Read More >>"> Memento Merapi (Bab 3: Gunung) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Memento Merapi
MENU 0
About Us  

Alunan musik pop-rock dari radio terdengar lirih, terkalahkan oleh bunyi kipas angin di langit-langit ruangan bujur sangkar dengan panjang sisi tiga meter itu. Seorang pria muda berdiri di tengah ruangan, di antara meja dan etalase serta sebuah mesin fotokopi yang derunya juga makin melenyapkan suara radio. Pria berusia genap dua lusin itu mendongak sedikit ketika ada bunyi pintu ditutup.

“Haduh, untung jalanan udah nggak macet kayak kemarin,” keluh wanita yang baru datang itu, kepalanya terbungkus helm. “Panas banget di luar.” Dia melepas helm lalu mengibaskan rambutnya yang pendek model bob.

“Macet apa yang kemarin?”

“Itu, lho, lomba foto di Monumen Pers. Kayak ada kirab ulang tahun warga keraton aja.”

“Oh, iya ding, sempet lihat di tivi kemarin,” sahut si pria yang masih menekuni kertas-kertas yang akan difotokopi itu. “Ya untung udah nggak macet. Oiya, Vi, liburan besok jadi, ‘kan?”

“Jadi apa, ya, Lang?” Si wanita meletakkan helm itu ke bagian atas rak di sebelah mesin fotokopi kemudian menatap ke dalam cermin di sampingnya. Rak itu, berikut cerminnya, memang diatur pada ketinggian yang pas untuk diakses oleh sang wanita yang tubuhnya agak gemuk dan tak terlalu tinggi. Wajahnya yang bulat tampak kemerahan sehabis berkendara motor di cuaca sepanas siang itu.

“Pandu sama temen-temennya itu, lho. Katanya mereka mau ikut ke Merapi habis ujian,” sahut si pria. Kebalikan dengan Via alias Alviani Raharjo, Gilang Sudibyo berpostur tinggi kurus.

“Hari ini ujian SMA selesai, ‘kan?” tambah Gilang.

“Oh, iya! Untung kamu ingetin, Lang. Aku belum tanya sama si Pandu, sih. Kemarin-kemarin, nggak berani tanya, takut ganggu konsentrasinya. Sekarang, mestinya dia lagi jalan sama gengnya, tuh.” Via bicara sambil mengeluarkan ponselnya, hendak mengirim pesan pada sang adik.

“Hmmm,” sahut Gilang singkat sembari memencet sebuah tombol di mesin fotokopi. Kertas tersedot masuk dan keluar, disusul lembar-lembar duplikatnya.

Usaha fotokopi dan jualan alat tulis di kios kecil dekat sekolah adalah rintisan Gilang yang sekarang digelutinya bertiga dengan Via dan seorang lagi kawannya, Denny. Namun, hari ini, Denny nggak masuk kerja karena sakit. Katanya, sih, cuma sakit perut, dan Denny sudah minta supaya Gilang atau Via nggak perlu repot-repot menjenguknya.

Setelah sama-sama lulus dari Universitas Sebelas Maret alias UNS setahun yang lalu, Gilang yang anak manajemen berniat membuka usaha sendiri. Diseretnya kekasihnya, Via, yang sarjana akuntansi dan sahabatnya, Denny, lulusan teknik elektro untuk bergabung. Mereka bertiga sudah berteman sejak SD dan rupanya sampai universitas pun mereka selalu satu institusi.

Via masih sibuk dengan ponselnya saat Gilang bicara lagi,

“Si Santika tanggal dua puluhan besok juga mau ke Merapi, lho.”

“Apa iya?” Via berhenti mengetik. “Wah, bisa sekalian reuni, nih.”

*

Merapi; gunung berapi setinggi hampir tiga ribu meter yang masih aktif dan terletak di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, diapit empat kabupaten besar: Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten.

Keluarga Gilang tinggal di lereng gunung tersebut, tepatnya di Kabupaten Magelang. Pemuda itu sendiri, yang menuntut ilmu ke Solo, pulang ke sana setiap Lebaran dan libur semester. Kini, setelah lulus, ia bisa lebih sering menemui keluarganya.

Akhir April nanti, Gilang mengajak Via menginap di rumahnya—orang tua Gilang sudah pernah bertemu dengan wanita itu dan merestui hubungan mereka. Ini akan menjadi yang ketiga kalinya Via datang dan menginap di sana.

Waktu mendengar sang kakak akan berlibur ke lereng Merapi, Pandu langsung bilang bahwa dia ingin ikut. Mau nostalgia, katanya. Pasalnya, saat kelas 3 SMP, Pandu pernah live in di lereng Merapi sisi barat, wilayah Kabupaten Magelang juga. Acara sekolah.

Kegiatan itu sangat berkesan bagi Pandu yang waktu itu berusia empat belas tahun. Di rumah, ia banyak bercerita tentang keluarga angkatnya di sana, bagaimana alamnya, aktivitas orang-orangnya, bahkan Pandu membawa pulang buah cabai dan salak dalam jumlah yang cukup buat orang se-RT. Betapa tulus dan murah hatinya penduduk lereng Merapi! Dan kini, mumpung ada kesempatan di depan mata, Pandu ingin mengunjungi keluarga lamanya di Merapi.

Lebih dari tiga tahun telah berlalu sejak waktu itu, bahkan Merapi sudah pernah meletus satu kali—sepuluh bulan setelah kegiatan live in—yakni tanggal 26 Oktober 2010. Di masa-masa bencana itu, Pandu menjadi orang pertama yang nongkrong di depan televisi di pagi hari demi menonton berita tentang Merapi. Untungnya, Lor Senowo, wilayah tempat keluarga angkatnya tinggal, termasuk daerah yang paling belakangan terkena erupsi. Seluruh warganya sudah sempat mengungsi sebelum daerah itu disapu lahar dan awan panas meski status Merapi berubah cepat dari Siaga menjadi Awas dalam empat hari.

*

Waktu mendengar Pandu bakal liburan ke Merapi, Angga dengan antusias bilang bahwa dia juga ingin ikut. Mau uji nyali, katanya.

“Uji nyali?” ulang Gita dengan nada mencemooh. Saat itu, masih dua minggu menjelang Ujian Nasional dan mereka mengagendakan belajar bahasa Inggris bareng di rumah cewek itu.

“Di sana, ‘kan, ada rumahnya almarhum Mbah Maridjan,” sahut Angga bersemangat, menyebut nama pria sepuh juru kunci Merapi yang sempat tenar beberapa tahun sebelumnya—lebih karena beliau bersikukuh untuk tinggal dan menjaga lereng Merapi saat erupsi mulai melanda, dan meninggal karenanya.

“Aneh-aneh aja,” komentar Reni, datar tapi tajam.

“Lagian Merapi, ‘kan, terkenal angker di Pulau Jawa. Nggak ada salahnya kalau kita coba sesuatu yang baru buat liburan, ‘kan?” ujar Angga, mengingat sebuah artikel tentang Gunung Merapi yang pernah dibacanya di internet.

“Masih banyak tempat lain untuk liburan, kali,” cela Gita.

“Aa, aku tau!” Pikiran jahil Angga yang muncul karena ketularan Pandu bekerja tanpa bisa dicegah. “Kalian pasti pada takut ke sana, ‘kan?” ujarnya sambil nyengir. “Dasar cewek-cewek, penakut!”

Gita dan Reni tentu saja tak terima.

“Nggak! Aku nggak takut!” sergah Gita cepat.

“Kami berdua ikut,” timpal Reni dengan dagu terangkat.

Dan pada akhirnya, Via terpaksa ngomong ke Gilang bahwa bakal ada tiga tamu tambahan yang menginap di rumah keluarga pemuda itu.

“Waduh,” gumam Gilang seraya menggaruk kepalanya meski sebetulnya tak gatal. “Sebetulnya bisa sih Vi, cuma ....”

“Kalau emang nggak bisa ya udah, Lang,” ujar Via sambil melempar pandang menegur ke arah Pandu. Yang dipandang cuma mengangkat bahu sambil balas memandang kakaknya, dengan sinar mata ini-bukan-salahku.

“Hmm, kayaknya bisa diatur,” gumam Gilang, “tapi, kalian nginapnya di rumah kakeknya Mas, jadi beda tempat sama Mbak Via.”

Senyum Pandu merekah. “Beneran nih, Mas?”

“Iya. Nanti kalian yang sopan di sana, ya. Sama harus bantu-bantu juga.”

“Sip, deh. Makasih, Mas Gilang!”

Jadilah liburan di Merapi (baca: uji nyali) masuk agenda kedua pascaujian geng AGRIPA setelah karaoke. Percakapan dunia maya pun mewarnai persiapan keempat remaja itu.

Angga_Nugraha: Geng, menurut kalian, aku perlu bawa sarung nggak?

Pandu Holmes: Kenapa nggak bawa selimut aja? Lereng Merapi tuh dingin banget, Bro.

gitaamelia: aku mau bawa sweater rajutku.

Angga_Nugraha: Nggak sekalian teddy bear kamu yang segede orang itu, git? Biar bobok nyenyak, hihi.

gitaamelia: apaan sih ngga, bilang aja kamu yang ga bisa tidur kalau ga ada tuh sarung bau!

Angga_Nugraha: Jahaaat. Padahal maksudku baik loh git.

gitaamelia: emangnya aku anak kecil?

Angga_Nugraha: Iiih, lha, siapa juga yang dulu bilang minta kado ke ortu boneka teddy bear buat suwit 17?

gitaamelia: beda kasus lah itu. kan dari ortu.

Angga_Nugraha: Saking ga ada pacar, minta kadonya ke ortu ya~

gitaamelia: ANGGA

Pandu Holmes: Hei, sudah, sudah.

gitaamelia: TAK TIMPUK KAMU

Pandu Holmes: Nanti aku panggilin PBB

gitaamelia: PAKE TEDDY BEAR SEGEDE ORANG!

Pandu Holmes: Cuy, panggil PBB ke sini

gitaamelia: BIAR MAMPUS!

Pandu Holmes: Tolong ... hampir pecah perang dunia keempat.

Reni_kr: Woi woi ... kalian berisik banget sih!!!

Reni_kr: BTW. Perang dunia baru dua kali, Ndu.

Pandu Holmes: Eh iya. Maksudnya hampir pecah perang dunia ketiga.

Angga_Nugraha: Kalo perang dunia keempat mah di dunianya naruto, iya kan ndu?

gitaamelia: jangan ngalihin pembicaraan woey :(

Angga_Nugraha: Aku rapopo kalo kamu timpuk pake benda empuk begitu git. Geli-geli empuk.

gitaamelia: ga jadi ah, kan sayang

Angga_Nugraha: Sayang gimana git maksudnya? ;D

gitaamelia: sayang teddy bear nya lah! ntar rusak setelah menghantam badanmu yang penuh lemak.

Reni_kr: Aish, tadi lagi ngomongin penghangat badan, kok nyampe teddy bear ki piye tho?!

Angga_Nugraha: TT_TT hueee >o<

Angga_Nugraha: Badanku ini penuh lemak tapi seksi, tau! Kayak Chris Hemsworth!

gitaamelia: mana ada! kalo yang itu bukan lemak, tapi otot!

Pandu tertawa-tawa di kamarnya membacai obrolan absurd di grup Facebook Messenger AGRIPA untuk persiapan liburan. Di lantai di hadapannya terbuka sebuah koper yang separuh terisi pakaian.

“Ndu, celana jinsmu ada yang masih di jemuran. Mau kamu bawa?” Via menjengukkan kepala ke kamar.

“Iya, Mbak. Nanti malam aku ambil.” Pandu menjawab, masih nyengir sisa membaca kekonyolan grup AGRIPA.

“Bawa baju anget, sama obat jangan lupa.”

Pandu mengangguk singkat, cengirannya memudar sedikit. Dia menatap wajah serius kakaknya yang melangkah masuk. Pasti setelah ini ...

“... jangan lupa bilang ke Mama lagi, ya.”

Pandu mengulum senyum penuh arti. “Siap, Mbak.” Tiba-tiba dia teringat sesuatu. “Mbak Via, besok pagi-pagi ingetin lagi, ya, buat beli oleh-oleh!”

Via mengangkat alis. “Kamu serius mau ngasih oleh-oleh serabi?”

“Dua rius, Mbak.” Cengiran Pandu kembali.

“Nggak roti kecik aja, yang lebih awet?”

“Roti kecik, ‘kan, keras. Yang mau dikasih sudah orang tua. Nanti kalau nggak bisa nggigitnya, gimana?”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Manuskrip Tanda Tanya
4437      1462     1     
Romance
Setelah berhasil menerbitkan karya terbaru dari Bara Adiguna yang melejit di pasaran, Katya merasa dirinya berada di atas angin; kebanggaan tersendiri yang mampu membawa kesuksesan seorang pengarang melalui karya yang diasuh sedemikian rupa agar menjadi sempurna. Sayangnya, rasa gembira itu mendadak berubah menjadi serba salah ketika Bu Maya menugaskan Katya untuk mengurus tulisan pengarang t...
Dapit Bacem and the Untold Story of MU
6750      2035     0     
Humor
David Bastion remaja blasteran bule Betawi siswa SMK di Jakarta pinggiran David pengin ikut turnamen sepak bola U18 Dia masuk SSB Marunda United MU Pemain MU antara lain ada Christiano Michiels dari Kp Tugu To Ming Se yang berjiwa bisnis Zidan yang anak seorang Habib Strikernya adalah Maryadi alias May pencetak gol terbanyak dalam turnamen sepak bola antar waria Pelatih Tim MU adalah Coach ...
Bumi yang Dihujani Rindu
6188      2129     3     
Romance
Sinopsis . Kiara, gadis bermata biru pemilik darah Rusia Aceh tengah dilanda bahagia. Sofyan, teman sekampusnya di University of Saskatchewan, kini menjawab rasa rindu yang selama ini diimpikannya untuk menjalin sebuah ikatan cinta. Tak ada lagi yang menghalangi keduanya. Om Thimoty, ayah Kiara, yang semula tak bisa menerima kenyataan pahit bahwa putri semata wayangnya menjelma menjadi seorang ...
Teman Berakhir (Pacar) Musuhan
569      359     0     
Romance
Bencana! Ini benar-benar bencana sebagaimana invasi alien ke bumi. Selvi, ya Selvi, sepupu Meka yang centil dan sok imut itu akan tinggal di rumahnya? OH NO! Nyebelin banget sih! Mendengar berita itu Albi sobat kecil Meka malah senyum-senyum senang. Kacau nih! Pokoknya Selvi tidak boleh tinggal lama di rumahnya. Berbagai upaya buat mengusir Selvi pun dilakukan. Kira-kira sukses nggak ya, usa...
RUMIT
4883      1580     53     
Romance
Sebuah Novel yang menceritakan perjalanan seorang remaja bernama Azfar. Kisahnya dimulai saat bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang menimpa kota Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018. Dari bencana itu, Azfar berkenalan dengan seorang relawan berparas cantik bernama Aya Sofia, yang kemudian akan menjadi sahabat baiknya. Namun, persahabatan mereka justru menimbulkan rasa baru d...
Dark Shadow
336      209     5     
Horror
Tentang Jeon yang tidak tahu bahwa dirinya telah kehilangan Kim, dan tentang Kim yang tidak pernah benar-benar meninggalkan Jeon....
Project Pemeran Pembantu
4639      1476     0     
Humor
Project Pemeran Pembantu adalah kumpulan kisah nyata yang menimpa penulis, ntah kenapa ada saja kejadian aneh nan ajaib yang terjadi kepadanya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam kumpulan cerita ini, penulis menyadari sesuatu hal yang hilang di hidupnya, apakah itu?
Infatuated
759      507     0     
Romance
Bagi Ritsuka, cinta pertamanya adalah Hajime Shirokami. Bagi Hajime, jatuh cinta adalah fase yang mati-matian dia hindari. Karena cinta adalah pintu pertama menuju kedewasaan. "Salah ya, kalau aku mau semuanya tetap sama?"
PurpLove
278      243     2     
Romance
VIOLA Angelica tidak menyadari bahwa selama bertahun-tahun KEVIN Sebastian --sahabat masa kecilnya-- memendam perasaan cinta padanya. Baginya, Kevin hanya anak kecil manja yang cerewet dan protektif. Dia justru jatuh cinta pada EVAN, salah satu teman Kevin yang terkenal suka mempermainkan perempuan. Meski Kevin tidak setuju, Viola tetap rela mempertaruhkan persahabatannya demi menjalani hubung...
When Magenta Write Their Destiny
4624      1383     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...