Read More >>"> Aku Benci Hujan (Dua) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Aku Benci Hujan
MENU
About Us  

Sore harinya keadaanku mulai membaik. Meski bengkak di jemariku belum kempis, tapi aku merasa tubuhku tidak selemah atau selelah tadi pagi. Tentu obat dan tidur siang yang juga membantu memulihkan rasa lelahku. Sepulangnya tadi dari puskesmas, aku buru-buru mengambil ponselku di kamar, lalu dengan segera pula aku keluar. Aku memberi tahu Siska—teman semeja—bahwa dua hari ini aku tidak masuk sekolah karena sakit. Aku pula masih takut dan khawatir ada hewan yang bersarang dalam ruang pribadiku itu, maka setelah itu aku belum juga berani masuk ke kamarku lagi.

            Ibu yang sebenarnya flu sampai lupa berobat di puskesmas karena terlalu mengkhawatirkanku. Maka saat turun dari angkot, Ibu membeli obat di warung ujung gang. Aku jadi merasa bersalah mengapa ikut-ikutan terlupa dengan kesehatan Ibu, sementara Ibu malah sebaliknya terhadapku.

            Bapak dan Kak Leni sudah pulang bekerja dan kini kami semua berada di ruang tengah. Ibu baru saja menaruh nampan berisi empat gelas beling dan seteko teh manis hangat ke meja di hadapan kami.

            “Diminum dulu teh manis hangatnya.” Ibu duduk di sebelah Bapak.

            Kak Leni yang duduk di seberangku langsung meraih salah satu gelas, yang kemudian dia tuangkan teh manis hangat dari teko ke gelas tersebut. Uap masih mengepul dari permukaan minuman itu dan dari mulut teko. Tanpa meniup permukaan teh di gelas di genggamannya, cewek berambut lurus sepunggung itu menyeruputnya perlahan. Dia yang kulitnya putih—seperti Bapak—tampak sekali menikmati tehnya.

            “Bapak, tolong cek kamar Naya ya,” pinta Ibu sambil menuangkan teh dari teko ke gelas untuk Bapak.

            “Emangnya ada apa, Bu?” Bapak menyambut gelas berisi teh yang disodorkan oleh Ibu.

            “Takutnya ada binatang,” jawab Ibu.

            “Paling nyamuk, Bu,” imbuh Kak Leni sembari menaruh gelas ke meja.

            “Binatang apa yang Ibu maksud?” Bapak bertanya lagi setelah menyeruput teh hangatnya. Ditaruhnya gelas itu ke meja.

            “Paling kecoak, Pak,” imbuh Kak Leni lagi, tapi kali ini disudahi dengan terkekeh. Dia meraih remote televisi untuk mengganti acara berita.

            “Kamu tuh bercanda aja, Len,” ucap Ibu agak kesal.

            Kak Leni tidak menanggapi perkataan Ibu, dia langsung fokus pada acara yang disaksikannya.

            “Hari ini Naya gak masuk sekolah karena jari-jari tangannya bengkak,” tutur Ibu kemudian.

            “Bengkak ...?” Kening Bapak mengernyit dengan pandangan yang tertuju ke arahku. Wajahnya seolah meminta bukti.

            Aku memperlihatkan kedua tanganku.

            “Kok bisa bengkak kayak gitu?”

            “Maka dari itu, Pak, Ibu khawatir ada binatang yang bikin jari tangan Naya bengkak kayak gitu,” jelas Ibu menjawab pertanyaan Bapak.

            “Binatang apa yang bisa bikin bengkak begitu, Bu?”

            “Mana Ibu tahu, makanya Ibu minta Bapak tuk periksa kamar Naya. Sepulang dari puskesmas tadi pagi, Naya belum berani masuk ke kamarnya lagi.”

            “Gak mungkin ada ular, ‘kan?” Wajah Bapak terlihat ngeri.

            “Saya gak tahu, Pak,” kataku sambil menggeleng.

            “Kalo ular itu pasti berbisa.”

            “Gak juga, Pak,” Ibu menimpali perkataan Bapak. “Ada kok ular yang gak berbisa, dan mungkin cuma bikin bengkak kayak gitu,” lanjutnya menerangkan sekaligus menerka perihal ular tak berbisa.

            Bapak menelan ludah. Jakunnya naik-turun. “Ya udah, nanti Bapak periksa, deh,” katanya kemudian.

            “Kenapa gak sekarang sih, Pak?”

            “Bapak masih capek,” jawab Bapak. “Bapak istirahat sebentar dululah, Bu,” sambungnya meminta pengertian Ibu.

            “Iya, Bu, biarin Bapak istirahat dulu,” aku menengahi mereka.

            “Kamu kenapa, Nay?” tiba-tiba Kak Leni bertanya.

            “Ini.” Aku mengulurkan kedua tanganku ke depan.

            “Wah ... bengkak begitu jari-jari kamu. Ada kebiruannya juga, ya?” Kedua mata Kak Leni masih memperhatikan jemariku.

            “Hmm,” gumamku sambil mengangguk.

            “Wah ... itu sih dijilat setan, Nay.” Kak Leni terkekeh.

            Aku menarik kembali kedua tanganku ke pangkuan. Kak Leni gemar sekali meledekku. Kali ini sebenarnya aku sebal dibercandai seperti itu, tapi memang begitulah Kak Leni. Kukira dia serius memperhatikan jemariku dengan saksama, rupanya malah begurau.

            Sementara itu, Bapak juga tertawa mendengar ucapan Kak Leni. Hanya Ibu yang mengomeli Kak Leni, tapi kakakku malah berdiri sambil berujar ingin mandi.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • syaesha

    Salam kenal kakak penulis, aku mulai membaca

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
ARMY or ENEMY?
10347      3226     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Love Dribble
9468      1686     7     
Romance
"Ketika cinta bersemi di kala ketidakmungkinan". by. @Mella3710 "Jangan tinggalin gue lagi... gue capek ditinggalin terus. Ah, tapi, sama aja ya? Lo juga ninggalin gue ternyata..." -Clairetta. "Maaf, gue gak bisa jaga janji gue. Tapi, lo jangan tinggalin gue ya? Gue butuh lo..." -Gio. Ini kisah tentang cinta yang bertumbuh di tengah kemustahilan untuk mewuj...
Mr.Cool I Love You
85      74     0     
Romance
Andita harus terjebak bersama lelaki dingin yang sangat cuek. Sumpah serapah untuk tidak mencintai Andrean telah berbalik merubah dirinya. Andita harus mencintai lelaki bernama Andrean dan terjebak dalam cinta persahabatan. Namun, Andita harus tersiksa dengan Andrean karena lelaki dingin tersebut berbeda dari lelaki kebanyakan. Akankah Andita bisa menaklukan hati Andrean?
Orange Haze
345      240     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
Listen To My HeartBeat
416      254     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
IDENTITAS
657      440     3     
Short Story
Sosoknya sangat kuat, positif dan merupakan tipeku. Tapi, aku tak bisa membiarkannya masuk dan mengambilku. Aku masih tidak rela menjangkaunya dan membiarkan dirinya mengendalikanku.
My Idol Party
1063      548     2     
Romance
Serayu ingin sekali jadi pemain gim profesional meskipun terhalang restu ibunya. Menurut ibunya, perempuan tidak akan menjadi apa-apa kalau hanya bisa main gim. Oleh karena itu, Serayu berusaha membuktikan kepada ibunya, bahwa cita-citanya bisa berati sesuatu. Dalam perjalanannya, cobaan selalu datang silih berganti, termasuk ujian soal perasaan kepada laki-laki misterius yang muncul di dalam...
Lenna in Chaos
4635      1702     1     
Romance
Papa yang selingkuh dengan anggota dewan, Mama yang depresi dan memilih tinggal di desa terpencil, seorang kakak perempuan yang kabur entah ke mana, serta kekasih yang hilang di Kalimantan. Selepas kerusuhan demonstrasi May Day di depan Gedung Sate, hidup Lenna tidak akan pernah sama lagi. Sewaktu Lenna celaka di kerusuhan itu, tidak sengaja ia ditolong oleh Aslan, wartawan media sebelah yang...
Dandelion
333      205     1     
Inspirational
Masa lalu yang begitu menyakitkan, membuatnya terpuruk. Sampai pada titik balik, di mana Yunda harus berjuang sendirian demi sebuah kesuksesan. Rasa malas dan trauma dari masa lalu ditepis demi sebuah ambisi yang begitu berat. Memang, tidak ada yang bisa mengelak dari masa lalu. Namun, bisa jadi masa lalu itu merupakan cambukan telak untuk diri sendiri. Tidak masalah pernah terpuruk dan tertin...
Lalu, Bagaimana Caraku Percaya?
97      70     0     
Inspirational
Luluk, si paling alpha women mengalami syndrome trust issue semenjak kecil, kini harus di hadapkan pada kenyataan sistem kehidupaan. Usia dan celaan tentangga dan saudara makin memaksanya untuk segera percaya bahwa kehidupannya segera dimulai. "Lalu, bagaiamana caraku percaya masa depanku kepada manusia baru ini, andai saja jika pilihan untuk tak berkomitmen itu hal wajar?" kata luluk Masal...