Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hujan Paling Jujur di Matamu
MENU
About Us  

Matahari masih belum muncul ketika Yudis, Bu Farida dan Ratri pergi menjemput Tante Diana dan Rio untuk pergi ke Pondok Pesantren Al Ilma menemui Ustad Suhada. Setelah itu, Yudis segera melanjutkan perjalanannya ke Jakarta. Hari ini ia ada janji dengan seseorang yang hendak membeli galerinya. Yudis ingin urusannya ini cepat selesai. Jakarta terlalu panas baginya, terlalu banyak kenangan indah bersama Dewanti di sana.

“Ah, bagaimana kondisi Dewanti saat ini. Semoga saja dia sudah baik,” desah Yudis sambil terus meluncur di jalan tol. Tiba-tiba saja dadanya menyesak. Perasaan bersalah menekan hebat. Bagaimana ia bisa melupakan Dewanti begitu saja. Bahkan tak memberi kabar sedikit pun kepada Dewanti yang sedang terkapar di rumah sakit.

“Maafkan aku Dewanti,” desahnya.

Pukul delapan Yudis sudah sampai di Jakarta. Kebetulan jalanan tak terlalu macet. Keluar dari Tol, ia langsung menuju galerinya di Kemang. Langit Jakarta sangat cerah. Gemawan berarak, laksana bunga kol yang mengapung di lautan nan biru. Tiga puluh menit kemudian, ia tiba di depan galerinya.

Ada perasaan tak rela dalam hati ketika mengingat harus menjual galeri yang ia bangun dari nol. Dari hasil kerja kerasnya sendiri. Sejenak Yudis diam dalam mobil. Memandang sebuah Tulisan ‘Yudi’s Galeri and Colection’ yang dibuatnya sendiri menggunakan huruf timbul berbahan sabut kelapa sehingga terkesan alami. Yudis menarik napas dalam. Lalu keluar dari mobil.

Dengan langkah pelan, Yudis mendekati pintu kaca besar, membuka kuncinya. Lalu masuk. Pintu tetap dia biarkan terbuka. Bagian depan galeri itu memang semuanya terbuat dari kaca. Itu sengaja agar semua isi galeri tersebut dapat terlihat dari luar. Sedang ruangan di lantai dua, adalah kamar sekaligus sebuah ruangan tempat Yudis melukis. Bahkan Yudis membebaskan siapa saja untuk mempergunakan ruangan itu untuk berkarya. Selain itu, bagi para pemula, Yudis tak segan untuk berbagi ilmu dan pengalaman.

Yudis melihat jam tangannya. Sudah jam sepuluh kurang lima belas menit. Si pembeli berjanji akan datang jam sepuluh ke galeri. Masih ada lima belas menit. Yudis memutuskan untuk ngopi di kafe sebelah galerinya. Sebuah kafe bergaya minibar di luar ruangan. Sehingga jika ada orang yang datang ke galerinya ia bisa melihatnya. Yudis segera menuju ke sana.

“Ke mana aja Kang?” tanya pelayan kafe yang ternyata sudah kenal dekat sama Yudis.

“Aku pulang!” jawab Yudis singkat. Tak perlu berkata, si pelayan sudah sangat hafal apa yang diinginkan Yudis di kafe itu. Dia segera menyajikan secangkir kopi hitam kental dengan gula terpisah.

“O iya, Kang. Kemarin kemarin ada pria yang mencari akang,” kata pelayan kafe berpenampilan cukup seksi itu.

“Siapa?” Yudis bertanya anpa menatap.

“Kalau saya tidak salah, namanya Arya.”

“Arya!”

“Kang Yudis kenal?”

“Iya, dia temanku.”

“Dia mengatakan sesuatu?”

“Tidak, Kang. Tapi saya yakin dia membawa berita sangat penting buat Akang. Kelihatan dari wajah dan nada suaranya.”

Yudis mengangguk-ngangguk.

“Saya lanjutin kerja dulu, Kang.”

“O iya, silahkan!” sahut Yudis.

“Arya, ah ... pasti ia membawa kabar Dewanti. Ah, kenapa aku jadi cemas begini?” tanya Yudis dalam hati.

Yudis merogoh saku jaketnya. Mengambil handphone, lalu diletakkannya di samping cangkir kopi. Di pandanginya benda berwarna hitam itu. Sementara jemarinya memainkan cangkir kopi. Namun, hingga sepuluh menit lamanya, benda buatan Cina itu tetap membisu. Jangankan bersuara, bergetar pun tidak.

“Nah ...!” seru Yudis ketika melihat handphone-nya bergetar pertanda ada pesan singkat yang masuk.

Yudis segera mengambil handphone-nya dan membuka pesan singkat tersebut. Tapi ternyata itu bukan dari calon pembeli, melainkan dari Ratri. Yudis segera membacanya.

“Udah sampai, Aa? Jangan lupa sarapan ya. cepat pulang. Neng kangeeen.”

Yudis tersenyum. “Sudah sayang. Sekarang Aa lagi ngopi sambil nungguin calon pembeli. Sama Aa juga kangeeuunn ...,” balas Yudis segera.

Tak seberapa lama pesan singkat balasan dari Ratri masuk,” Makanya kejual atau tidak galerinya Aa harus pulang malam ini. Neng nggak bisa jauh dari Aa. Di Jakarta kan perempuannya cantik-cantik dan seksi-seksi. Nanti Aa Yudis tergoda lagi!”

Lagi-lagi Yudis tersenyum sendiri. “Nggak mungkin Aa tergoda sama wanita biasa jika Aa sudah punya bidadari,” balas Yudis.

“He he. Terima kasih sayang. Neng percaya kok sama Aa,” balas Ratri kembali.

Saking asiknya Yudis sms-an. Ia tak mengetahui kalau ada sebuah mobil Terano hitam berhenti di depan galerinya. Seorang pria seusinya, berbadan tegap, berwajah bersih dengan rambut pendek keluar dari mobil itu dan segera menuju pintu masuk galeri. Namun tak lama ia kembali ke dekat mobilnya. Mengeluarkan handphone dan terlihat seperti sedang menelepon.

Tepat dengan Pria itu, menelepon, handphne Yudis berdering. Yudis segera menerima telepon itu.

“Bung Yudis?”

“Iya. Siapa ya?”

“Saya Pati yang kemarin menelepon Bung Yudis. Tapi tidak menggunakan nomor ini.”

“O iya, Anda di mana sekarang?”

“Saya sudah berada di depan galeri anda.”

Yudis tak menjawab. Matanya segera berkiblat ke depan galeri. Benar saja, di sana, di samping sebuah mobil Terano hitam gagah. Seorang pria sedang berdiri memandang tulisan besar di bagian depan atas galerinya.

“Saya ke sana sekarang, Bos!” seru Yudis. Sambil memutusan telepon.

Setengah berlari Yudis menghampiri pria itu. Setelah dekat segera menyapanya. “Nama yang sangat bermakna, Pati!” Yudis mengulurkan tangan mengajak pria itu bersalaman.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ojek
818      562     1     
Short Story
Hanya cerita klise antara dua orang yang telah lama kenal. Terikat benang merah tak kasat mata, Gilang dihadapkan lagi pada dua pilihan sulit, tetap seperti dulu (terus mengikuti si gadis) atau memulai langkah baru (berdiri pada pilihannya).
Beautiful Sunset
786      479     3     
Short Story
Cinta dan Persahabatan. Jika kau memiliki keduanya maka keindahan sang mentari di ujung senja pun tak kan mampu menandinginya.
Mencari Malaikat (Sudah Terbit / Open PO)
5037      1884     563     
Action
Drama Malaikat Kecil sukses besar Kristal sang artis cilik menjadi viral dan dipujapuja karena akting dan suara emasnya Berbeda dengan Viona yang diseret ke luar saat audisi oleh mamanya sendiri Namun kehidupan keduanya berubah setelah fakta identitas keduanya diketahui Mereka anak yang ditukar Kristal terpaksa menyembunyikan identitasnya sebagai anak haram dan mengubur impiannya menjadi artis...
Say Your Love
500      372     2     
Short Story
Dien tak pernah suka lelaki kutu buku sebelumnya. Mereka aneh, introvert, dan menyebalkan. Akan tetapi ada satu pengecualian untuk Arial, si kutu buku ketua klub membaca yang tampan.
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
671      456     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
Senja di Sela Wisteria
431      270     5     
Short Story
Saya menulis cerita ini untukmu, yang napasnya abadi di semesta fana. Saya menceritakan tentangmu, tentang cinta saya yang abadi yang tak pernah terdengar oleh semesta. Saya menggambarkan cintamu begitu sangat dan hangat, begitu luar biasa dan berbeda, yang tak pernah memberi jeda seperti Tuhan yang membuat hati kita reda. “Tunggu aku sayang, sebentar lagi aku akan bersamamu dalam napas abadi...
Tetesan Air langit di Gunung Palung
429      295     0     
Short Story
Semoga kelak yang tertimpa reruntuhan hujan rindu adalah dia, biarlah segores saja dia rasakan, beginilah aku sejujurnya yang merasakan ketika hujan membasahi
Just Another Hunch
459      314     3     
Romance
When a man had a car accident, it\'s not only his life shattered, but also the life of the ones surrounding him.
Jelita's Brownies
3680      1481     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
Kenzo Arashi
1862      677     6     
Inspirational
Sesuai kesepakatannya dengan kedua orang tua, Tania Bowie diizinkan melakukan apa saja untuk menguji keseriusan dan ketulusan lelaki yang hendak dijodohkan dengannya. Mengikuti saran salah satu temannya, Tania memilih bersandiwara dengan berpura-pura lumpuh. Namun alih-alih dapat membatalkan perjodohannya dan menyingkirkan Kenzo Arashi yang dianggapnya sebagai penghalang hubungannya dengan Ma...