"Mama," jawab Rudi sambil menoleh ke arah suara.
"Apa yang sedang kalian lakukan di kamar Ini!" bentak Ningrum kepada Rudi dan Syifa.
"Ini tidak seperti yang Mama pikirkan, aku bisa jelaskan semuanya, Ma." ucap Rudi sambil berjalan ke arah sang mama.
"Diam kamu." jawab sang mama sambil berjalan ke arah Syifa.
"Dasar kamu perempuan gatel, bisa-bisanya kamu menggoda Putra ku," ucap Ningrum sambil menampar Syifa.
"Tidak, Nyonya. Ini tidak seperti yang Nyonya lihat," jawab Syifa sambil memegang pipinya yang merah karena tamparan Ningrum.
"Kamu pikir aku tolol, aku sudah melihat semuanya, sekarang kamu tinggalkan rumah ku sebelum kamu mengotori rumah ini dengan dosa yang kamu lakukan!" bentak Ningrum sambil menjambak rambut Syifa dan menyeretnya menuju ke pintu utama.
Kondisi yang tadinya sepi karena semua orang sudah terlelap dari tidurnya kini berubah menjadi kehebohan. Seluruh anggota keluarga Rudi termasuk Mbok Inah langsung berlari ke arah suara Ningrum. Rudi yang ada di sana berusaha untuk membantu Syifa lepas dari cengkraman Ningrum.
"Ada apa ini!" bentak Andre sambil menuruni anak tangga.
"Lihat ini Pa, Perempuan kotor ini hampir saja menggoda Rudi di kamarnya, " jawab Ningrum sambil terus menjambak rambut Syifa.
"Tidak Tuan, ini tidak seperti yang Nyonya pikirkan," jawab Syifa sambil menangis.
"Diam kamu, dasar pelacur!" bentak Ningrum sambil menampar pipi Syifa.
"Rudi apa benar ucapan Mama," tanya Andre kepada sang putra.
"Tidak Pa, ini salah paham, aku di kamar Syifa hanya ingin memintanya untuk membuat teh hangat buat ku, sekalian aku ingin memberitahukan bahwa orang tua Syifa besok akan menghubunginya melalui ponselku," jelas Rudi sambil mencari alasan.
"Kamu dengar sendiri 'kan apa yang diucapkan Rudi, kamu hanya salah paham saja, Ma. Sekarang lepaskan Syifa," ucap Andre sambil meminta Ningrum melepaskan tangannya dari rambut Syifa.
"Kali ini Papa harus percaya sama Mama, karena Mama lihat sendiri mereka sedang bermesraan di dalam kamar," jawab Ningrum sambil terus menjambak rambut Syifa.
Sherin yang baru saja terbangun dari tidurnya langsung berlari ke arah ruang tamu untuk melihat apa yang telah terjadi. Sherin yang saat itu melihat Syifa diseret keluar oleh sang mama langsung tersenyum bahagia. Sambil mendekati Shania dia mulai menanyakan penyebab kenapa sang mama bisa semarah itu kepada Syifa.
"Sebenarnya ada apa sih kak, malam-malam begini berisik banget?" tanya Sherin sambil berbisik.
"Mama pergoki Pelacur itu sedang bermesraan dengan Mas Rudi," jawab Shania.
"Apa!" teriak Sherin hingga membuat seluruh orang menoleh ke arahnya.
"hust berisik tahu," jawab Shania sambil menutup mulut sang adik.
Saat Rudi dan Andre sibuk membujuk Ningrum agar mau melepaskan tangannya dari Syifa. Tiba-tiba Syifa menjerit kesakitan sambil memegangi perutnya. Ningrum yang saat itu ada di dekat Syifa langsung kaget dan melepaskan tangannya.
"ahh … sakit!" teriak Syifa sambil memegangi perutnya.
"Syifa!" ucap Rudi sambil berlari ke arah Syifa.
"Kamu kenapa? Apa yang kamu rasakan," tanya Rudi sambil terlihat khawatir.
"Sakit, Mas. perutku sakit sekali," jawab Syifa sambil terus berteriak.
"Astagfirullah, Mas Rudi sepertinya Syifa mau melahirkan, itu ada darah yang keluar!" teriak Mbok Inah sambil menunjuk ke arah kaki Syifa.
"kalau begitu cepat kamu dan Mbok Inah antar Syifa ke rumah sakit, nanti Papa dan yang lain menyusul," perintah Andre kepada Rudi.
Rudi dibantu Mbok Inah langsung membopong Syifa menuju ke mobil untuk segera dibawa ke rumah sakit. Ningrum yang sudah puas menyiksa Syifa langsung tersenyum penuh dengan kebahagiaan. Andre yang saat itu melihat senyum dari Ningrum dan kedua putrinya langsung menyeret Ningrum menuju ke ruang keluarga dengan diikuti kedua putrinya.
"Kalian benar-benar keterlaluan, Syifa sedang dalam bahaya kalian justru tersenyum bahagia!" teriak Andre kepada istri dan kedua putrinya.
"yaelah Pa, lahiran begitu saja dibikin panik sebentar lagi juga sembuh," ucap Ningrum sambil memalingkan wajahnya.
"Tahu nih Papa, kenapa sih sayang banget sama Perempuan kotor itu," tanya Shania dengan ketus.
"Shania jaga ucapanmu, Syifa juga manusia sama seperti kalian jadi sudah sewajarnya kita membantunya!" bentak Andre kepada Shania.
"Demi perempuan itu Papa tega bentak anak Papa sendiri, Papa benar-benar jahat," teriak Shania kepada sang papa.
"Sudah Papa tidak mau banyak bicara lagi, cepat kalian siap-siap lalu ikut ke rumah sakit," perintah Andre kepada istri dan putrinya.
"Mama nggak mau ke rumah sakit," jawab Ningrum dengan ketus.
"Iya, saudara bukan. Mending kita tidur saja di rumah," timpal Shania seolah membenarkan ucapan sang mama.
"Kalau Papa mau ke rumah sakit berangkat saja sendiri, tidak perlu ajak-ajak kami," sahut Sherin dengan wajah kesal.
"Baik, Papa akan berangkat ke rumah sakit, tapi jika kalian tidak ikut jangan salahkan Papa jika terjadi sesuatu kepada kalian." ancam Andre sambil berjalan ke arah pintu.