Matahari bersinar cerah. Warna biru mendominasi langit, tanpa ada awan yang menutupinya. Dedaunan bergoyang-goyang ketika tertiup angin. Burung-burung terlihat berterbangan kesana kemari seakan ikut menikmati indahnya pagi ini.
Anne tengah berjalan dengan langkah cepat. Ia sesekali menoleh kesana kemari seperti tengah mencari seseorang. Setelah melewati taman, Anne berbelok kearah lorong yang cukup sepi. Ia kemudian berhenti tepat didepan sebuah pintu.
"gudang..." gumam Anne. Ia pun segera mengambil kunci dari dalam saku roknya, kemudian memasukkan kunci itu kedalam lubang kunci. Anne kemudian mendorong kenop pintu secara perlahan. Begitu Anne membuka pintu, debu-debu segera menyerbu kearahnya, membuat Anne segera terbatuk-batuk.
"Astaga! uhuk! kotor banget ni gudang. Uhuk!" kata Anne sambil terbatuk-batuk. Anne segera menutup hidungnya. Ia kemudian memencet sebuah tombol lampu yang berada di sebelah kiri nya.
Lampu menyala. Sekarang, Anne dapat melihat gudang ini dengan lebih baik. Lampu di gudang ini memang remang, namun sudah lebih dari cukup untuk melihat keseluruhan isi gudang. Kardus-kardus yang dipenuhi debu terlihat memenuhi ruangan. Sarang laba-laba menghiasi langit-langit gudang. Buku-buku tua tertata rapi disebelah meja kayu tua yang juga dipenuhi debu. Beberapa sisi tembok dipenuhi retakan, seakan menunjukkan bahwa gudang ini jarang tersentuh oleh manusia. Di pojok ruangan juga terlihat sebuah jam antik kuno besar yang berdiri gagah. Suara dentingan jam terdengar seiring bergeraknya jarum jam, sedikit memecah suasana lengang. Anne mulai berjalan semakin masuk kedalam gudang. Bau gudang yang tidak sebab, dan juga debu dimana-mana membuat Anne tidak ingin berlama-lama berada disini. Anne kemudian membuka sebuah lemari yang sudah lapuk, mencari sesuatu didalamnya.
"Nah, ini dia!" seru Anne. Begitu ia menemukan apa yang ia cari, Anne segera menutup lemari itu kembali.
Namun, tanpa sengaja, Anne menutup pintu lemari itu terlalu keras. Lemari itu bergetar hebat, dan sepersekian detik kemudian, kardus-kardus yang berada diatas lemari mulai berjatuhan kearah Anne. Anne berteriak, kemudian memejamkan matanya. Dan tepat pada saat itu juga, saat Anne sudah pasrah bila tertimpa kardus-kardus itu, ia merasakan ada sebuah tangan hangat dan terasa kuat menariknya mundur. Kardus-kardus itupun jatuh ke lantai dan menghasilkan bunyi berdebum yang keras. Anne terbatuk-batuk lagi, kemudian membenarkan poni rambutnya. Anne masih sangat terkejut dengan kejadian barusan.
"Kamu nggak apa-apa kan, Anne?" tanya seseorang. Suara itu, Anne sangat mengenali nya. Suara yang selalu terdengar lembut tapi tetap tegas. Suara yang membuat Anne merasa selalu aman dan nyaman ketika mendengarnya.
"Willy? Uhuk! Uhuk!" tanya Anne masih terbatuk-batuk sambil berusaha berdiri. Melihat itu, William kemudian segera membantu Anne berdiri.
"Makasih ya, Will," Kata Anne masih terbatuk-batuk.
William mengangguk, kemudian membelai lembut kepala Anne.
"Ada yang sakit?" tanya William khawatir.
"Enggak. Aku enggak apa-apa." Jawab Anne sambil memasang senyum.
"Ck, kamu selalu aja ceroboh. Kebiasaan banget!" kata William sambil menggeleng-nggelengkan kepala nya. Anne menyeringai sambil menggaruk kepala nya yang sebenarnya tidak gatal.
"wat doe je hier?" tanya William sambil membersihkan debu yang menempel di lengan baju nya.
"Oh, Bu Arum tadi nyuruh aku buat ngambil beberapa stopmap digudang. Ini stopmap..."
"Eh? STOPMAP NYA DIMANA WOI?!" teriak Anne panik ketika menyadari stopmap yang sedaritadi dipegangnya sudah tidak lagi berada di genggamannya.
"Aduh! pasti ketimpa kardus-kardus itu," keluh Anne. Wajahnya berubah menjadi murung. Sambil sedikit terisak, ia menoleh kearah William. Seketika itu juga, wajah masam Anne berubah menjadi senyuman lebar.
"Apaan?" tanya William sambil mengerutkan dahi. Entah kenapa, perasaan William menjadi tidak enak.
"Will..." Kata Anne sambil mendekat kearah William.
"Bantu angkatin kardus-kardus itu dong, please.." Kata Anne sambil menggelayut manja di lengan William.
"Eh? Apa-apaan? Nggak!" Tolak William.
"Ahh... please, Wil... aku kan nggak mungkin ngangkat ini sendirian," kata Anne memasang tampang memelas.
"Ayolah, Will.."
William masih menolak.
"Please..."
William menghembuskan nafas pelan. "Tapi nanti traktir seblak ya?" nego William.
"Iyadeh, nanti aku beliin seblak special favorite mu!" Jawab Anne mantap.
William memutar kedua bola matanya, "Oke deh." Jawab William sambil berjalan kearah kardus-kardus tersebut.
William mulai membereskan kardus-kardus tersebut. Satu persatu kardus mulai kembali ketempatnya semula. Butuh sekitar dua puluh menit untuk merapikan semua kardus-kardus itu. Dikarenakan ada beberapa kardus yang terbuka, sehingga isi kardus ikut berserakan dilantai. Anne ikut membantu William memasukkan barang-barang itu kembali kedalam Kardus. Sesekali William iseng menjahili Anne, yang lagi-lagi dibalas dengan cubitan maut milik Anne. Dua puluh menit kemudian, akhirnya, mereka selesai juga menata semua kardus-kardus yang tadi tanpa sengaja Anne jatuhkan. Sesuai dengan dugaan Anne sebelumnya, stopmap itu tertimpa kardus-kardus yang berjatuhan. William segera mengambil stopmap itu, kemudian memberikannya kepada Anne.
"Terimakasih, Will!" Anne tersenyum lebar ketika menerima stopmap itu, kemudian segera memeluk William erat.
"Maaf, sudah merepotkanmu..." ucap Anne lirih. William tersenyum, kemudian menempelkan dagu nya kepuncak kepala Anne.
"Geen probleem..." Jawab William sambil mengacak rambut Anne.
"Udah yuk, let's get out." Ajak William. Anne mengangguk, kemudian melepaskan pelukannya.
Mereka berdua segera berjalan keluar meninggalkan gudang. Tidak lupa, Anne menutup pintu gudang kembali. Kemudian, mereka berjalan berdampingan menuju ke kantor guru.
"By the way..." ucap Anne ditengah perjalanan.
"Kamu kok bisa ada digudang sih?" Tanya nya. William hanya mengangkat bahu.
"Ya... iseng aja, tadi lagi jalan-jalan disekitaran gudang. Terus aku denger suara dari arah gudang, kirain maling." Jawab William.
"Kamu ngira aku maling?"
"Nggak ding, kirain tadi mak lampir." Jawab William sambil menjulurkan lidahnya.
"Ih! William mah rese!" kata Anne sambil berusaha mencubit lengan William, tapi gagal karena William berhasil menghindarinya lebih dulu.
"Wlee enggak kena!" Kata William sambil berlari kecil meninggalkan Anne. Melihat William menjauh, Anne tertawa kecil, kemudian segera berlari menyusul William.
"Tunggu,Will!" teriak Anne sambil terus berlari.
____________________
"Wah! terimakasih banyak ya,Anne. Maaf sudah merepotkan." Ucap Bu Arum berterimakasih sambil menerima stopmap dan kunci gudang yang diberikan Anne.
"Iya, bu. Sama-sama. Sama sekali tidak merepotkan kok!" Balas Anne sambil menyunggingkan senyumnya yang manis.
"Oh, iya.. itu yang didepan William Anthony Gilbert kan? dia, pacar kamu?" Tanya Bu Arum sambil menunjuk William yang sedang berdiri disebelah pintu masuk. Mendengar itu, Anne tertawa kecil.
"Oh, bukan. Itu Sahabat saya, Bu." Jawab Anne.
"Oh... Habis, kalian berdua deket banget! Banyak loh guru-guru yang bilang gitu juga." Kata Bu Arum sambil tertawa ringan. Anne hanya menanggapi nya dengan anggukan.
"Yasudah, kamu boleh kembali ke kelas. Sekali lagi, ibu mengucapkan banyak terimakasih!"
Anne mengangguk, kemudian mulai berjalan meninggalkan meja Bu Arum. Namun, baru dua langkah Anne berjalan, Bu Arum kembali memanggilnya.
"Eh, Anne!"
Anne segera membalikkan badannya.
" Ngomong-ngomong, kamu cocok juga sama William." Kata Bu Arum sambil tersenyum menggoda. Anne hanya diam. Ia bisa merasakan pipi nya memerah ketika mendengar itu. Sejurus kemudian, Anne langsung membalikkan badannya, dan berjalan cepat, keluar dari kantor.
"Gimana? Udah?" Tanya William sekembalinya Anne dari dalam kantor.
"Udah. Kamu balik ke kelas aja gih! sebentar lagi bel nih." Kata Anne mengingatkan.
William segera mengecheck arloji di tangan kanannya, kemudian ia mengangguk setuju. "Benar juga. Yaudah, aku duluan ya! Bye!"
William mulai berjalan meninggalkan Anne.
"Will!" seru Anne tiba-tiba.William segera membalikkan badannya, kemudian memasang ekspresi bertanya.
"Makasih ya! Nanti sepulang sekolah aku traktir seblaknya!" kata Anne sambil mengedipkan sebelah matanya. William tersenyum, lalu membalasnya dengan memberikan jempol. Ia kemudian kembali berjalan menuju ke kelasnya.
Anne masih diam didepan pintu. Menatap punggung William yang semakin lama semakin menjauh. Seutas senyum kecil terukir dari bibirnya. Tiba-tiba...
"Kenapa berdiri disini? Ayo masuk ke kelas!"
Anne nyaris melompat saking terkejutnya dengan tepukan tiba-tiba di bahunya. Ia menoleh, dan mendapati Pak Angga tengah menatap nya dengan ekspresi menyelidik.
"Eh? hehehe...iya, Pak. Maaf." Kata Anne menyeringai. Pak Angga hanya menggelengkan kepalanya, kemudian berlalu. Sepeninggal Pak Angga, Anne menghembuskan nafas lega, kemudian segera mempercepat langkah menuju ke kelas.