Ningrum dan Andre langsung bergegas keluar dari kamar untuk segera ke kamar sang putra. Ternyata Shania dan Sherin sudah ada di depan kamar sang kakak. Terdengar keributan dan perdebatan antara Rudi dan Anita.
"Rudi, cepat buka pintunya." perintah Andre sambil mengetuk pintu kamar Rudi.
"Rudi! Cepat buka pintunya." teriak Ningrum yang sudah khawatir dengan keadaan sang menantu.
"Ada apa, Ma?" tanya Rudi sambil membuka pintu kamarnya.
"Minggir kamu." ucap Ningrum sambil mendorong tubuh Rudi dan berjalan ke arah Anita yang menangis di bawah tempat tidurnya.
"Rudi! Kenapa kamu bisa memukul seorang perempuan, apalagi dia istrimu." bentak Andre saat melihat Anita penuh dengan luka lebam.
"Dasar anak tolol tidak punya otak kamu, bisa-bisanya kamu memukul Anita hingga babak belur." tambah Ningrum sambil berjalan ke arah Rudi dan memukul kepalanya.
"Perempuan seperti dia memang harus dikasih pelajaran, agar dia tahu bagaimana caranya bersikap sopan." jawab Rudi seolah mencari pembenaran dalam dirinya.
"Tapi tidak harus dengan memukulnya sampai babak belur seperti ini bodoh!" ucap Ningrum sambil menarik tangan Rudi untuk melihat kondisi Anita.
"Sudah, Ma. Tidak apa-apa, lebih baik Anita kembali ke keluarga Anita, dan biar orang tua Anita yang nanti akan mengurus perceraian kami." ucap Anita dengan tiba-tiba sambil berdiri.
"Cerai, oh tidak Sayang, kalian tidak boleh cerai." jawab Ningrum yang langsung terkejut dengan ucapan menantu kesayangannya itu.
"Mas Rudi kalau marah serem juga ya." ucap Sherin dengan tiba-tiba hingga membuat shania kaget dan langsung menginjak kakinya dengan refleks.
"Diam, ayo kita masuk ke dalam." ajak Shania sambil menarik tangan sang adik.
"Kakak, aku 'kan masih mau melihat keadaan Kak Anita." ucap Shania sambil terus merengek.
Shania tidak mendengarkan rengekan sang adik. Shania terus menggandeng Sherin dan mengajaknya masuk ke dalam kamar mereka. Pertengkaran antara Rudi dan Anita ternyata di dengar oleh seluruh asisten rumah tangga termasuk Syifa yang saat itu masih sibuk dengan Akbar yang sedang sakit.
"Ya Allah, baru nikah sudah mau cerai." ucap Mbok Inah sambil menemani Syifa yang sibuk dengan tangisan Akbar.
"Sudah Mbok jangan ikut campur, kalau sampai Nyonya besar tahu bisa menjadi masalah." jawab Syifa sambil terus menggendong Akbar.
"Bagaimana keadaan Akbar? Sini Mbok bantu gendong." ucap Mbok Inah sambil meminta Akbar.
"Sepertinya masih demam Mbok, aku jadi khawatir." jawab Syifa sambil menyerahkan Akbar kepada Mbok Inah.
"Kalau sampai besok panasnya belum turun kita bawa saja dia ke puskesmas." saran Mbok Inah sambil menggendong Akbar dan mengayun-ayunkannya dengan lembut.
***
Keesokan harinya setelah semua keluarga Rudi selesai sarapan. Syifa langsung datang untuk menemui Ningrum di meja makan. Dia ingin meminta izin untuk mengantar Akbar ke puskesmas.
"Biar aku yang mengantar Syifa ke rumah sakit." ucap Rudi sambil mengusap mulutnya.
"Tidak! Aku tidak setuju kamu mengantar Syifa dan anaknya ke rumah sakit." bentak Anita sambil berdiri.
"Tidak perlu, Mas. Saya bisa pergi sendiri dengan ojek." jawab Syifa sambil berpamitan kepada seluruh keluarga Rudi.
"Aku akan tetap mengantar Syifa dengan atau tanpa persetujuan kalian." ucap Rudi sambil berjalan ke arah pintu.
"Rudi! Kalau sampai kamu keluar dari rumah ini Mama akan buat kamu sangat menyesal." teriak Ningrum sambil berdiri.
Rudi terlihat tidak takut dengan ancaman Ningrum kepadanya. Dia terus berjalan untuk mengantar Syifa dan Akbar ke rumah sakit. Setelah selesai dari rumah sakit Rudi membelokkan mobilnya ke sebuah hotel mewah yang tidak jauh dari rumah sakit.
"Kenapa kita kesini Mas?" tanya Syifa yang sudah mulai bingung.
"Kamu masih istri sahku, jadi kamu harus melayaniku hari ini." jawab Rudi sambil mengajak Syifa keluar dari mobilnya.
"Tidak, aku tidak mau melayanimu, apalagi dengan kondisi Akbar yang sedang sakit." jawab Syifa sambil mencari alasan untuk menolak ajakan Rudi.
"Kamu yakin tidak mau, padahal kamu tahu jika seorang suami meminta istrinya untuk berhubungan badan tapi ternyata ditolak maka dosa yang akan istri itu dapatkan," jelas Rudi sambil turun dari mobilnya.
Setelah mendengar penjelasan Rudi, Syifa pun menuruti kemauan suami sirinya tersebut. Setelah memesan kamar, mereka pun masuk ke dalam kamar. Syifa yang masih ragu langsung meletakkan Akbar di atas tempat tidur.
"Aku sudah sangat merindukanmu Sayang." bisik Rudi sambil memeluk tubuh Syifa dari belakang.
"Tapi, Mas. Bagaimana dengan Nyonya dan Anita?" tanya Syifa bingung.
"Lupakan mereka dan puaskan aku hari ini." jawab Rudi sambil mulai mengulum bibir kecil Syifa dengan buas.
Sentuhan demi sentuhan Rudi berikan kepada area sensitif Syifa. Bahkan dia mulai mencumbu setiap lekuk tubuh istri sirinya itu dengan penuh nafsu. Syifa yang awalnya menolak kemauan Rudi justru menikmati setiap sentuhan sang suami hingga tanpa sadar mulai membuatnya meracau tidak karuan.
Setelah puas melakukan hubungan suami istri Syifa langsung mengajak Rudi untuk segera pulang. Baru saja mereka masuk ke dalam rumah Ningrum dan Anita sudah memberikan pertanyaan kepada mereka. Sambil terlihat biasa saja Rudi langsung meminta Syifa masuk ke dalam kamarnya.
"Rudi! Mama tanya sekali lagi dari mana kalian jam segini baru sampai rumah?" bentak Ningrum sambil berjalan ke arah Rudi.