Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jelita's Brownies
MENU
About Us  

   Rianti menyebalkan. Sebenarnya sore ini, aku ingin mengunjungi Ibu Mbak Yani. Tetapi setelah mengejar Rianti secepat mungkin ia sudah tak terlihat lagi punggungnya. Secepat kilat Gadis Aceh itu berlalu.
    Saat ini sikap Rianti seperti orang asing. Tak pernah lagi pulang bersama.
    Aku berjalan menuju Halte busway Harco Mangga Dua. Ini bukan pertama kali aku menikmati suasana sore. Aku mencoba tersenyum, bersyukur bisa menikmati rasa lelahnya bekerja dari pagi hingga sore hari.
    Aku melangkah lagi sambil melirik jam di ponsel yang baru menunjukkan pukul lima. Semua kelelahan dan emosiku menguap saat Ibuku membalas sms yang mengizinkan aku berkunjung ke Rumah Sakit. Faktanya semua kegiatanku Ibu harus tahu. Aku tak ingin membuatnya khawatir! Kalian tahulah aku anak satu-satunya. 
    Aku menempelkan kartu busway kemudian menunggu busway arah Kota. 
    “Kamu mau kemana?” Seseorang menepuk bahuku dari belakang. 
    Aku kaget. Membalikan badan. “Riantttiiiii! Ya ampun tadi Gue ngejer Lo!”
    “Masa? Kapan?” Rianti mengernyitkan keningnya. 
    “Iya barusan. Hp Lo mati?"
    Rianti mengambil ponsel dari saku roknya. “Di silent. Nggak kedengeran”
    Kami berdua menaiki busway dengan langkah pelan. 
    “Ti. Ke Rumah sakit Tarakan yuk!” Aku menghela napas kemudian mencoba duduk di kursi busway.
    “Siapa yang sakit?” Rianti memandangku lurus-lurus.
    Aku menarik napas lagi. Mencoba memutar kata-kata. 
    “Ibu Mbak Yani sakit Ti!’ Jawabku pelan. Aku memegang tangan kiri Rianti.
    Rianti berusaha menetralkan hatinya yang sedikit kesal kepada Mbak Yani. Wajahnya sedikit memerah.
    “Kapan? Ibunya sakit apa?” Rianti menggigit bibirnya.
    “Sekarang Ti! Ibu Mbak Yani diabetes!” Aku berusaha mengatur kata-kata.
    Rianti menghembuskan napas sedalam-dalamnya. “Tapi kita belum beli apa-apa Lit!”
    Aku nyaris tahu Gadis Aceh itu berusaha mengelak. Bagaimana mungkin ia bisa bertemu Mbak Yani yang ia kesal. Aku mencoba lagi memutar kepala. Meyakinkan dia.
    “Nggak apa-apa. Yuk sekarang!” Pintaku memohon. Aku menggenggam kedua tangannya.
    Busway sudah sampai Kota. Kami melangkah turun kemudian berjalan pelan di sepanjang halte busway.
    “Jadi kita ke RS Tarakan kan?” Tanyaku serius. Aku menggenggam lagi tangan kiri Rianti.
    Rianti mengangguk pelan lalu mencoba merebahkan senyuman. “Baiklah Lita.”
    Mendengar itu aku lega. Walaupun harus sampai memohon-mohon kepada Gadis di sampingku. 
    Hening diantara kami. Aku berkali-kali ingin berbicara tentang Ridwan, namun berkali-kali pula aku hanya diam sepanjang jalan. 
    Kami berdua telah sampai di halte busway Harmoni. Saat turun dari busway aku teringat masa kecilku. Suasana di daerah ini masih magic. Pikiranku kini berkecamuk. Aku masih sangat penasaran. Apakah Ayahku masih tinggal di daerah ini?
    Kami berdua menaiki tangga halte busway dengan gontai. 
    “Lita awas tali tas kamu melilit di tiang!” Rianti menarik tanganku. 
    Aku berhenti, mencoba membetulkan tas.
    “Aduuhhh Ti. Makasih ya!” Aku kaget.
    Aku menahan napas. Jantungku berdetak lebih kencang. 
    “Hati-hati Lit. Kamu kenapa? Sejak tadi kamu pikirannya kosong. Kamu ada yang dipikirkan?” Tanya Rianti bingung.
    Aku tersenyum sambil menggeleng-geleng. 
    Aku benar-benar tidak habis pikir. Mengapa aku tidak konsentrasi? Tidak mungkin aku mengutarakan masa laluku pada Rianti.
    Aku memijit kening. “Nggak ada Rianti!”
    “Kamu sedang ada masalah?” Rianti mencoba memahami dengan pikiran yang kalut. 
    Aku menghentikan langkahku saat akan turun dari tangga busway.
    Aku menghela napas lagi. “Aku hanya ingat Ayahku.” Jawabku memelas.
    Rianti berhenti kemudian mengajakku duduk di tangga halte busway. Ia bersandar pada tiang. Tangan kanannya merangkul pundakku. 
    Rianti menatapku kasian. “Kenapa? Ayahmu sakit Lit?”
    Aku menaikkan alis. Baru kali ini aku merasakan kembali rangkulan sahabat. Di segala sudut pikiranku, aku mulai mempertanyakan apakah Rianti orang yang bisa dipercaya? Bagiku, menemukan sahabat itu susah. 
    Aku mengangkat bahu. “Ayahku tak tahu kemana?”
    “Apa kamu sudah mencari Ayahmu?” Rianti mengusap rambutku.
    Aku benar-benar tak habis pikir. Mengapa aku harus mengutarakan isi hatiku kepada orang lain? Bahkan dengan teman kerjaku. Akh, sungguh sangat bodoh!
    “Akh, come on! Hari mulai gelap. Kita harus segera ke Rumah Sakit!” Aku berdiri, menarik tangan Rianti. Mengalihkan pembicaraan.
    Rianti menghembuskan napas pelan. “Hmmm…. Baiklah”
    Kami turun dari tangga. Rianti terdiam. Ia berjalan sambil menatapku dari samping kiri. Tampak bingung.
    “Eh Lit, ngomong-ngomong kau senang bikin brownies ya?” Rianti ceria.
Aku terkejut lalu tertawa. “Hahaha… Lo tahu dari mana Ti?”
    Aku kaget. Suasana hatiku tiba-tiba mencair. 
    “Hmmm…. Instagram.” Jawab Rianti tersenyum. 
    “Hahaha…. Lo kepo Instagram Gue Ti!” Aku menyenggol bahu Rianti. 
    “Hmm, dikit!” Ia menyipitkan mata kirinya.
    ‘Hahaha, tapi kali ini jangan sering-sering dibiasakan Ti!”
    “Ya kamu juga jangan sering-sering dibiasakan melamun Lit! Apalagi lagi di jalan. Bahaya Tahu!” Rianti menasihati.
    “Iya sih. Jauh banget sih becandanya. Hmm…” aku kesal.
    Rumah Sakit Tarakan sudah terlihat gedungnya. Lampu-lampu Kota mulai memantulkan cahayanya masing-masing. Kami berdua menyeberang jalan. 
Aku mulai meng-scroll kontak pada ponsel di depan Lift Rumah Sakit Tarakan. Mencari kontak Mbak Yani. Rianti mengambil sebotol minuman dingin dari dalam tasnya kemudian menyeruputnya. Perasaannya tidak enak. Tampak jelas dari raut mukanya yg kebingungan dan kaki kanannya yang tidak bisa diam.
Aku sangat mengerti perasaan Rianti. Ia dan Mbak Yani sudah berselisih tegang. Semoga saja hati Mbak Yani bisa menerima Rianti. Dan persahabatan mereka erat kembali. Rianti mencoba melirik ke arah sebelah kanan dengan bingung. Wajahnya memerah saat melihat gadis berkacamata di depannya memanggilku.
"Lita...." sapa Mbak Yani. Ia mendekatiku.
"Hai Mbak Yani. Gimana keadaan Ibu?" Jawabku penasaran. Aku mencium pipi kanan dan kirinya.
"Udah baikan Mbak?" Rianti menghela napas. Ia mencoba berdamai dengan Mbak Yani.
Mbak Yani mencoba bersalaman dengan Rianti. Otaknya mencoba mencerna kata-kata dan sedikit melirik Rianti. Tiba-tiba batinnya luruh.
"Ibu lumayan sehati Ti. Makasih ya sudah Dateng." bisik Mbak Yani di telinga kanan Rianti.
Dengan mimik muka ceria, Rianti menggenggam kedua tangan Mbak Yani.
"Aku turut prihatin ya Mbak. Semoga cepet sembuh. Maaf ya Mbak kalau ada salah." Mata Rianti berkaca-kaca.
Aku terkejut bukan main. Rianti sungguh berjiwa besar. Ia berani meminta maaf terlebih dahulu.
Aku hanya bengong.
Mbak Yani memeluk Rianti. "Sama-sama Ti, Gue juga. Makasih ya dah Dateng." 
"Nah gitu dong. Baikan kan adem liatnya.." candaku. Aku gemas.
Mereka berdua tersenyum mendengarnya. Mbak Yani menghapus sudut mata kanannya.
"Udah dramanya....hahahaha...." aku menyenggol tangan kanan Mbak Yani.
"Apa sih Lo Lita...?" Wajah Mbak Yani memerah. Ia tersipu malu.
"Lucu kalian berdua ini kayak anak SD za Hahahaha....." Aku tak bisa menahan tawa.
Aku menarik tangan mereka berdua menuju Ruangan Ibu Mbak Yani. Mereka berdua saling merebahkan senyuman.
Rianti tertawa kecil sambil menarik rambut kebelakang telinga kirinya.
Malam ini adalah momen yang menyenangkan. Berkali-kali Aku sungguh terpesona melihat  Rianti yang berjiwa sangat besar. Ia bisa menghadapi masalah dengan berani dan dewasa. Aku sungguh sangat kagum melihat sikapnya. Aku harus bisa mencontoh sikap Rianti. Semoga saja tidak ada lagi konflik Friendzone diantara mereka.

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Potongan kertas
912      473     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
Aku Istri Rahasia Suamiku
12643      2427     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Listen To My HeartBeat
580      351     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
Cinta Pertama Bikin Dilema
5006      1382     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Dunia Alen
5653      1666     2     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
ARMY or ENEMY?
14487      4154     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Mencari Malaikat (Sudah Terbit / Open PO)
5205      1964     563     
Action
Drama Malaikat Kecil sukses besar Kristal sang artis cilik menjadi viral dan dipujapuja karena akting dan suara emasnya Berbeda dengan Viona yang diseret ke luar saat audisi oleh mamanya sendiri Namun kehidupan keduanya berubah setelah fakta identitas keduanya diketahui Mereka anak yang ditukar Kristal terpaksa menyembunyikan identitasnya sebagai anak haram dan mengubur impiannya menjadi artis...
Aku Milikmu
1991      886     2     
Romance
Aku adalah seorang anak yang menerima hadiah terindah yang diberikan oleh Tuhan, namun dalam satu malam aku mengalami insiden yang sangat tidak masuk akal dan sangat menyakitkan dan setelah berusaha untuk berdamai masa lalu kembali untuk membuatku jatuh lagi dengan caranya yang kejam bisakah aku memilih antara cinta dan tujuan ?
Gi
1154      669     16     
Romance
Namina Hazeera seorang gadis SMA yang harus mengalami peliknya kehidupan setelah ibunya meninggal. Namina harus bekerja paruh waktu di sebuah toko roti milik sahabatnya. Gadis yang duduk di bangku kelas X itu terlibat dalam kisah cinta gila bersama Gi Kilian Hanafi, seorang putra pemilik yayasan tempat sekolah keduanya berada. Ini kisah cinta mereka yang ingin sembuh dari luka dan mereka yang...
AKSARA
6284      2151     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...