi di dunia manusia. Di sana, ia mengetahui bahwa elf sedang diburu. Apa yang akan terjadi? @avrillyx...
The Journey is Love
593      408     1     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.
Ketika Kita Berdua
30687      4254     38     
Romance
Raya, seorang penulis yang telah puluhan kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tiba-tiba mendapat tawaran menulis buku dengan tenggat waktu 3 bulan dari penerbit baru yang dipimpin oleh Aldo, dengan syarat dirinya harus fokus pada proyek ini dan tinggal sementara di mess kantor penerbitan. Dia harus meninggalkan bisnis miliknya dan melupakan perasaannya pada Radit yang ketahuan bermesraan dengan ...
ANSWER
639      377     6     
Short Story
Ketika rasa itu tak lagi ada....
My love doctor
242      204     1     
Romance
seorang Dokter berparas tampan berwajah oriental bernama Rezky Mahardika yang jatuh hati pada seorang Perawat Salsabila Annisa sejak pertama kali bertemu. Namun ada sebuah rahasia tentang Salsa (nama panggilan perawat) yang belum Dokter Rezky ketahui, hingga Dokter Rezky mengetahui tentang status Salsa serta masa lalunya . Salsa mengira setelah mengetahui tentang dirinya Dokter Rezky akan menja...
The Red String of Fate
572      394     1     
Short Story
The story about human\'s arrogance, greed, foolishness, and the punishment they receives.
Magelang, Je t`aime!
602      450     0     
Short Story
Magelang kota yang jauh itu adalah kota tua yang dingin dan tinggal orang-orang lebut. Kecuali orang-orang yang datang untuk jadi tentara. Jika kalian keluar rumah pada sore hari dan naik bus kota untuk berkeliling melihat senja dan siluet. Kalian akan sepakat denganku. bahwa Magelang adalah atlantis yang hilang. Ngomong-ngomong itu bukanlah omong kosong. Pernyatanku tadi dibuktikan dengan data-d...
Until The Last Second Before Your Death
425      304     4     
Short Story
“Nia, meskipun kau tidak mengatakannya, aku tetap tidak akan meninggalkanmu. Karena bagiku, meninggalkanmu hanya akan membuatku menyesal nantinya, dan aku tidak ingin membawa penyesalan itu hingga sepuluh tahun mendatang, bahkan hingga detik terakhir sebelum kematianku tiba.”
SUN DARK
357      220     1     
Short Story
Baca aja, tarik kesimpulan kalian sendiri, biar lebih asik hehe