Read More >>"> Negeri Tanpa Ayah (Gerimis Di Dada Saat Kelulusan Tiba) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Negeri Tanpa Ayah
MENU
About Us  

Saat itu pukul delapan pagi bertepatan dengan acara kelulusan sekolah. Kali ini pihak sekolah mengadakan acara yang berbeda untuk acara kelulusan siswa. Para siswa pun kompak tak mengadakan acara corat coret baju sebagai tanda bahagia pada umumya saat hari kelulusan tiba. Undangan untuk para orang tua untuk menghadiri acara yang baru pertama kalinya digelar pihak sekolah sudah dikirimkan sejak seminggu sebelumnya. Kami berbaris rapi di lapangan mendengarkan arahan sebelum akhirnya kami menyusun bangku-bangku di tengah lapangan. Acara kelulusan kali ini adalah mencuci kaki ayah atau ibu sebagai ungkapan rasa terima kasih atas segala jasa mereka. Curahan doa tulus dari merekalah yang membuat perjuangan selama tiga tahun menuntut ilmu hingga kami lulus menjadi mudah.

Bangku-bangku pun sudah tersusun rapi dengan dituliskan nama-nama siswa dan kelas di bagian atasnya. Tak berapa lama pembawa acara mengumumkan melalui pengeras suara agar orang tua yang diwakili oleh ibu atau bapak dari siswa untuk duduk di kursi yang sudah disiapkan. Kulihat mereka mencari-cari bangku yang tertulis nama anaknya. Ada yang kebingungan mencari nama anaknya sebab sudah tua dan tidak bisa melihat lagi dengan jelas. Ada juga yang tak bisa mengetahui nama anaknya karena tidak bisa membaca. Panitia acara pun turun tangan untuk membantunya.

Tak berapa lama kulihat semua orang tua sudah menduduki bangku sesuai dengan nama anaknya. Tampak kulihat ada rona bahagia di wajah mereka. Kulihat masih ada tiga bangku kosong dan tentu saja ada salah satu namaku di sana. Hari ini ibuku berhalangan hadir. Tadinya aku akan membanggakan ibu sebab kepala sekolah akan mengumumkan siswa peraih nilai terbaik di sekolah di acara itu. Saat pembukaan acara tadi wali kelasku membisikkan padaku serta memberikan selamat karena aku meraih nilai terbaik di antara seluruh siswa.

Sayangnya malam hari sebelumnya ibu memberitahuku bahwa ia tak bisa datang. Pabrik kain tenun sutra tempat ibu bekerja membutuhkan tenaga ibu sebab produksinya sedang meningkat. Ibu terlihat sedih dan meminta maaf padaku sebab sebelumnya ia sudah mengiyakan dan berjanji akan hadir di acara itu. Aku sedih, kecewa tapi aku bisa memahami keadaan ibu yang memang harus bekerja banting tulang untuk kami sekeluarga.

Tadinya ibu memberikan undangan itu pada bapak. Namun bapak tak mempedulikannya. Jangankan dibaca, undangan itu masih rapi di dalam amplopnya. Namun tak apa, lagi pula aku juga tak menginginkan kedatangannya. Aku yakin bapak juga tidak akan datang kalau pun aku memaksanya, yang ada malah dia mengamuk lalu aku akan menjadi sasaran kemarahannya. Percaya atau tidak bahkan bapak tidak pernah tahu aku sekolah di mana.

Kulihat keadaan sekitar barangkali ibuku bisa hadir memberi kejutan. Kulihat satu persatu wajah orang tua yang hadir dan telah duduk di bangku khawatir ibuku salah menduduki bangku orang lain. Dari depan hingga ke belakang sudah kusisir semua wajah. Namun tak kutemukan juga sosoknya di sana. Kali ini kualihkan pandanganku ke arah gerbang sekolah berharap ada sosok ibu di sana. Namun tak juga terlihat sosoknya. Hatiku makin gelisah sebab acara segera dimulai. Masing-masing anak sudah siap membawa handuk kecil dan wadah baskom kecil berisi air bercampur bunga.

Lima menit berlalu dari pukul delapan pagi. Dua bangku yang tadinya kosong sudah terisi. Berarti tinggal satu lagi bangku yang kosong dan tentunya itu adalah bangku yang tertulis namaku. Kulihat teman-temanku sudah mulai berjalan menghampiri orang tua yang telah siap menunggu duduk di bangku sesuai instruksi pembawa acara. Aku hanya terdiam berdiri melihat pemandangan di depanku. Mataku masih tertuju pada bangku kosong itu. Bangku yang kuharapkan ada ibu yang duduk di sana untuk kucuci kakinya dengan sepenuh cinta. Sekali lagi pembawa acara meminta agar seluruh siswa menuju bangku di tengah lapangan. Lagi-lagi aku hanya bisa terdiam dan tiba-tiba hatiku gerimis lalu hujan pun turun dari kedua mataku.

Aku berdiri sendirian di pinggir lapangan, sementara teman-temanku sudah bersiap mengikuti acara pembasuhan kaki yang akan berlangsung sebentar lagi. Air di dalam wadah baskom kecil bergoncang sebab tanganku bergetar menahan tangis dan sesak di dada. Handuk kecil yang kuletakkan di lengan kiri pun terjatuh ke tanah. Dadaku bergemuruh. Kutahan sekuat mungin agar tangisku tak pecah. Namun lelehan air mata mengalir di pipi tak henti-hentinya. Aku berjongkok mengambil handukku yang terjatuh. Tiba-tiba ada bayangan hitam menghampiriku tanda ada sosok yang melangkah mendekat ke arahku. Aku bisa merasakan kini ada sosok yang berdiri tepat di depanku.

Aku masih tetap berjongkok dan menundukkan kepala. Aku hanya bisa melihat sepatunya dan dari sepatunya aku hafal benar kalau orang berdiri di depanku ini tak lain orang yang sudah kukenal. Kuangkat kepalaku perlahan. Puang Bahar berdiri tepat di depanku sambil tersenyum. Ia memegang lenganku membantuku berdiri lalu mengusap air mataku yang terus mengalir di pipi. Ia membelai rambutku seolah tahu betapa sedihnya hati ini. Puang Bahar mengisyaratkan agar aku menuju bangku di tengah lapangan. Aku menggeleng pelan sambil mengusap air mata dengan isak tangis yang kutahan. Puang Bahar menepuk pundakku pelan seraya menguatkanku lalu ia meminta maaf padaku. Aku bingung untuk apa ia meminta maaf. Lalu ia melanjutkan ucapannya.

“Tullega puang tolai ambo, indo Wellang tudang akkoro?”[1]

Aku yang tengah tertunduk langsung menatap wajah Puang Bahar yang sedang tersenyum sambil menatapku lembut.

“Bolehkah?” tanya Puang Bahar sekali lagi.

Air mataku yang sudah berhenti tiba-tiba mengalir makin deras. Aku mengangguk pelan. Kulihat wajah Puang Bahar makin tersenyum lebar. Aku pun berusaha tersenyum di antara derasnya tumpahan air mata. Kami berjalan beriringan menuju bangku kosong yang tertulis namaku. Kulihat Enre sudah bersiap di depan ibunya yang duduk di bangku sedari tadi. Enre melihat ke arahku lalu tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. Aku pun tersenyum di sela-sela isak tangisku yang bercampur antara sedih dan bahagia.

Kubersihkan alas bangku dengan telapak tanganku beberapa saat sebelum Puang Bahar mendudukinya. Aku duduk bersimpuh di hadapannya. Selanjutnya kami mengikuti instruksi pembawa acara untuk membasuh kaki orang tua. Kubuka satu persatu sepatu Puang Bahar lalu mencuci kakinya sebelah kanan lalu mengeringkannya dengan handuk kecil yang sudah kusiapkan. Begitupun kulakukan untuk kaki sebelah kirinya. Setelah selesai kuarahkan pandanganku ke wajah Puang Bahar. Kulihat ada titik air mata di ujung matanya. Sambil tersenyum ia mengusap lembut kepalaku dan aku memeluknya. Kudengar bisik Puang Bahar lembut di telinga kananku sambil menepuk-nepuk pelan punggungku. Hatiku bergemuruh mendengar nasihatnya dan membuatku main erat memeluknya.

***

[1] Bolehkah Puang menggantikan bapak, ibu Wellang duduk di sana?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Project Pemeran Pembantu
4019      1333     0     
Humor
Project Pemeran Pembantu adalah kumpulan kisah nyata yang menimpa penulis, ntah kenapa ada saja kejadian aneh nan ajaib yang terjadi kepadanya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam kumpulan cerita ini, penulis menyadari sesuatu hal yang hilang di hidupnya, apakah itu?
Kungfu boy
2299      891     2     
Action
Kepalanya sudah pusing penglihatannya sudah kabur, keringat sudah bercampur dengan merahnya darah. Dirinya tetap bertahan, dia harus menyelamatkan Kamalia, seniornya di tempat kungfu sekaligus teman sekelasnya di sekolah. "Lemah !" Musuh sudah mulai menyoraki Lee sembari melipat tangannya di dada dengan sombong. Lee sudah sampai di sini, apabila dirinya tidak bisa bertahan maka, dirinya a...
Dapit Bacem and the Untold Story of MU
5832      1832     0     
Humor
David Bastion remaja blasteran bule Betawi siswa SMK di Jakarta pinggiran David pengin ikut turnamen sepak bola U18 Dia masuk SSB Marunda United MU Pemain MU antara lain ada Christiano Michiels dari Kp Tugu To Ming Se yang berjiwa bisnis Zidan yang anak seorang Habib Strikernya adalah Maryadi alias May pencetak gol terbanyak dalam turnamen sepak bola antar waria Pelatih Tim MU adalah Coach ...
Rewrite
6487      2180     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Matchmaker's Scenario
798      389     0     
Romance
Bagi Naraya, sekarang sudah bukan zamannya menjodohkan idola lewat cerita fiksi penggemar. Gadis itu ingin sepasang idolanya benar-benar jatuh cinta dan pacaran di dunia nyata. Ia berniat mewujudkan keinginan itu dengan cara ... menjadi penulis skenario drama. Tatkala ia terpilih menjadi penulis skenario drama musim panas, ia bekerja dengan membawa misi terselubungnya. Selanjutnya, berhasilkah...
Under a Falling Star
709      434     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
My Dangerious Darling
2877      1204     2     
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
ARMY or ENEMY?
10406      3247     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Lenna in Chaos
4638      1702     1     
Romance
Papa yang selingkuh dengan anggota dewan, Mama yang depresi dan memilih tinggal di desa terpencil, seorang kakak perempuan yang kabur entah ke mana, serta kekasih yang hilang di Kalimantan. Selepas kerusuhan demonstrasi May Day di depan Gedung Sate, hidup Lenna tidak akan pernah sama lagi. Sewaktu Lenna celaka di kerusuhan itu, tidak sengaja ia ditolong oleh Aslan, wartawan media sebelah yang...
Zona Elegi
302      196     0     
Inspirational
Tertimpa rumor tak sedap soal pekerjaannya, Hans terpaksa berhenti mengabadikan momen-momen pernikahan dan banting setir jadi fotografer di rumah duka. Hans kemudian berjumpa dengan Ellie, gadis yang menurutnya menyebalkan dan super idealis. Janji pada sang nenek mengantar Ellie menekuni pekerjaan sebagai perias jenazah, profesi yang ditakuti banyak orang. Sama-sama bekerja di rumah duka, Hans...