Aku telah menyiapkan segalanya. Berkas-berkas lamaran kerja, ijazah, surat dokter, surat kelakuan baik dan yang lainnya sudah kurapihkan. Mungkin memang benar apa kata Ibu, aku harus mencari lowongan pekerjaan. Mencari modal dan pengalaman marketing terlebih dahulu sebelum memulai bisnis brownies online. Kubuka notebook yang hampir tiga tahun menemaniku pergi ke sekolah. Notebook yang mempunyai banyak sejarah di dalamnya. Kenangan liburan sekolah ke Yogjakarta bersama Risda, teman sebangku saat mulai kelas X IPA. Risda begitu pintar berbahasa Inggris dan Belanda tetapi kurang mengerti Ilmu Fisika. Beruntungnya kami saling melengkapi, kami bisa saling bertukar pikiran mengerjakan soal-soal yang begitu sulit. Bukan hanya tukar pikiran tentang pelajaran saja, tetapi soal cinta Risda yang bertepuk sebelah tangan dengan ka Sigit. Ketua OSIS di Sekolahku.
Risda anak orang kaya, dia hidup bersama Neneknya di Glodok. Dia selalu membantuku ketika aku kesulitan uang, membayar Iuran Bulanan Sekolah dan Gedung Sekolah. Akh, aku sangat merindukan Risda! Beruntungnya, aku kemarin bisa bertemu dan menginap di Rumah Risda yang akan pergi kuliah di Amsterdam! Menyusul Ibunya yang sudah bekerja dan menetap disana. Sungguh hidup Risda lebih beruntung daripada aku! Aku hanya bisa menelan ludah!
Aku menimbang-nimbang sejujurnya, aku tak tahu harus melamar pekerjaan kemana? Ijazahku hanya lulus SMA! Kalian pasti tahu, lowongan kerja di kantor hanya sedikit! Mungkin hanya orang yang beruntung alias bejo yang bisa bekerja di Kantor. Berbeda dengan Zaman Ibuku dengan SMK Sekretaris, bisa menjadi seorang Sekretaris di Perusahaan Besar.
Aku memutarkan bola mataku berulang-ulang saat memainkan jemari-jemari di atas notebook kesayanganku. Keheningan kamarku sangat menentramkan. Yap, aku baru ingat Jobstreet.com adalah cara tercepat melamar pekerjaan di era modern ini! Aku pernah melihat iklan itu di website! Aku mengedit-edit Curiculum Vitae (CV) dengan penuh hati-hati! Saat akan mengunggah CV, wow aku baru saja teringat Sertifikat kemampuan Bahasa Jepangku walaupun hanya N4! Aku harus bersyukur ada sesuatu yang dapat aku banggakan! Aku lebih percaya diri lagi untuk melamar pekerjaan!
Memang sih, aku juga punya Sertifikat Bahasa Inggris walaupun nilainya tidak terlalu tinggi! Tetapi aku harus selalu optimis! Semangat….! Kukirimkan CVku satu persatu. Hampir tiga puluh lamaran kerja aku lamar.
Ya Tuhan, semoga saja ada perusahaan yang memanggilku!
-ii-
Hampir tiga hari berlalu, masih belum ada telepon berdering dan e-mail yang masuk berisi tentang panggilan kerja. Hari ini hari selasa, aku mengerjakan pekerjaan rumah lebih bersih seperti menggosok kamar mandi yang kotor. Sejak pagi, Ibu tidak ada di Rumah! Akh, sudah kudaga pasti ia pergi ke Pasar.
Jam sembilan pagi, semua pekerjaan Rumah telah selesai. Suara notifikasi e-mail pada layar Smartphone menyala. Aku melompat ke sofa ruang tamu dan menatap layar ponsel dengan mengembangkan kedua bola mataku.
Sebuah e-mail panggilan kerja Receptionist di daerah Mangga Dua. Hari Jum’at, Jam sepuluh pagi. Bertemu Ibu Laura. Untuk kesekian kalinya, aku memeluk ponsel. Yeay, akhirnya aku bisa memasuki dunia kerja!
Kuputuskan untuk mencari-cari informasi PT. Nakagawa, sejarah perusahaan dan Job Description Receptionist. Kalian bisa tahu aku terlampau bahagia terlebih lagi Perusahaan itu adalah Perusahaan Jepang. Yang paling membahagiakan menurut google maps, di samping Perusahaan itu banyak ruko-ruko kue berjajar! Aku pasti bisa mencicipi kue-kue terlezat. Entah mengapa bayangan kue saling berjalan di depan mata! Apalagi saat aku membuka satu persatu menu pastry, Cyntia Cake Lumer Tiramisu yang berada di depan Perusahaan PT. Nakagawa rasa lezatnya tiramisu dengan campuran keju sudah menjalar di bibirku! Lezatnya sungguh menggigit! Benar-benar aku ingin segera bekerja disana! Agar aku selalu merasakan lezatnya kue dan melihat strategi Marketing Pastry!
“Kenapa kamu senyum-senyum sendiri Lita?” Ibu menepuk pundaku dari belakang. Sontak aku kaget bukan kepalang.
“Ibuuuuuuu……” Aku meloncat kemudian berlompat riang.
Ibu mengerutkan keningnya, ia mengusap keningku.
“Kamu sehat?”
“Akh… Ibu!” Aku menyunggingkan bibir.
“Putri Jelita…..” Ibu memanggil dengan suasana penuh ceria.
“Aku dipanggil kerja Ibu….” Aku memutar-memutar badan.
Ibu ceria menyaksikan gelagatku. Ia berkali-kali mengucapkan selamat dan mencubit-cubit pipiku. Sungguh menyenangkan hari ini!
-ii-
Lima belas menit, aku sudah berada di depan Harco Mangga Dua. Suasana pagi ini tepatnya pukul tujuh, udaranya masih segar hanya ada sedikit debu. Aku menghirup udara segar sedalam-dalamnya. Perasaanku tak karuan, antara bahagia gemetar dan malu. Kalian pasti taulah, anak lulusan SMA mana tahu dunia perkantoran! Jangankan untuk bekerja, masuk gedung bertingkat saja tidak pernah! Yah, tidak pernah sama sekali! Hanya melihat dari luar dan hanya tahu lewat sinetron! Tapi aku selalu positif dan yakin!
Di daerah sini masih sepi, hanya ada mobil-mobil dan kendaraan umum yang berseliweran, ada yang menuju Kota ada juga yang menuju ITC Mangga Dua. Aku berdiri memandang Gedung Harco Mangga Dua. Kalian bisa membayangkan, entah bagaimana aku bisa bekerja? Dan yang pasti bisa jadi aku adalah karyawan termuda! Akh, sungguh aku terlalu percaya diri! Adrenalinku mengalir cepat menerobos aliran darah! Aku membuka sebotol Pocary sweat untuk menghilangkan keringat yang mulai tumbuh di dahi. Cepat-cepat, aku mencari toilet umum agar penampilanku terlihat sempurna!
Setelah sepuluh menit, aku mengeluarkan tisu dan bedak yang sudah kusiapkan di dalam tas pinggangku. Ternyata sangat banyak sekali karyawan disni. Aku hanya memberikan senyuman ramah. Kutatap dari kejauhan para karyawan wanita yang keluar masuk toilet wanita.
Akh, rupanya aku masih sangat polos! Ya Tuhan aku belum bisa dandan seperti mereka!
Kulihat sepatuku, ternyata masih sepatu platshoes, sangat jauh dengan mereka yang memakai sepatu hak tinggi. Untung saja Ibuku mempunyai banyak sepatu highheels yang menurutku tampak seperti mimpi buruk saat aku memakainya. Kurapihkan rambut yang panjang. Aku mengikat rambut ini seperti kuda.
Dasar memang apes, ada saja yang terjadi. Kocoran air di depan tempat cuci tangan mengenai bagian lengan blouse kuning yang aku kenakan. Beruntungnya ini masih jam delapan pagi. Masih ada waktu satu jam, untuk mengeringkan baju ini.
“Kau tidak apa-apa?” Seorang karyawan wanita berblazer biru menyapaku. Dia terlihat manis dan wangi.
“I… iya….,” jawabku tertunduk malu.
Dia menyodorkan tisu padaku. Aku hanya berterimakasih dan mengangguk.
Dasar malu-maluin Lita…..!!!
-ii-
Aku memandang sosok wajahku di cermin. Sekarang aku bisa bernapas lebih lega saat lengan blouseku sudah kering. Aku menyemprot minyak wangi sedikit saja di bagian lengan dan leher.
Jam delapan empat puluh lima menit. Dalam langkah yang gemetar, aku sedikit panik mengingat-ngingat Jobs Description Receptionist. Kubuka pintu kantor PT. Nakagawa. Sudah ada tiga kandidat yang menunggu. Mereka semua cantik, dewasa dan rapih. Lebih sempurna daripada aku! Akh, aku sungguh merasa minder! Mereka mencoba berkenalan denganku. Salah satu dari mereka, Rianti. Ia bergigi gingsul, berdarah Aceh. Cantik. Mirip seperti wajah Risda.
Lamat-lamat aku mendengar suara orang bercakap-cakap di depan tempat duduk kami, rupanya itu adalah ruangan interview.
Ya Tuhan, benar-benar sainganku begitu banyak. Aku hanya bisa pasrah!
Aku menjabat tangan Ana, gadis yang baru saja keluar dari ruangan interview. Ternyata dia sangat sombong. Dia tidak mempedulikan senyumku. Dia terlihat elegan. Mungkin dia anak orang kaya! Ana memulai percakapan kepada kami berdua. “Bahasa inggris kalian okay kah?” Ia menepuk-nepuk bedaknya, merapihkan rambut, serta memoles lipstiknya sedikit tebal.
Aku dan Rianti hanya tersenyum kecil. Tidak menjawab dan tak memberi tanggapan. Rianti hanya memiringkan bibirnya saat Ana berlalu. Ia keluar dari Kantor.
“Benar-benar menyebalkan gadis itu, so cantik!” Ketus Rianti.
Aku langsung memasuki ruangan interview saat namaku dipanggil. Kuperkenalkan diriku dalam bahasa Inggris.
“Can you speak Japanese?”¹ Miss. Laura membaca CV sambil memainkan pulpen.
“Yes, I can speak Japanese little.”² Jawabku tegas. Aku benar-benar gugup.
“Okay, Anata wa namae wa?” ³
“Watasi wa Putri Jelita desu.”4
Miss. Laura menyuruhku berdiri sebagai Receptionist. “Sumimasen, Suzuki san wa irasshaimasuka?”5
“Konnichiwa, hai irasshaimasu. Dozou Suwatte kudasai! Chotto Kudasai! Watashi wa Suzuki san wo yobu” 6
Sontak Miss. Laura memasang wajah berbinar. “Ini yang saya cari, Okay senin kamu sudah bisa mulai bekerja.”
Aku yang kaget mendengar ucapan Miss. Laura sampai terheran tak percaya. “Ini serius, Miss?” tanyaku bingung.
“Iya, jam sembilan senin pagi sudah ada di Kantor. Selamat siang!” Miss. Laura kemudian menutup pembicaraan.
Aku terkejut mendengar semua ini. Aku menjabat tangan Miss. Laura dan berkali-kali mengucapkan terimakasih. Jantungku kini tak beraturan. Saat ini aku tidak pernah menyangka akan secepat ini mendapatkan pekerjaan.
Matahari sudah berada di atas kepala, dengan langkah gontai aku menaiki busway. Impian hidupku mulai terkabul. Aku tak sabar ingin memberi tahu Ibu. Aku sempat berpikir bahwa mencari pekerjaan itu tidak mudah. Tapi kali ini Tuhan berpihak padaku.
-ii-
¹Apakah kamu bisa berbahasa Jepang?
2 Ya, saya bisa sedikit Bahasa Jepang.
3Nama kamu siapa?
4Saya Putri Jelita
5Permisi, Pak Suzuki ada?
6Selamat siang, Iya Ada. Silahkan duduk,tunggu sebentar saya akan panggilkan Pak Suzuki