Read More >>"> Under a Falling Star (Drie) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Under a Falling Star
MENU 0
About Us  

 "Akhirnya sampai juga." Ucap Anne pelan.

Anne turun dari motor, lalu membuka pintu gerbang rumahnya.

"Mampir dulu,Will." Ajak Anne

"Maaf, Anne. Mungkin lain kali. Titip salam aja ya buat Tante Anya."

Anne tampak kecewa. Tapi ia kemudian mengangguk. "Hmm, oke lah." 

"Oh iya, thanks for this day ya,Will.

William mengulurkan tangannya, lalu mengacak rambut Anne pelan. "Graag gedaan."  

Setelah melambaikan tangan, William segera menarik gas. Anne balas melambaikan tangan. Motor William pun mulai berjalan menjauh. 

Setelah punggung William tidak terlihat lagi, Anne membalikkan badannya. Kemudian bergegas masuk kedalam rumah.

"Anne pulang!" Katanya sambil mendorong kenop pintu.

"Oh, hai sayang!" Sambut Tante Anya, Mama Anne. Beliau sedang membaca novel disofa ruang tengah.

"William nggak mampir dulu,ta?" tanya Tante Anya begitu mendapati tidak ada sosok William dibelakang Anne.

"Enggak, Ma. Dia kelihatan lagi buru-buru banget tadi. Oh iya, William titip salam buat Mama." Kata Anne sambil melepas kedua sepatunya. Setelah menaruhnya diatas rak, Anne ikut duduk di sofa bersama Mama nya.

"Yah, padahal Mama udah masak banyak tuh. Niatnya kan, mau ngajak Will sekalian makan malam bareng kita disini." Tante Anya memasang ekspresi kecewa. Sejurus kemudian, ia tersenyum sambil menatap Anne. "Nanti kamu tolong anterin makanan nya ya kerumah William?."

"Biaya ongkirnya lima ribu." 

"Iya-iya. Udah, sana mandi dulu! bau terasi nih kamu. Ewh." Tante Anya memasang ekspresi sok jijik. Anne tertawa geli melihat ekspresi lucu mama nya. 

"Iyaa, mama ku sayang."

Anne pun segera beranjak menuju kamarnya dilantai atas.

 

Selesai mandi, Anne segera bersiap. Anne memilih memakai rok pendek selutut, dengan kaos putih polos dan cardigan berwarna ungu untuk melapisi kaosnya. Kemudian Anne menguncir rambutnya dengan model kuncir kuda. Begitu selesai, Anne segera turun menemui Mama nya didapur.

"Ini, Anne. Tolong kasihin ke Tante Citra, ya. Mama tadi nyoba resep masakan baru nih! nanti Mama mau tanya pendapat Tante Citra sama William." 

Tante Anya kemudian menyerahkan rantang berisi penuh makanan itu kepada Anne.

"Siap, Bu Bos!' 

Setelah menyalami mama nya, Anne segera memakai sandal. Ia pun mulai melangkah menuju rumah William. Sebenarnya, Anne bisa saja menaiki sepeda miliknya untuk menuju kerumah William. Namun, ia lebih memilih berjalan kaki. Toh, rumah William juga tidak terlalu jauh dari rumahnya.

 Karena bosan, Anne memutar lagu dari ponselnya. Ia mengambil earphone bluetooth dalam saku jaketnya, kemudian memasangkannya ke kedua telinganya. Anne berjalan sambil bersenandung. Menikmati nada-nada yang begitu memanjakan telinga nya. Dan tanpa terasa, Anne sekarang sudah sampai didepan rumah William.

Rumah besar dengan cat berwarna putih menyambut kedatangan Anne. Rumah William adalah rumah peninggalan belanda-milik almarhum kakeknya dulu. Rumah William memiliki halaman depan yang sangat luas. Bunga-bunga Lily berwarna putih terlihat ditanam berderet dihalaman depan rumah. Ada sebuah ayunan kecil yang diikat dibawah pohon mangga. Dulu, ayunan itu adalah tempat bermain favorite Anne dan William. Terkadang mereka akan bertengkar, memperebutkan siapa yang akan menaiki ayunan itu lebih dulu. Pada akhirnya, William lah yang lebih sering mengalah. 

Anne tersenyum kecil ketika mengingat momen-momen itu. Sampai ia tidak menyadari, dibelakangnya, ada seseorang yang sedang berjalan mendekat. Menghampiri nya.

"Anne."

Saking terkejutnya, Anne reflek berteriak. Jantungnya seakan hampir copot dibuatnya. Ia berbalik, kemudian mendapati Tante Citra sedang menatapnya sambil menyunggingkan seutas senyum.

"Eh, tante. Bikin kaget aja." Kata Anne sambil mengusap-usap dadanya.

"Hehe, maafin tante ya." Tante Citra tertawa kecil.

"Oh, iya tan. Ini ada titipan dari mama."

Anne kemudian menyerahkan rantang makanan itu kepada Tante Citra. Tante Citra menerima nya dengan senang hati. Kemudian beliau membuka tutup ranting paling atas. 

"Hmm. Wah, pasti enak banget ini!" Kata Tante Citra sambil terus menciumi bau aroma masakan Mama Anne. Anne tertawa pelan melihat itu.

"Yaudah, Tan. Kalau gitu Anne pamit dulu ya." 

"Eh? Kok mau langsung pulang? Mampir dulu aja. Mama mu juga nggak bakalan marah kan kalau main sebentar dirumah tante?" 

Anne tampak berpikir sejenak, kemudian ia mengangguk. "Boleh deh."

Tante Citra tersenyum lebar. Ia lalu menuntun Anne untuk masuk kedalam rumah.

 

"Om Aaron dimana,Tan?" tanya Anne ketika tidak mendapati keberadaan Papa William diruang tamu.

"Oh, Om Aaron masih dikantor. Mungkin sebentar lagi pulang." Jawab Tante Citra sambil menutup pintu depan rumah.  Anne mengangguk paham.

Walaupun sudah berkali-kali mengunjungi rumah ini, Anne masih tetap kagum dengan seluruh interior rumah milik William. Rumah dengan cat tembok berwarna krem dan putih, bersama segala perabotan yang terbuat dari kayu jati ini seakan menghasilkan suasana tersendiri-yang bahkan Anne sampai tidak mampu menjelaskannya dengan kata-kata. Semua pintu dirumah ini memiliki ventilasi dari kayu diatasnya, yang menyatu dengan kusen pintu. Lantai rumah masih menggunakan tegel khas rumah-rumah belanda pada umumnya. Lampu-lampu gantung yang terlihat begitu cantik, digantung dengan anggun di bawah langit-langit ruangan yang  sangat tinggi. Foto-foto William bersama dengan keluarganya tampak memenuhi satu sisi tembok.Di sudut ruang tamu, berdiri gagah sebuah jam antik kuno besar. Suara dentigan terdengar setiap jarum jam itu bergerak. 

Anne masih asik menikmati keindahan rumah ini, sampai kedua telinganya menangkap sebuah suara. Suara sebuah piano. Anne begitu mengenali suara itu. Ia mulai berjalan perlahan menuju ke satu ruangan yang terletak di sebelah kanan ruang tamu, tempat suara itu berasal. Sebuah ruangan, dimana William bisa menghabiskan waktu seharian disana. Dan benar saja. Setibanya Anne di ambang pintu, ia melihat William yang tengah duduk dikursi piano, membelakanginya. Setelah berdeham beberapa saat, William mulai mendaratkan jari-jarinya yang panjang keatas piano. Sejurus kemudian, William segera menenggelamkan dirinya pada piano yang tengah ia mainkan. Dengan perlahan, William terus menuntun jemari-jemarinya pada nada-nada yang membuat Anne seakan terhipnotis, dan langsung ikut tenggelam dalam permainan musik itu. William kemudian tiba pada nada yang Anne sangat kenali. Sebuah nada dari lagu yang biasa Ayahnya nyanyikan untuk Mama nya.

Take my hand

Take my whole life too

For i can't help

Falling in love with you

William tengah memainkan lagu dari Elvis Presley yang berjudul "Can't stop falling in love with you".  Lagu yang bercerita tentang seorang pria yang tak bisa menahan rasa jatuh cintanya pada wanita yang ia taksir. Pria tersebut memandang, bahwa cinta sejati tidak memandang pun. Cinta adalah sesuatu hal yang sederhana. Bila memang cinta, maka kejarlah. Tidak peduli seberat apapun itu.

 Suara William yang begitu merdu membuat Anne tidak bisa berkutik dari tempatnya berdiri. Ia ingin terus, dan terus mendengar William menyanyikan lagu itu. 

Take my hand

Take my whole life too

For i can't help 

Falling in love with you

For i can't help

Falling in love with you...

William menghembuskan nafas. Ia kemudian menutup piano nya kembali. Dan begitu ia berbalik, ia dibuat terkejut dengan Anne yang tengah berdiri di ambang pintu seraya tersenyum manis.

"Lagu yang bagus." 

"Ah, iya. Bedankt." William tampak tersipu malu ketika mengatakannya. Terlihat dari pipi nya yang memerah. William kemudian berjalan menghampiri Anne.

"Udah dari kapan disini?" Tanya William sambil menyilangkan tangan didepan dada.

"Emm, kapan ya? Entah deh, intinya aku mendengar semuanya dari awal."

Anne kemudian tertawa, diikuti oleh tawa William.

"Anne! William! ayo makan dulu!" Panggil Tante Citra dari arah meja makan. 

"Iya, Ma!"

"Ayo, Anne."

Anne mengangguk, kemudian berjalan dibelakang William.

Sesampai nya dimeja makan, ternyata disana sudah ada Om Aaron yang tengah membaca majalah. Begitu menyadari keberadaan Anne, Om Aaron segera menyambutnya. Anne pun menyalami Om Aaron, kemudian duduk disamping William.

"Nah, sudah siap. Yuk semuanya, dimakan." kata Tante Citra dengan semangat. 

Anne menunggu semuanya mengambil piring lebih dulu. Baru setelah itu, ia mengambil piring untuknya sendiri. Ketika tangan Anne sudah ingin meraih piring, Tante Citra tiba-tiba mencegahnya.

"Biar tante yang ambilkan, Anne." 

"Eh? nggak usah repot-repot, Tante."

"Sstt! nggak repot loh.Tante ambilkan,ya."

Tante Citra mulai mengambilkan nasi beserta lauk pauknya kepiring Anne. Anne hanya bisa mengangguk, kemudian mengucapkan terimakasih.

Begitu semua mendapatkan makanannya masing-masing, Om Aaron mulai memimpin doa. Makan malam itu dipenuhi obrolan yang begitu mengasyikan. Om Aaron dan Tante Citra tak henti-henti nya melemparkan berbagai candaan yang membuat Anne dan William sampai tertawa terbahak-bahak. Senda gurau segera memenuhi meja makan malam itu. Makan malam yang begitu hangat, bersama dengan William dan keluarganya.

Selesai membantu Tante Citra mencuci piring, Anne segera berpamitan karena hari sudah semakin malam. Ia memang sudah mengirim pesan pada mama nya, dan Tante Anya juga dengan senang hati memberikan izin. Namun, tetap saja hari sudah semakin malam, dan itu artinya Anne harus segera pulang.

"Aku anterin ya?"

"Nggak usah. Orang deket juga kok." Kata Anne menolak

"Udah malam, Anne. Kamu nggak takut? Biar William yang anter kamu ya." Tambah Tante Citra.

Anne tetap menolak. Ia merasa sudah cukup merepotkan William dan keluarganya hari ini.

"Pokoknya aku anterin. Bahaya kalau cewek jalan sendirian malam-malam gini." 

Anne baru ingin menolak lagi, tapi William buru-buru memotongnya.

"Nggak ada penolakan. Kamu, aku anterin sampai rumah." Kata William sambil sedikit memelotot. Melihat itu, nyali Anne sedikit menciut. Karena itu ia tidak berani menolak lagi. Sementara Tante Citra hanya tertawa geli melihat itu.

"Hati-hati ya bawa motornya,Will!" 

"Ja, Mama." Kata William sambil naik keatas motornya. "Yuk." 

"Eh, sebentar! Mama kelupaan sesuatu." Tante Citra berlari masuk kedalam rumah. Beberapa detik kemudian, beliau kembali sambil membawa rantang yang tadi Anne bawa.

"Rantangnya hampir aja ketinggalan. Ini,Anne. Kasihin mama ya. Oh iya, bilangin makasih ke mama kamu!. Masakannya enak banget. besok-besok tante mau minta diajarin cara bikinnya,ya?" Kata Tante Citra sambil memberikan dua jempol nya.

Anne menerima rantang itu, kemudian mengangguk. Setelah bersalaman, Anne segera ikut naik keatas motor. William pun melajukan motornya. Meninggalkan Tante Citra yang masih berdiri di teras rumah.

 ______________________________________________________________________________

Begitu sampai dirumah Anne, ternyata tante Anya sudah menunggu didepan gerbang. Ia tersenyum menyambut kedatangan Anne dan William. Anne turun dari motor, diikuti oleh William. William kemudian menyalami Tante Anya.

"Makasih ya,Will. Udah mau nganterin Anne." Tante Anya mengucapkan terimakasih.

"Iya,Tante. Udah kewajiban Will juga kok." 

Setelah mengobrol sebentar dengan Tante Anya, William pamit pulang. Ia menyalami Tante Anya lagi, lalu naik keatas motor.

"Thanks, Will. Maaf ngerepotin lagi." Kata Anne merasa tidak enak.

William menggeleng. "Tidak sama sekali."

"kalau gitu, Will duluan ya Tante, Anne," Pamit William sambil menganggukkan kepalanya.

"Iya, Will. Hati-hati, ya. Titip salam buat Mama kamu." Kata tante Citra.

William mengangguk lagi, kemudian menarik gas. Motor William segera berjalan menjauh meninggalkan Anne dan Tante Citra.

"Papa belum pulang,ta?"

"Belum. Papa barusan ngabarin, katanya dapet lemburan." Jawab Tante Citra sambil mendorong pintu. Anne kemudian menyusul mama nya masuk kedalam rumah.

Begitu sampai dikamar, Anne merasakan getaran didalam sakunya. Ia merogoh saku roknya, kemudian mengambil ponsel miliknya. Ternyata, ada sebuah panggilan telepon dari Riska. Anne segera mengangkat panggilan telepon itu.

"Iya,Ris?"

"Besok jadi kan?" tanya Riska diseberang sana memastikan.

"Jadi,Ris. Mau nonton apa?" 

"Adanya apa aja?"

Anne kemudian menyebutkan beberapa judul film yang sedang tayang dibioskop. Diseberang sana, Riska tampak sedang memilih. "Sewu dino aja gimana?"

Anne menyetujui nya. Dua jam kemudian, mereka berdua tenggelam dalam obrolan mengenai seorang cowok yang sedang Riska taksir. Anne mendengarkan cerita Riska dengan baik. Walaupun sebenarnya, ia sudah sangat mengantuk karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Benar-benar sudah melewati jadwal jam tidur Anne biasanya.

Obrolan itu masih berlanjut setengah jam kemudian. Karena sudah tak kuat menahan kantuk, Anne meminta Riska untuk menyudahi panggilan teleponnya.

"Ris, udahan dulu ya. Gue ngantuk banget nih,"

"Yah, padahal masih banyak yang mau gue ceritain. Yaudah deh nggak apa-apa."

"Maaf." Kata Anne merasa tidak enak.

"Udah, santai aja. Bokap gue juga udah nyuruh gue buat tidur nih. Ceritanya gue lanjutin besok, dan lo harus dengerin sampai tuntas.

Anne mengangguk. Kemudian ia merasa bodoh sendiri karena Riska tentu tidak bisa melihat anggukannya.

"Iya. Yaudah, gue tidur dulu ya. Bye."

"Bye."

Telepon mati. Anne merengangkan tangannya yang terasa pegal. Ia pun menarik selimut, bersiap untuk tidur. Baru saja Anne ingin memejamkan mata, sebuah notifikasi terdengar dari ponselnya.

"Riska kenapa lagi sih?" gerutu Anne.

Ia segera meraih ponsel di meja sebelah kanannya. Begitu membuka ponsel, ternyata, notifikasi itu bukan berasal dari Riska. Melainkan dari William. 

"Udah tidur ya? ok deh, Good night! have a nice dream."

Ketika membaca pesan itu, Anne seketika tersenyum. Kemudian, ia membalas pesan itu.

"Yeah, you too."

Setelah selesai mengirim pesan, Anne meletakkan ponselnya kembali diatas meja. Ia mulai memejamkan kedua matanya. Untuk menjemput bunga tidur. 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dua Warna
514      365     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Kisah Alya
240      190     0     
Romance
Cinta itu ada. Cinta itu rasa. Di antara kita semua, pasti pernah jatuh cinta. Mencintai tak berarti romansa dalam pernikahan semata. Mencintai juga berarti kasih sayang pada orang tua, saudara, guru, bahkan sahabat. Adalah Alya, yang mencintai sahabatnya, Tya, karena Allah. Meski Tya tampak belum menerima akan perasaannya itu, juga konflik yang membuat mereka renggang. Sebab di dunia sekaran...
Perihal Waktu
386      268     4     
Short Story
"Semesta tidak pernah salah mengatur sebuah pertemuan antara Kau dan Aku"
A - Z
2727      942     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
Dessert
931      484     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Pisah Temu
960      521     1     
Romance
Jangan biarkan masalah membawa mu pergi.. Pulanglah.. Temu
Kala Saka Menyapa
10973      2663     4     
Romance
Dan biarlah kenangan terulang memberi ruang untuk dikenang. Sekali pun pahit. Kara memang pemilik masalah yang sungguh terlalu drama. Muda beranak begitulah tetangganya bilang. Belum lagi ayahnya yang selalu menekan, kakaknya yang berwasiat pernikahan, sampai Samella si gadis kecil yang kadang merepotkan. Kara butuh kebebasan, ingin melepas semua dramanya. Tapi semesta mempertemukannya lag...
Daniel : A Ruineed Soul
540      311     11     
Romance
Ini kisah tentang Alsha Maura si gadis tomboy dan Daniel Azkara Vernanda si Raja ceroboh yang manja. Tapi ini bukan kisah biasa. Ini kisah Daniel dengan rasa frustrasinya terhadap hidup, tentang rasa bersalahnya pada sang sahabat juga 'dia' yang pernah hadir di hidupnya, tentang perasaannya yang terpendam, tentang ketakutannya untuk mencintai. Hingga Alsha si gadis tomboy yang selalu dibuat...
Perfect Love INTROVERT
9901      1838     2     
Fan Fiction
29.02
404      203     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari