Keesokan harinya setelah menikmati sarapan pagi Ningrum mengajak Rudi untuk berbicara ke ruang kerja sang ayah. Setelah selesai menikmati makanannya Rudi bergegas menemui sang mama di ruang kerja sang ayah. Ningrum yang sudah duduk di meja kerja sang suami langsung mempersilahkan Rudi duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
"Ada apa Mama menyuruhku kesini?" tanya Rudi penasaran.
"Mama hanya ingin menawarkan kerjasama yang dimana kerjasama itu sangat menguntungkan buatmu, Mama dan Syifa," jawab Ningrum sambil berjalan ke arah sang putra.
"Kerjasama apa maksud Mama?" tanya Rudi sambil menoleh ke arah sang mama.
"Begini Mama akan melepaskan Syifa dan Putra haramnya itu tapi kamu harus ikuti kemauan Mama." jawab sang mama sambil tersenyum.
"Cepat katakan apa yang harus Rudi lakukan." jawab Rudi penasaran.
"Kamu harus bersedia menikah dengan Anita dalam waktu dekat dan menjauhi Syifa serta anaknya." ucap sang mama sambil berjalan ke depan Rudi.
"Tidak! Rudi belum mau menikah, lagi pula Mama tahu sendiri aku masih ingin mencapai karir tertinggi dan mengelolah bisnis ku sendiri!" bentak Rudi kepada sang mama.
"Bisnis, kamu lupa kalau selama ini kamu hanya mengandalkan perusahaan Papamu dan sekarang kamu bilang kamu mau mengelolah bisnis sendiri," jawab sang mama sambil tersenyum sinis.
Rudi sadar jika selama ini hidupnya sangat bergantung kepada orang tuanya. Bahkan apapun yang ada di dalam hidupnya selalu atas persetujuan sang mama. Bahkan karena alasan itulah dia menyembunyikan status pernikahannya dengan Syifa.
"Maaf, aku tidak bisa membuka hati lagi untuk perempuan yang sudah pernah menyakitiku apalagi untuk menikah dengannya," ucap Rudi sambil berjalan meninggalkan sang mama.
"Lebih baik kamu pikirkan lagi, semua ini untuk keselamatan Syifa!" teriak Ningrum saat melihat sang putra pergi.
Rudi tidak mendengarkan teriakan sang mama dia terus berjalan keluar. hari itu Rudi memang berniat untuk tidak ke kantor dan berniat untuk beristirahat seharian. sepanjang hari ini dia habiskan waktunya untuk berbaring dan berolahraga ringan di rumah.
“Bagaimana, Ma. Apa Mas Rudi setuju?" tanya Shania yang tiba-tiba masuk ke ruang kerja sang ayah.
“Tidak, dia menolak tawaran Mama.” jawab Ningrum sambil duduk di sofa.
“Lalu sekarang bagaimana, Ma?" tanya Sherin panik.
“Kalian tenang saja Mama paham betul sifat Rudi, dia akan menuruti apa yang Mama perintahkan." ucap Ningrum sambil tersenyum dan berjalan keluar dari ruang kerja sang suami.
***
Di tempat terpisah Ruli dan Surti menemui Anjas untuk membantunya menyampaikan tentang kerinduan mereka kepada Syifa. Anjas yang saat itu sedang istirahat di rumah langsung menghubungi sang sahabat. Serta menyampaikan bahwa orang tua Syifa meminta izin untuk dapat bertemu dengan sang putri.
“Katakan kepada mereka minggu depan kami akan kesana." jawab Rudi kepada Anjas melalui panggilan ponsel.
Setelah menjawab pertanyaan sang sahabat Rudi langsung menutup ponselnya. Saat makan malam Rudi berniat menyampaikan kepada orang tuanya bahwa dia akan mengajak Syifa ke Desa Ronggo Lawuh. Namun, Ningrum yang mendengar ucapan Rudi justru menolaknya.
“Tidak! Mama tidak izinkan dia pulang ke desanya sampai dia mampu melunasi seluruh biaya persalinan yang sudah kita keluarkan.” bentak Ningrum kepada Rudi.
“Mama, biaya persalinan itu memang Rudi berikan kepadanya ikhlas bukan karena hutang, lagi pula Syifa dan Rudi kesana hanya satu minggu saja." jawab Rudi kepada Ningrum.
“Kalau Papa setuju dengan saran kamu, karena bagaimanapun juga orang tuanya juga pasti sangat merindukannya." jawab Andre sambil mengusap mulutnya.
“Rencananya Rudi juga akan mengajak Mbok Inah untuk membantu kami membawa Akbar,” ucap Rudi kepada sang ayah.
“Kamu gila ya, kalau Mbok Inah pergi siapa yang akan mengerjakan pekerjaan di rumah ini!” bentak NIngrum sambil berdiri.
“Dirumah ini ‘kan ada 3 orang perempuan, kenapa tidak kalian saja yang menggantikan posisi Mbok Inah sementara." ucap Rudi sambil meneguk segelas air putih.
“Tidak!” teriak Sherin dan Shania secara bersamaan.
“Sudah, sudah biar nanti Papa cari pembantu baru untuk menggantikan Mbok Inah sementara.” jawab Andre menengahi perdebatan di keluarganya.
“Jika kamu ke Desa Ronggo Lawuh jangan lupa bawa berkas-berkas penting dan berikan kepada Pak Soni, sekalian cek sudah sampai mana proses pembangunan perumahan itu." ucap Andre sambil menoleh ke arah Rudi.
***
Seminggu kemudian Rudi, Syifa dan Mbok Inah berangkat ke Desa Ronggo Lawuh. Setelah menempuh perjalanan hampir 5 jam mereka pun tiba di rumah orang tua Syifa. Sekilas Rudi terlihat iba melihat kondisi rumah Syifa yang hampir roboh karena bangunan yang sudah tidak lagi kokoh.
“Assalamualaikum,” ucap Syifa sambil masuk ke dalam rumah orang tuanya.
“Waalaikumsalam
Keesokan harinya setelah menikmati sarapan pagi itu Ningrum mengajak Rudi untuk berbicara ke ruang kerja sang ayah. Setelah selesai menikmati makanannya Rudi bergegas menemui sang Mama di ruang kerja sang ayah. Ningrum yang sudah duduk di meja kerja sang suami langsung mempersilahkan Rudi duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
"Ada apa Mama menyuruhku kesini," tanya Rudi penasaran.
"Mama hanya ingin menawarkan kerjasama yang dimana kerjasama itu sangat menguntungkan buatmu, Mama dan Syifa," jawab Ningrum sambil berjalan ke arah sang putra.
"Kerjasama apa maksud Mama," tanya Rudi sambil menoleh ke arah sang mama.
"Begini Mama akan melepaskan Syifa dan Putra haramnya itu tapi kamu harus ikuti kemauan Mama," jawab sang mama sambil tersenyum.
"Cepat katakan apa yang harus Rudi lakukan," jawab Rudi penasaran.
"Kamu harus bersedia menikah dengan Anita dalam waktu dekat dan menjauhi Syifa serta anaknya," ucap sang mama sambil berjalan ke depan Rudi.
"Tidak, Rudi belum mau menikah lagi pula Mama tahu sendiri aku masih ingin mencapai karir tertinggi dan mengelolah bisnis ku sendiri!" bentak Rudi kepada sang mama.
"Bisnis, kamu lupa kalau selama ini kamu hanya mengandalkan perusahaan Papamu dan sekarang kamu bilang kamu mau mengelolah bisnis sendiri," jawab sang mama sambil tersenyum sinis.
Rudi sadar jika selama ini hidupnya sangat bergantung kepada orang tuanya. Bahkan apapun yang ada di dalam hidupnya selalu atas persetujuan sang mama. Bahkan karena alasan itulah dia menyembunyikan status pernikahannya dengan Syifa.
"Maaf aku tidak bisa membuka hati lagi untuk perempuan yang sudah pernah menyakitiku apalagi untuk menikah dengannya," ucap Rudi sambil berjalan meninggalkan sang mama.
"Lebih baik kamu pikirkan lagi, semua ini untuk keselamatan Syifa!" teriak Ningrum saat melihat sang putra pergi.
Rudi tidak mendengarkan teriakan sang mama dia terus berjalan keluar. hari itu Rudi memang berniat untuk tidak ke kantor dan berniat untuk beristirahat seharian. sepanjang hari ini dia habiskan waktunya untuk berbaring dan berolahraga ringan di rumah.
“Bagaimana Ma, apa Mas Rudi setuju,” tanya Shania yang tiba-tiba masuk ke ruang kerja sang ayah.
“Tidak, dia menolak tawaran Mama,” jawab Ningrum sambil duduk di sofa.
“Lalu sekarang bagaimana Ma,” tanya Sherin panik.
“Kalian tenang saja Mama paham betul sifat Rudi, dia akan menuruti apa yang Mama perintahkan,” ucap Ningrum sambil tersenyum dan berjalan keluar dari ruang kerja sang suami.
***
Di tempat terpisah Ruli dan Surti menemui Anjas untuk membantunya menyampaikan tentang kerinduan mereka kepada Syifa. Anjas yang saat itu sedang istirahat di rumah langsung menghubungi sang sahabat. Serta menyampaikan bahwa orang tua Syifa meminta izin untuk dapat bertemu dengan sang putri.
“Katakan kepada mereka minggu depan kami akan kesana,” jawab Rudi kepada Anjas melalui panggilan ponsel.
Setelah menjawab pertanyaan sang sahabat Rudi langsung menutup ponselnya. Saat makan malam Rudi berniat menyampaikan kepada orang tuanya bahwa dia akan mengajak Syifa ke Desa Ronggo Lawuh. Namun, Ningrum yang mendengar ucapan Rudi justru menolaknya.
“Tidak! Mama tidak izinkan dia pulang ke desanya sampai dia mampu melunasi seluruh biaya persalinan yang sudah kita keluarkan,” bentak Ningrum kepada Rudi.
“Mama biaya persalinan itu memang Rudi berikan kepadanya ikhlas bukan karena hutang, lagipula Syifa dan Rudi kesana hanya satu minggu saja,” jawab Rudi kepada Ningrum.
“Kalau Papa setuju dengan saran kamu, karena bagaimanapun juga orang tuanya juga pasti sangat merindukannya,” jawab Andre sambil mengusap mulutnya.
“Rencananya Rudi juga akan mengajak Mbok Inah untuk membantu kami membawa Akbar,” ucap Rudi kepada sang ayah.
“Kamu gila ya, kalau Mbok Inah pergi siapa yang akan mengerjakan pekerjaan di rumah ini!” bentak NIngrum sambil berdiri.
“Dirumah ini ‘kan ada 3 orang perempuan, kenapa tidak kalian saja yang menggantikan posisi Mbok Inah sementara,” ucap Rudi sambil meneguk segelas air putih.
“Tidak!” teriak Sherin dan Shania secara bersamaan.
“Sudah, sudah biar nanti Papa cari pembantu baru untuk menggantikan Mbok Inah sementara,” jawab Andre menengahi perdebatan di keluarganya.
“Jika kamu ke Desa Ronggo Lawuh jangan lupa bawa berkas-berkas penting dan berikan kepada Pak Soni, sekalian cek sudah sampai mana proses pembangunan perumahan itu,” ucap Andre sambil menoleh ke arah Rudi.
***
Seminggu kemudian Rudi, Syifa dan Mbok Inah berangkat ke Desa Ronggo Lawuh. Setelah menempuh perjalanan hampir 5 jam mereka pun tiba di rumah orang tua Syifa. Sekilas Rudi terlihat iba melihat kondisi rumah Syifa yang hampir roboh karena bangunan yang sudah tidak lagi kokoh.
“Assalamualaikum,” ucap Syifa sambil masuk ke dalam rumah orang tuanya.
“Waalaikumsalam. Ya Allah, Syifa!” teriak Bu Surti saat melihat sang putri.
“Ibu,” ucap Syifa sambil mencium tangan sang ibu.
“Siapa ini?" tanya Surti saat melihat Mbok Inah.
“Saya Mbok Inah, Bu. saya orang yang membantu Non Syifa merawat Den Akbar,” jawab Mbok Inah sambil menjabat tangan Surti.
“Kalian duduk dulu, biar Ibu panggilkan Bapak sebentar,” ucap Surti sambil masuk ke dalam rumah.
Tidak berapa lama Surti dan Ruli pun keluar dari dalam rumah. Setelah melepas kerinduan kepada sang putri Ruli langsung menggendong sang cucu dengan bahagia. Ruli yang tidak melihat sang menantu mulai menanyakan keberadaan Rudi.
“Mana Suamimu Nak?" tanya Ruli kepada Syifa.
“Assalamualaikum.” ucap Rudi sambil masuk kedalam rumah lalu mencium tangan kedua mertuanya.
“Terima kasih kamu sudah menjaga anak dan cucu saya.” ucap Ruli sambil tersenyum bahagia.
“Itu sudah menjadi kewajiban saya Pak,” jawab Rudi sambil duduk di sofa tua.
“Sebelumnya saya minta maaf, kalau saya ingin meminta Bapak dan Ibu pergi dari rumah ini.” tambah Rudi yang membuat seluruh orang yang ada di ruangan itu terkejut.