"Oh iya, pulang sekolah ngemall yuk, Anne!" Ajak Riska, sahabat Anne.
"Maaf, Ris. Gue udah ada janji sama William." Jawab Anne sambil merapikan buku-bukunya.
"Huh! gue sendirian lagi dong berarti?" Riska memasang wajah cemberut yang dibuat-buat. Anne tertawa geli melihat itu.
"Besok deh, sekalian nonton. Mau?"
"Gass!" jawab Riska antusias.
"Tapi lo yang traktir tiketnya, ya?" Kata Riska sambil mengedipkan sebelah matanya. Anne kemudian menimpuk kepala Riska pelan menggunakan notebook nya.
"Aduh! gue bercanda doang, Anne. Berdarah nih pasti kepala gue!" Kata Riska sambil mengelus-elus puncak kepala nya. Anne tertawa renyah melihat Riska yang terlalu berlebihan. Sejurus kemudian, Riska ikut tertawa bersama Anne.
"Marianne Keylovly!" Seru seseorang yang membuat tawa Anne dan Riska seketika berhenti. Anne dan Riska segera menoleh kearah sumber suara secara bersamaan. Didepan sana, terlihat William yang sedang bersandar disudut pintu sambil memasang senyum. Anne balas tersenyum, kemudian segera memakai tas nya.
"Gue duluan ya, Ris!" kata Anne sambil menepuk bahu Riska.
"Yoi. have fun,ya!" seru Riska. Anne mengangguk, kemudian berjalan keluar kelas.
"Yuk, jalan!" Ajak Anne setibanya ia didepan pintu.
"Let's go!"
______________________________
Motor CBR 150 berwarna merah milik William berhenti tepat didepan sebuah resto seblak. Anne segera turun dari motor, kemudian menunggu William memarkirkan motornya. Selesai memarkirkan motor, William pun menghampiri Anne.
"Seblak Ndoer..." Anne membaca papan tulisan yang terpampang besar diatas bangunan. Didepannya sekarang, berdiri sebuah bangunan resto yang cukup besar. Bangunan resto ini bergaya vintage, khas bangunan peninggalan Belanda. Halaman depannya sangat luas. Berdiri dua buah patung malaikat bersayap di kiri dan kanan pintu, yang terlihat seperti tengah menyambut para pengunjung.
"Hari ini adalah grand opening Seblak Ndoer. Makannya aku ngajakkin kamu kesini." Kata William sambil membuka layar ponselnya.
"Oh, hari pertama pembukaan ya?" tanya Anne tanpa mengalihkan pandangan dari bangunan didepannya.
"Ja. By the way, seblak disini memakai sistem all you can pick loh!"
"All you can pick? maksudnya kita bebas milih gitu?" Anne menatap William sambil menelengkan kepalanya.
"Ja! kamu bebas mau milih topping apa yang mau kamu pakai. Mau ngambil sebanyak apapun juga nggak masalah. Nanti, dimasing-masing topping juga tertera harga pertopping nya." Jawab William menjelaskan. Anne hanya mangut-mangut, tanda mengerti.
William kemudian mulai berjalan memasuki pintu masuk, diikuti oleh Anne disampingnya.
Sesampainya didalam, ternyata resto ini jauh lebih besar dari yang Anne bayangkan sebelumnya. Bagian indoor resto ini terdiri dari dua lantai. Selain indoor, resto ini juga memiliki bagian outdoor yang berada dihalaman belakang resto. Puluhan lukisan terlihat menghiasi dinding berwarna cream. Meja-meja dan kursi yang terbuat dari kayu jati memenuhi seluruh ruangan. Lampu-lampu khas rumah-rumah belanda tergantung anggun diatas langit-langit ruangan. Alunan musik yang diputar, ditambah dengan senda gurau para pengunjung yang tengah menikmati makanannya terdengar ramai. Tak lupa, patung-patung yang berdiri di setiap sudut ruangan semakin menambah nilai estetika dari tempat ini.
William kemudian mengajak Anne kepojok ruangan, tempat untuk memilih topping. Sekarang, didepan Anne, terpampang berbagai macam topping yang terlihat lezat. Harga pertopping sangat bervariasi,nmulai seribu rupiah sampai lima ribu rupiah. William kemudian mengambil dua buah mangkuk dan capitan, lalu memberikan mangkuk dan capitan yang satunya kepada Anne. Anne masih diam. Saking banyaknya pilihan topping yang ditawarkan, sampai-sampai membuat Anne kebingungan harus memilih yang mana. Semuanya tampak nikmat jika dimasak bersama dengan kuah seblak yang menggugah selera. Anne akhirnya memutuskan mengambil satu buah dumpling cheese, chikuwa, crabstick, dua buah cuanki lidah, dan sebungkus pilus cikur. Tak lupa, Anne juga mengambil beberapa kerupuk. Setelah selesai mengambil semua topping yang diinginkan, Anne kemudian menyerahkan mangkuknya kepada William.
William juga sudah selesai memilih topping. Terlihat ada dua buah bakso ikan, cuanki lidah, sosis, lalu satu buah dimsum, jamur enoki, mie, dua bungkus siomay kering dan pilus cikur, juga kerupuk didalam mangkuknya. William mengambil mangkuk yang diberikan Anna, kemudian segera mengantre keruang pemesanan. Baru lima langkah William berjalan, ia tiba-tiba berbalik.
"Level berapa?" Tanyanya.
"Dua aja!" jawab Anne sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya. William mengangguk, lalu kembali berjalan menuju antrean.
Butuh sekitar sepuluh menit untuk menunggu William selesai memesan. Antreannya memang cukup panjang, dan Anne memaklumi hal itu. Karena seperti yang William bilang tadi, hari ini adalah Grand opening Seblak Ndoer. Jadi, wajar saja jika rame,bukan?
Setelah selesai memesan, William segera berjalan menghampiri Anne.
"Mau makan dimana? Indoor, outdoor, atau lantai atas?" Tanya William. Anne tampak sedang berpikir.
"Outdoor aja, gimana?"
William mengangguk setuju, kemudian menggandeng kembali tangan kanan Anne.
Setibanya disana, lagi-lagi Anne dibuat semakin mengagumi resto ini. Bagian outdoor ternyata jauh lebih indah dari yang Anne bayangkan sebelumnya. Rumput jepang berwarna hijau segar menyambut sejauh mata memandang. Pepohonan kecil disetiap sudut ruangan yang dihiasi tanaman anggrek semakin menambah suasana asri. Bunga Bougenville berwarna-warni terlihat begitu indah, sangat memanjakan mata. Ada sebuah sungai kecil buatan yang mengalir tenang. Didalamnya, hidup banyak ikan koi dengan berbagai warna tengah berenang bebas kesana-kemari. Ditengah ruangan, berdiri gagah sebuah air mancur yang cukup besar. Diatas air mancur itu, terdapat patung seorang bayi bersayap yang tengah memegang sebuah busur. Sama seperti bagian indoor, kursi dan meja disini juga menggunakan kayu jati yang terlihat sangat indah dan mewah. Bedanya, meja dan kursi disini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan bagian indoor. Hanya ada sekitar sepuluh meja di bagian outdoor.
William kemudian mengajak Anne untuk duduk di salah satu kursi yang bersebelahan dengan pohon Bougenville berwarna biru.
Semilir angin segar segera menerpa wajah Anne begitu ia duduk dikursi ini. Anne kemudian asik menikmati indahnya bunga Bougenville disebelahnya. William memejamkan kedua matanya sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. Ia terlihat sangat menikmati kesejukan ini. Lima menit, tidak ada percakapan yang terjadi diantara mereka. Mereka berdua sama-sama menikmati kenyamanan ini dalam diam. Anne kemudian memilih untuk berjalan-jalan, melihat-lihat keseluruhan tempat ini. Setelah cukup puas berjalan-jalan, Anne kembali ke kursi. Ia menatap wajah orang didepannya dalam diam. William masih menutup kedua mata nya, entah sedang tidur atau masih terjaga.
Bagi Anne, wajah Wiliam terlampau tampan. William adalah seorang anak blasteran Belanda dan Indonesia, sama seperti Anne. William mewarisi wajah bule milik Ayah juga kakeknya. Ia juga memiliki postur tubuh yang tinggi dan gagah. Karena hal itulah, Anne yakin, pasti banyak perempuan disekolah yang terpesona dengan ketampanan William. Ia juga cerdas, dan pemberani. Rambutnya yang berwarna coklat gelap dan sedikit bergelombang itu sangat kontras dengan warna kulit tubuhnya. Kedua bola mata coklatnya yang indah, membuat Anne selalu ingin berlama-lama menatapnya. Dada nya yang bidang, membuat Anne merasa sangat nyaman ketika bersandar ditubuhnya.
"Permisi kak,"
Anne seketika sadar dari lamunannya.
"Atas nama William?" tanya pelayan itu. Ia tengah membawa nampan berisi pesanan Anne dan William.
"Oh, iya." kata Anne sambil membantu pelayan itu menurunkan pesanannya. Setelah selesai mengantarkan pesanan, pelayan itu kemudian pamit.
"Wil, bangun!" kata Anne lembut sambil mengoyang-goyangkan lengan William secara perlahan.
"Hm? oh, maaf." Begitu terbangun, William segera memperbaiki posisi duduknya.
"Aku tidur cukup lama, ya?"
"Enggak juga kok! ya, mungkin sekitar lima menit." jawab Anne tersenyum. William mengangguk paham.
"Eet smakelijk!"
William dan Anne segera melahap seblak pesanan mereka masing-masing. Anne menghirup aroma seblak tersebut terlebih dahulu. Bau kencur, cabai, dan rempah-rempah lainnya tercium kuat. Kuah seblak yang super pedas, bercampur dengan berbagai macam isian topping membuat seblak ini terasa sangat lezat. William tak henti-henti nya ber huh-hah kepedasan.
"Wow! het is zo pittig!" Ucap William sambil mengipas-ngipasi mulutnya. Karena masih terasa pedas, William kembali meneguk lemon tea nya sampai tetes terakhir. Ia kemudian memanggil seorang pelayan untuk memesankan dua gelas lemon tea lagi untuknya. Melihat William yang terus kepedasan membuat Anne tertawa terbahak-bahak.
"Kamu pesan level berapa tadi?" tanya Anne diujung tawa nya.
"Lima."
"Yaelah, pantas aja kepedesan bro!" Kata Anne sambil menggeleng-nggelengkan kepalanya. William masih mengipas-ngipasi mulutnya yang sekarang terlihat berwarna merah. Anne kembali tertawa. Lebih keras dari sebelumnya. Melihat Anne yang terus tertawa, William kemudian memasang wajah merajuknya. Hal itu akhirnya malah membuat Anne tertawa semakin keras. Sampai-sampai beberapa pengunjung lainnya menatap kearah mereka dengan keheranan. Semenit kemudian, Anne menghentikan tawanya. Ia kemudian memberikan segela milkshake rasa stroberi miliknya kepada William.
"Nih, buat kamu. Kasihan aku lihatnya." Anne kembali tertawa kecil.
"Serius buat aku?"
Anne menganggukan kepalanya. "Minum gih!"
William segera menerima segelas milkshake itu, kemudian meminumnya sampai habis. Anne menatap wajah William yang tengah menyedot milkshake. Seutas senyum terukir di sudut bibirnya. Seakan merasa sedang diperhatikan, William beralih ikut menatap Anne.
"Kenapa ngelihatin? Aku ganteng,ya?" tanyanya.
"Idih! GR banget!" Kata Anne sambil melempari William menggunakan tissue yang sudah ia bentuk menjadi bola. Karena tidak sempat menghindar, lemparan itu tepat mengenai wajah William. William tertawa, kemudian balas melempar tissue kearah Anne. Sayangnya, Anne sempat menghindar, sehinga bola tissue itu mengenai udara kosong. Namun, William tidak menyerah. Ia kembali membuat beberapa bola tissue, lalu melemparkannya kearah Anne. Seluruh lemparan William telak mengenai wajah Anne.
"Udah woi! jangan nyampah! kasihan nanti pelayannya kalau ngebersihin ini." Kata Anne berusaha mengakhiri perang. William tertawa, kemudian memunguti bola-bola tissue yang berserakan karena ulahnya.
Anne menyendok kuah seblak, kemudian menyeruputnya sampai suapan terakhir. William juga melakukan hal yang sama. Sepertinya, rasa pedas yang tadi ia rasakan sudah berkurang. Berganti dengan cita rasa yang tiada tara. Sebiji dumpling cheese menjadi penutup seblak milik Anne. Anne mengunyahnya secara perlahan. Menikmati manisnya keju yang mengalir keluar dari dumpling tersebut. Dua mangkuk seblak merekapun tandas.
"Eh foto dulu, yuk!" Ajak William setelah selesai merapikan mangkuk dan gelasnya. Anne mengiyakan ajakan William, kemudian William segera mengambil ponselnya.
"Say cheese!"
"Cheese!"
Selesai berfoto, William mengajak Anne untuk segera pulang karena hari sudah semakin sore. Mereka berdua kemudian berjalan kearah kasir untuk membayar, sekaligus mengambil lemon tea yang tadi sempat dipesan oleh William. Melihat Anne yang ingin mengambil dompet, William segera menghentikan gerakannya.
"Aku aja." kata William sanbil memegang lengan Anne lembut.
"Loh? kan tadi aku udah janji ke kamu!"
"Udahlah. Kali ini biar aku aja,okay?"
Anne hanya diam. Dari dulu, ia memang tidak pernah bisa menolak keinginan William, apapun itu. Anne kembali memasukkan dompetnya kedalam tas sambil menunggu William selesai membayar.
"yuk, Anne."
Anne mengangguk, kemudian mengikuti langkah William.
Sesampainya di parkiran, William segera mengambil motornya, sementara Anne menunggu dibawah sebuah pohon bunga Tatebuya yang sedang bermekaran. Anne segera naik keatas motor begitu William sampai didepannya.
"Berangkat!" seru William sambil menarik gas. Motorpun melaju. Meninggalkan resto Seblak Ndoer yang semakin sore semakin ramai.
"Kayaknya Seblak Ndoer bakalan jadi langganan ku." Kata William ditengah-tengah perjalanan.
"Iya. Tapi, besok lagi nggak usah sok-sok an langsung pesen yang level lima!" Anne menyahut. Kemudian ia kembali tertawa ketika mengingat wajah William yang memerah karena kepedasan. Sementara didepannya, William hanya mencibir.
"hehehe, just kidding!" Kata Anne sambil berusaha menahan tawanya.