Read More >>"> Palette (STARRY NIGHT) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Palette
MENU
About Us  

Dara tidak biasa terbangun tengah malam. Namun, malam ini rasanya panas sekali. Ini bahkan belum tengah malam, Dara lalu mengingat-ingat. Berapa lama dia tertidur tadi? Ini hari ketiganya shift pagi. Minimarket tempatnya bekerja memberlakukan rolling shift setiap sebulan sekali. Jadi, selama sebulan ke depan dia hanya akan bekerja sampai pukul empat sore. Saat shift malam, Dara akan mencari pekerjaan sampingan untuk mengisi waktu pagi hingga sore harinya. Namun, saat shift pagi, gadis itu tidak bisa melakukan hal yang sama. Dia akan segera berangkat tidur setelah jam makan malam.

Hari ini Dara malah sudah tertidur sebelum jam makan malam. Pak Mahdi dan istrinya belum pulang dari warung. Naga? Aduh, jangan pernah menanyakan keberadaan pemuda itu pada Dara. Selain tidak peduli, Dara merasa Naga tidak pernah pulang. Pemuda itu akan keluar rumah bersama Dara, tetapi ketika gadis itu pulang, Naga belum juga kembali.

Saat melihat Bu Mahdi tidur pulas di sampingnya, Dara tersenyum. Beberapa hal dari ibu Naga membuatnya mengingat Mama. Rindu? Bukankah sudah jelas? Dara tidak pernah berada jauh dari ibunya selama ini.

Gadis itu bangkit dan beranjak keluar dari kamar. Mungkin duduk-duduk di taman rusun bisa membuatnya merasa segar. Pelan-pelan dia menutup kembali pintu di belakangnya, lalu sedikit terperanjat saat melihat Pak Mahdi tidur di sofa.

Dara mendesis. Naga gimana, sih, bapaknya dibiarin tidur di sofa gitu. Saat melihat pintu kamar Naga yang terbuka sedikit, Dara mengendap-endap ke kamar pemuda itu. Berniat membangunkannya agar Pak Mahdi bisa melanjutkan tidur di dalam kamar.

“Ga....” Dara berbisik sambil membuka pintu kamar lebih lebar. Gadis itu lalu terpaku di depan pintu yang masih dia pegangi kenopnya. Alih-alih menemukan Naga di dalam kamar, Dara justru melihat kertas-kertas yang berserakan di atas ranjang pemuda itu. Kemudian di sudut ruangan, sebuah kanvas berisi warna-warna random tergeletak begitu saja di lantai bersama beberapa kaleng cat. Dara memiringkan kepalanya untuk melihat cat-cat itu lebih saksama.

Akrilik? Fabric?

Gadis itu menggumam seraya mengangkat jenis cat yang dia gumamkan. Dahinya mengernyit. Sebuah pertanyaan terlintas di kepalanya saat melihat beberapa kaleng cat semprot juga ada di antara cat-cat itu. Naga melukis? Cowok kayak dia?

Mengabaikan segala penilaiannya tentang cowok seperti apa Naga itu, Dara memilih bangkit dan duduk di pinggiran ranjang. Sungguh, Dara hanya iseng saat melihat kertas-kertas yang berserakan di sana. Gadis itu tidak pernah berniat lancang, dia hanya ingin mengumpulkan berkas itu supaya tidak tercecer. Namun, siapa sangka dia akan menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.

Nama perusahaan dan alamat di amplop cokelat itu yang membuatnya tertarik. Saat menarik isinya, Dara membelalak. Gadis itu disambut dengan ijazah serta setumpuk sertifikat dan piagam beratasnamakan Sastra Nagara. Semuanya dari satu bidang; Seni Rupa. Kenapa dia masih nganggur kalau punya semua kualifikasi ini?

Sekeping VCD ikut jatuh saat Dara membalikkan amplop dan mengeluarkan semua isinya. VCD Presentasi, Dara menyimpulkan isinya dari judul yang tertulis di sampul kepingan itu. Gadis itu menimbang-nimbang, akan menyimpan benda itu atau tidak.

“Kalau gue balikin isinya kayak semula, Naga pasti nggak akan sadar ini hilang.” Rasa penasaran membuatnya nekat mengambil VCD itu dan menyembunyikan bersama barang miliknya yang lain. Setelah mengatur ranjang seperti semula, Dara buru-buru keluar dari kamar itu. Niatnya mencari udara segar belum hilang meski sempat terdistraksi.

Lantai satu rumah susun ini terdiri dari ruko-ruko yang tampaknya masih beraktifitas hingga malam hari. Beberapa warung kopi masih tampak ramai. Dara membalas senyum seorang lelaki yang tengah membuang isi asbak ke dalam tempat sampah di depan sebuah warnet. Hanya senyuman basa-basi. Lelaki itu juga belum tentu mengenalnya. Ah, siapa sih dia memangnya. Benar kata Naga, dia hanya numpang hidup di sini.

Dara tertegun saat melihat punggung yang familier di tengah taman. Naga. Bahkan pemuda itu masih mengenakan kaos yang sama dengan yang dipakainya siang tadi. Saat Dara mendekat, gadis itu mendengar denting gitar. Dia baru sadar, Naga tengah memangku sebuah gitar. Kepala pemuda itu menengadah, seolah chord yang akan dia mainkan tertulis di langit hitam. Dara ikut menengadah, kemudian tersenyum. Langit tidak benar-benar hitam ternyata.

“Gue pikir yang suka lihatin bintang tuh cuma cewek-cewek yang bucin sama drama Korea.” Dara mengempaskan tubuhnya tepat di samping Naga. Gadis itu terkekeh saat melihat ekspresi terkejut di wajah Naga. “Oh, iya. Gue lupa. Lo emang satu spesies sama cewek-cewek itu.”

Paan, sih, lo. Dateng-dateng ngomong nggak jelas.” Pemuda itu sudah berhasil menguasai dirinya, kemudian kembali memainkan gitarnya.

“Ngapain lo malem-malem ngamen di bawah pohon randu? Emang Mbak Kuntinya mau kasih lo duit?”

Naga mendengkus, kemudian membalikkan badan dan menghadapkan punggunya pada Dara. “Gue nggak tahu lo ngapain ke sini. Tapi ini tempat umum. Urus aja urusan lo sendiri, jangan gangguin gue.”

“Sensi amat.” Dara terkekeh, mengabaikan nada sinis dalam ucapan Naga. “Baru ditolak sama CEO incaran lo?”

Pemuda di sampingnya itu berbalik dengan cepat, kemudian mendesis tepat di depan wajah Dara. “Gue nggak mau kasar sama cewek ya, Ra. Apalagi sama lo.”

“Semarah apa pun lo, gue tahu lo nggak akan main fisik.”

Naga membuka mulutnya, hendak membalas. Namun, hal itu urung dia lakukan. Sejujurnya, dia tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Dara.

“Orang yang main fisik itu nggak tahu caranya pake otak. Elo bukan orang kayak gitu.” Dara menghela napas saat melihat Naga belum juga mengerti. “Kenapa lo nggak pernah gunain kemampuan otak lo buat hal yang lebih berguna? Daripada lo ngeband nggak jelas, main-main doang, dapet duit juga jarang. Lo punya kompetensi, kenapa nggak dipakai?”

Mata Naga memicing. “Lo masuk kamar gue.” Bukan pertanyaan, Naga menyimpulkan semuanya dalam satu pernyataan. “Sialan.” Pemuda itu melempar gitarnya kesal.

Sorry. Gue nggak sengaja dan nggak bermaksud lancang. Gue cuma penasaran.” Dara tidak terusik dengan kemarahan Naga. Gadis itu tetap pada posisi duduknya, mempertahankan ekspresi datar di wajahnya. “Lo pernah ngelamar di Palette tiga tahun lalu. Kenapa nggak nyoba lagi kalau ditolak? Setahu gue....”

“Setahu lo, Palette selalu buka lowongan pekerjaan buat fresh graduate, bukan lulusan fosil kayak gue.” Naga nyaris menggeram, menahan emosinya.

“Ah.” Dara kehilangan kata-kata. Dia melupakan bagian itu. Haruskah dia bicara pada Dimas untuk mengubah peraturan itu? Tapi dia sudah memutuskan tidak akan ikut campur dengan urusan Palette. Akan sangat menyebalkan jika nanti Dimas meledeknya karena mengubah peraturan hanya demi seorang lelaki.

“Gue emang suka sama lo, Ra. Tapi bukan berarti lo berhak ikut campur dalam urusan pribadi gue. Kalau pun kita punya hubungan, katakanlah kita pacaran, lo juga nggak punya hak buat nilai hidup gue. Kecuali kita menikah, lo boleh sepuasnya ngatur gue.”

Dara mendengkus malas. “Gue cuma tanya, ya. Bukannya pengin nilai atau ngatur hidup lo. Geer amat lagian.”

Naga terkekeh. “Tanpa gue jawab, seharusnya lo udah tahu apa jawaban dari pertanyaan lo. Sebelum nanya, lo pasti udah nyari tahu soal Palette, kan? Orang kayak lo nggak mungkin nyerang orang lain tanpa senjata.”

Dara bangkit dari duduknya, kemudian berkacak pinggang. “Gue nggak nyerang, ya. Buat apa lagian.”

“Buat lo bandingin sama pacar sukses lo itu misalnya.”

Dara kesal sekali saat mendengar penekanan suara Naga pada frasa ‘pacar sukses lo’. Gadis itu mengentakkan kakinya seperti anak-anak yang tidak mendapatkan keinginannya. Naga tertawa melihat tingkah Dara itu.

Pemuda itu bangkit kemudian mendekat pada Dara. “Gue nggak keberatan kalau lo mau ngatur hidup gue. Lo tahu kan, apa syaratnya?”

“Lo!” Dara mengangkat tangannya dan menunjuk tepat di depan hidung Naga. Pemuda itu kembali terkekeh, lalu meraih tangan Dara.

“Jangan pakai alasan lo lebih tua kalau mau nolak. Tingkah lo sama sekali nggak nunjukin seseorang yang bentar lagi kepala tiga.” Naga mendecak sambil menggeleng-geleng. Tanpa menunggu Dara bereaksi, pemuda itu beranjak dari sana.

Dara ingin menjerit, tapi kemudian tersadar, dia akan menarik perhatian banyak orang. Mungkin bukan hanya orang-orang di lantai satu saja yang akan mendengar jeritannya nanti.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • idhafebriana90

    Nggak ada notifnya

    Comment on chapter TWICE
  • vanilla_hara

    Ini kalau nge-like muncul notif gak, sih? Biar Naga tahu gitu aku datang. 🤣

    Comment on chapter TWICE
Similar Tags
Rekal Rara
7780      3073     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. ▪▪▪ Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
The Legend of the Primrose Maiden
640      331     1     
Fantasy
Cinta dan kasih sayang, dua hal yang diinginkan makhluk hidup. Takdir memiliki jalannya masing-masing sehingga semua orang belum tentu bisa merasakannya. Ailenn Graciousxard, salah satu gadis yang tidak beruntung. Ia memiliki ambisi untuk bisa mendapatkan perhatian keluarganya, tetapi selalu gagal dan berakhir menyedihkan. Semua orang mengatakan ia tidak pantas menjadi Putri dari Duke Gra...
Lily
1086      498     4     
Romance
Apa kita harus percaya pada kesetiaan? Gumam Lily saat memandang papan nama bunga yang ada didepannya. Tertulis disana Bunga Lily biru melambangkan kesetiaan, kepercayaan, dan kepatuhan. Lily hanya mematung memandang dalam bunga biru yang ada didepannya tersebut.
The Ruling Class 1.0%
1209      500     2     
Fantasy
In the year 2245, the elite and powerful have long been using genetic engineering to design their babies, creating descendants that are smarter, better looking, and stronger. The result is a gap between the rich and the poor that is so wide, it is beyond repair. But when a spy from the poor community infiltrate the 1.0% society, will the rich and powerful watch as their kingdom fall to the people?
Sebelas Desember
2947      936     3     
Inspirational
Launa, gadis remaja yang selalu berada di bawah bayang-bayang saudari kembarnya, Laura, harus berjuang agar saudari kembarnya itu tidak mengikuti jejak teman-temannya setelah kecelakaan tragis di tanggal sebelas desember; pergi satu persatu.
Reminisensi
0      0     0     
Fan Fiction
Tentang berteman dengan rasa kecewa, mengenang kisah-kisah dimasa lampau dan merayakan patah hati bersama. Mereka, dua insan manusia yang dipertemukan semesta, namun bukan untuk bersama melainkan untuk sekedar mengenalkan berbagai rasa dalam hidup.
Fix You
550      323     2     
Romance
Sejak hari itu, dunia mulai berbalik memunggungi Rena. Kerja kerasnya kandas, kepercayaan dirinya hilang. Yang Rena inginkan hanya menepi dan menjauh, memperbaiki diri jika memang masih bisa ia lakukan. Hingga akhirnya Rena bersua dengan suara itu. Suara asing yang sialnya mampu mengumpulkan keping demi keping harapannya. Namun akankah suara itu benar-benar bisa menyembuhkan Rena? Atau jus...
Bee And Friends
1967      857     1     
Fantasy
Bee, seorang cewek pendiam, cupu, dan kuper. Di kehidupannya, ia kerap diejek oleh saudara-saudaranya. Walau kerap diejek, tetapi ia memiliki dunianya sendiri. Di dunianya, ia suka sekali menulis. Nyatanya, dikala ia sendiri, ia mempunyai seseorang yang dianggap sebagai "Teman Khayalan". Sesosok karakter ciptaannya yang ditulisnya. Teman Khayalannya itulah ia kerap curhat dan mereka kerap meneman...
SURGA DALAM SEBOTOL VODKA
5855      1523     6     
Romance
Dari jaman dulu hingga sekarang, posisi sebagai anak masih kerap kali terjepit. Di satu sisi, anak harus mengikuti kemauan orang tua jikalau tak mau dianggap durhaka. Di sisi lain, anak juga memiliki keinginannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Lalu bagaimanakah jika keinginan anak dan orang tua saling bertentangan? Terlahir di tengah keluarga yang kaya raya tak membuat Rev...
Premium
Titik Kembali
3833      1287     16     
Romance
Demi membantu sebuah keluarga menutupi aib mereka, Bella Sita Hanivia merelakan dirinya menjadi pengantin dari seseorang lelaki yang tidak begitu dikenalnya. Sementara itu, Rama Permana mencoba menerima takdirnya menikahi gadis asing itu. Mereka berjanji akan saling berpisah sampai kekasih dari Rama ditemukan. Akankah mereka berpisah tanpa ada rasa? Apakah sebenarnya alasan Bella rela menghabi...