Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hujan Paling Jujur di Matamu
MENU
About Us  

Malam semakin berkuasa. Yudis nampak gelisah. Ia berjalan mondar mandir di depan ruangan Unit Gawat Darurat. Tante Diana mencoba menenangkannya. Tapi tak bisa. Dewanti dan Bu Nining hanya mampu duduk terdiam. Ada air mata yang mengalir dari kedua sudut mata Dewanti melihat Yudis seperti itu. Hatinya terasa perih melihat apa yang dialami pria yang dulu pernah menjadi permata hatinya itu. Dewanti pun berdiri.

“Yudis ...,” lirih Dewanti.

Yudis menghentikan langkahnya lalu menatap wajah Dewanti. Dia pun segera merangkulnya. Tumpahlah air mata Yudis yang selama ini tertahan. Amarah, sakit hati dan penyesalan begitu deras menjelma airmata membasahi bahu Dewanti. Dalam kondisi seperti ini Yudis seolah lupa bahwa apa yang dilakukannya kepada Dewanti adalah sebuah dosa. Yudis kembali seperti duhulu kala di masa imannya lemah dan jahiliyah dengan memeluk wanita yang bukan mahramnya. Dewanti membiarkanya, membiarkan Yudis melepas semua rasa yang menyiksanya. Dewanti seolah bisa merasakan bagaimana sakit dan perihnya Yudis atas apa yang dialaminya saat ini.

Perlahan Yudis melepaskan pelukannya. Wajahnya yang pucat, sembab menatap wajah Dewanti begitu lekat dan dalam. Dewanti pun mengajak Yudis duduk namun tak melepaskan genggaman tangannya.

“Mungkin ini karma karena aku telah menyakitimu. Maafkan aku …,” Lirih Yudis.

Dewanti mencoba menguatkan Yudis dengan senyuman, tatapan dan genggaman tangan. “Sudahlah Yudis. Semua yang terjadi ini hanyalah ujian dari Yang Maha Kuasa. Dia ingin kita lebih berhati-hati dalam bertindak di masa yang akan datang. Dan, aku yakin, semua ini akan segera berakhir berganti kebahagiaan,” ucap Dewanti menguatkan namun tak urung air matanya pun menetes.

Tante Diana menghampiri. “Berdoa saja supaya Ibu dan istrimu tidak apa-apa, Yudis.” ucapnya menenangkan sambil mengusap kepala Yudis perlahan.

Yudis mengangguk. Pada saat-saat seperti itu, ia selalu teringat kepada almarhum ayahnya. Air matanya pun kembali berlinang. “Maafkan Yudis, Ayah. Yudis tak bisa menjaga dan membahagiakan ibu,” lirihnya dalam hati. Air matanya kembali berlinang.

Seorang dokter berpakaian putih bersih keluar dari ruang UGD. Yudis segera menghampiri. Dokter itu menampakan wajah yang murung.

“Bagaimana ibu, Dokter?” tanya Yudis.

Dokter Ariny menarik napas dalam. “Bu Farida sepertinya sangat syok. Ia masih belum sadar.”

“Apa tak ada yang bisa dilakukan untuk ibu, Dok?”

“Maafkan saya, Pak Yudis. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin tapi ketentuan hanya ada Pada-Nya.” Baru kali ini Dokter Ariny terlihat putus asa setelah hampir setahun merawat Bu Farida.

Yudis terdiam. Tiba-tiba ia teringat pada Ratri. “Istri saya?”

Dokter Ariny kembali menghela napas dalam. “Tim Dokter terpaksa harus segera melakukan cesar untuk menyelamatkan nyawanya. Sebab janin dalam rahimnya tak bisa diselamatkan lagi. Sepertinya ia terjatuh hingga janin dalam rahimnya turun sebelum waktunya. Kondisinya bertambah buruk karena sepertinya ia mengalami depresi.” Dokter Ariny menerangkan jelas .

Yudis langsung ambruk bertumpu pada lutut. Ia memegangi dada yang terasa sangat sesak. Ia tyak menyangka bahwa kejadiannya akan seburuk ini. Ia sangat menyesal tidak pernah mendengar alasan dari Ratri.

“Maafkan Aa , Neng ...,” jerit lirih yang langsung keluar dari hati.

Tante Diana segera merangkul Yudis lalu membantunya berdiri. Sementara Bu Nining dan Dewanti hanya menatap pilu.

 “Tolong selamatkan Ibu dan istri saya, Dokter?” Yudis memelas.

“Saya dan tim dokter akan berusaha semampunya, Pak Yudis. Berdoalah semoga ibu dan istri Anda dapat terselamatkan,” tandas Dokter Ariny.

“Apa Dokter yakin Bu Farida dan Ratri akan selamat?” Dewanti ikut bertanya.

Dokter Ariny hanya mengangkat bahu.

Dewanti tak bertanya lagi. Terlintas dalam benaknya wajah Bagas. Hatinya langsung menyumpah laknak pria bejat itu. “Ini semua gara-gara pria laknat itu. Untung saja semua segera terbongkar, kalau tidak aku pasti akan menjadi korban pria itu juga,” gerutunya dalam hati.

Dari ruang UGD keluar dua blankar di dorong oleh beberapa orang perawat. Pada blankar itu terbaring dua sosok perempuan yang tak lain Bu Farida dan Ratri. Yudis dan yang lainnya segera mengikuti ke mana perawat-perawat itu membawa blankar. Bu Farida masuk ruang ICU ditunggui oleh Tante Diana dan Bu Nining. Dokter Ariny dan seorang perawat segera menanganinya. Sedang Ratri dibawa masuk ke ruang operasi. Tak lama tim operasi segera masuk ruang operasi. Yudis dan Dewanti menunggu di luar dengan harap-harap cemas.

Bersamaan dengan itu datanglah Umi Siti dan Ustad Suhada dengan wajah menyiratkan kecemasan yang sangat.

“Bagaimana Ratri Yudis?” tanya Umi Siti segera.

Yudis menunduk kecut ketika beradu tatap dengan pandangan Ustad Suhada. “Ratri harus dioperasi cesar, Umi,” pelan saja dia menjawab.

“Tapi apa dia sudah sadar?” Ustad Suhada menimpal.

Yudis hanya menjawab dengan gelengen kepala.

Umi Siti pun segera memeluk suaminya. Hatinya menjerit-jerit kepada Ilahi Robbi memohon kebaikan untuk Ratri putri semata wayangnya yang terzalimi. Mereka sudah tahu apa yang terjadi kepada Ratri dari Tante Diana ditelepon. Tentu saja mereka sangat syok.

 “Ampuni aku yang tak bisa menjaga amanat dari-Mu ya Robbi …,” jerit lirih Umi Siti. Ustad Suhada mengencangkan pelukan terhadap istrinya mencoba memberinya kekuatan dan ketabahan atas apa yang menimpa putri mereka.

“Yudis, kami sekeluarga memohon maaf yang sebesar-besarnya. Sungguh, Abi dan Umi tak tahu apa yang terjadi sebenarnya kepada Ratri sebelum malam ini,” ucap Ustad Suhada.

Yudis segera meraih tangan Ustad Suhada. Air matanya yang sedari tadi tak berhenti terasa hangat oleh Ustad Suhada. “Ini salah Yudis, Abi. Andai sejak awal Yudis mendengar alasan Ratri, mungkin semua ini tak kan terjadi.” Air matanya tak lagi bisa ditahan.

Ustad Suhada memegang bahu Yudis. “Amarah itu memang selalu membawa penyesalan. Tapi sudahlah! Ini juga teguran dari Allah untuk Abi dan Umi,” katanya.

Dewanti menghampiri. Umi Siti melepas pelukannya lalu menyeka air matanya, berusaha tegar. Dewanti segera memperkenalkan diri. Ustad Suhada dan Umi Siti menyambut ramah. Tak lupa berterima kasih kepada Dewanti.

“Sekarang mari kita berdoa kepada Allah Sang Maha Hidup dan Sang Pemilik kematian semoga Bu Farida dan Ratri dapat selamat.” Ustad Suhada mendongak ke atas.

“Amiin..”

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Lovesick
446      327     3     
Short Story
By Khancerous Why would you love someone else when you can’t even love yourself?
CHANGE
482      344     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...
Seberang Cakrawala
120      109     0     
Romance
sepasang kekasih menghabiskan sore berbadai itu dengan menyusuri cerukan rahasia di pulau tempat tinggal mereka untuk berkontemplasi
Asrama dan Asmara
513      370     0     
Short Story
kau bahkan membuatku tak sanggup berkata disaat kau meninggalkanku.
Waiting
1726      1278     4     
Short Story
Maukah kamu menungguku? -Tobi
(not) the last sunset
583      407     0     
Short Story
Deburan ombak memecah keheningan.diatas batu karang aku duduk bersila menikmati indahnya pemandangan sore ini,matahari yang mulai kembali keperaduannya dan sebentar lagi akan digantikan oleh sinar rembulan.aku menggulung rambutku dan memejamkan mata perlahan,merasakan setiap sentuhan lembut angin pantai. “excusme.. may I sit down?” seseorang bertanya padaku,aku membuka mataku dan untuk bebera...
Kainga
1141      673     12     
Romance
Sama-sama menyukai anime dan berada di kelas yang sama yaitu jurusan Animasi di sekolah menengah seni rupa, membuat Ren dan enam remaja lainnya bersahabat dan saling mendukung satu sama lain. Sebelumnya mereka hanya saling berbagi kegiatan menyenangkan saja dan tidak terlalu ikut mencampuri urusan pribadi masing-masing. Semua berubah ketika akhir kelas XI mereka dipertemukan di satu tempat ma...
Love in the Past
560      416     4     
Short Story
Ketika perasaan itu muncul kembali, ketika aku bertemu dengannya lagi, ketika aku harus kembali menyesali kisah itu kesekian kali.
1 Kisah 4 Cinta 2 Dunia
25777      3423     3     
Romance
Fina adalah seorang wanita yang masih berstatus Mahasiswi di sebuah perguruan tinggi. Ia adalah wanita yang selalu ceria. Beberapa tahun yang lalu ia mempunyai seorang kekasih yang bernama Raihan namun mereka harus berpisah bukan karena adanya orang ketiga namun karena maut yang memisahkan. Sementara itu sorang pria yang bernama Firman juga harus merasakan hal yang sama, ia kehilangan seoarang is...
Asa
4656      1386     6     
Romance
"Tentang harapan, rasa nyaman, dan perpisahan." Saffa Keenan Aleyski, gadis yang tengah mencari kebahagiaannya sendiri, cinta pertama telah di hancurkan ayahnya sendiri. Di cerita inilah Saffa mencari cinta barunya, bertemu dengan seorang Adrian Yazid Alindra, lelaki paling sempurna dimatanya. Saffa dengan mudahnya menjatuhkan hatinya ke lubang tanpa dasar yang diciptakan oleh Adrian...