"Apa yang sudah Mama lakukan kepada Syifa dan Akbar!" teriak Rudi saat berdiri di hadapan Ningrum.
"Kamu benar-benar tidak tahu sopan santun, apa yang perempuan itu katakan sampai kamu berani berteriak di hadapan Mama kandungmu sendiri!" bentak Ningrum sambil berdiri.
"Syifa tidak mengatakan apapun kepadaku, sekarang Mama jujur apa yang sudah kalian lakukan kepada Akbar?" jawab Rudi dengan pandangan penuh emosi.
"Gawat, apa jangan-jangan Rudi sudah memasang cctv di rumah ini." batin Ningrum sambil mengamati seisi ruang keluarga.
"Baik, jika Mama tidak mau jujur aku akan bawa kasus ini ke kantor polisi biar kalian bertiga mendekam di tahanan." ucap Rudi sambil menatap wajah ketakutan Ningrum dan kedua putrinya.
"Rudi! Jaga ucapanmu dia itu Mama kandungmu," bentak Andre yang tiba-tiba ada di belakang Rudi.
“Sekarang kalian cepat jujur atau aku akan benar-benar menyeret kalian ke kantor Polisi." ucap Rudi sambil mulai memegang tangan sherin.
"Mama! Tolong Sherin, Ma."rengek Sherin kepada sang mama sambil berusaha melepaskan tangan Rudi.
NIngrum yang khawatir dengan ancaman yang diberikan Rudi langsung berusaha melepaskan tangan Rudi dari Sherin. Namun, apa yang dilakukan Ningrum hanyalah sia-sia Rudi justru menarik Sherin menuju ke luar rumah. Hingga akhirnya membuat Ningrum yang ketakutan berteriak hingga membuat seisi rumah itu terkejut termasuk Syifa dan Mbok Inah yang langsung berlari ke arah ruang tamu.
"Baik! Mama akan jujur ke kamu, tapi lepaskan Sherin," teriak sang mama sambil terlihat khawatir dengan nasib Sherin.
"Mama katakan dulu apa yang sudah Mama lakukan kepada Syifa dan Akbar?" jawab Rudi sambil terus memegang tangan Sherin.
"Mama sudah memasukkan anak haram itu ke kandang kucing." ucap Ningrum sambil menutup mata.
"Plakk!" sebuah tamparan keras langsung Andre berikan kepada Ningrum yang saat itu berada di sampingnya.
"Kamu benar-benar tidak waras, Ma. Kamu tahu 'kan Akbar itu masih berusia beberapa hari kalau terjadi apa-apa dengan dia bagaimana!' bentak Andre kepada Ningrum yang sedang menangis.
"Asal Mama tahu Akbar itu sebenarnya …." Rudi langsung menghentikan ucapannya.
"Siapa sebenarnya Akbar?" tanya Andre penasaran.
"Akbar bukan anak haram, karena tidak ada anak haram di dunia ini." jawab Rudi sambil berbohong.
"Rudi, kamu hampir saja membocorkan rahasiamu sendiri." batin Rudi sambil menunduk.
"Puas kamu perempuan kotor." ucap Ningrum kepada Syifa yang langsung berjalan ke arah kamar Sherin.
Syifa yang berada di hadapan Ningrum hanya menunduk tanpa berani menatap mata tajam sang majikan. Ningrum dan kedua putrinya langsung berjalan ke arah kamar sherin diikuti oleh kedua putrinya. Sesampainya mereka di kamar Sherin dan Shania berusaha menghibur sang mama yang sedang menangis.
“Sudah, Ma.” ucap Shania sambil mengusap pungung sang mama.
“Mama benar-benar tidak terima dengan apa yang dilakukan Mas dan Papa mu hari ini." ucap Ningrum sambil menangis.
“Ini semua gara-gara Anak haram itu dan perempuan kotor itu.” ucap Sherin sambil memandang tajam ke depan.
“Kita harus cari cara agar Mas Rudi bisa menuruti keinginan kita dan brhenti membela perempuan tolol itu." ucap Shania sambil menoleh ke arah sang adik.
“Tapi, bagaimana caranya, Kak?” tanya Sherin penasaran.
Di tempat terpisah Andre dan Rudi mengajak Syifa untuk mengobrol diruang keluarga. Mereka meminta maaf kepada Syifa atas apa yang sudah dilakukan istri dan kedua putrinya. Sebagai permintaan maafnya Andre berjanji akan memberikan biaya pendidikan untuk Akbar sampai dia menjadi sarjana.
“Tidak perlu, Tuan. Saya sudah tidak mempermasalahkan apa yang sudah terjadi hari ini,” ucap Syifa sambil tersenyum.
“Tidak apa-apa, saya berjanji akan memberikan biaya pendidikan dan kehidupan yang layak buat kalian.” ucap Andre kepada Syifa.
“Terima saja Syifa ini adalah rejeki Akbar, biar kelak dia bisa menjadi laki-laki yang besar dan bertangung jawab." ucap Rudi sambil tersenyum.
“Terima kasih, Tuan. Tapi ... insya Allah saya masih bisa menghidupi Putra saya sendiri. Kalau begitu saya permisi dulu, Tuan.” ucap Syifa sambil berdiri dan pergi ke arah paviliun.
Syifa bukannya tidak bersyukur dengan apa yang diberikan Rudi dan sang ayah kepada Akbar. Namun, dia khawatir jika suatu saat mereka akan menjadikan biaya pendidikan itu sebagai alasan untuk dapat merebut Akbar darinya. Keyakinan Syifa akan kehidupan bahagia di masa depannya sudah tergambar jelas di pelupuk matanya.
***
Di dalam kamar Ningrum dan kedua putrinya masih sibuk mencari cara untuk membuat Rudi menuruti kemauannya dan menjauhi Syifa. Saat mereka berpikir tiba-tiba Ningrum berteriak hingga membuat kedua putrinya terkejut. Ningrum langsung membisikkan cara yang dia dapatkan kepada Sherin dan Shania.
“Kamu lihat saja bagaimana aku akan memisahkanmu dari Rudi dan membuatmu semakin menderita di rumah ini,” ucap Ningrum sinis sambil membayangkan wajah Syifa.