Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lenna in Chaos
MENU
About Us  

Bandung, beberapa hari setelah May Day yang chaos.

Semenjak kamu menghilang, aku seakan tidak pernah dewasa. Usiaku seperti terhenti. Aku terkadang masih tidak sadar soal pekerjaanku, apa ambisiku, dan bagaimana nasibku.

Meski begitu, soal pekerjaan, aku cukup senang dengan letak kantorku yang berada di antara bangunan tua eksotis peninggalan Belanda. Jalanan itu cukup ramai didatangi oleh turis. Kalau ada festival, jalanan itu juga sering ditutup bagi kendaraan umum. Alasan utama letak kantor di sana adalah media tempatku bekerja sudah berdiri cukup lama. Setelah terhimpit oleh gempuran modernisme serta internet yang menguasai manusia, kini media tempatku bekerja merambah ke portal daring. Di mana segala informasi tentang seisi kota dibuat dan didistribusikan dengan cepat.

Namun, selain letak bangunannya yang berada di antara bangunan tua, aku senang karena ketika jam delapan pagi aku mengarungi trotoarnya cahaya matahari seakan bersinar hangat-hangatnya. Cahaya itu mengguyurku. Biasanya pohon tabebuya akan menebarkan guguran kelopak bunganya yang berwarna kuning. Tapi kali ini pohon itu belum kunjung berbunga. Ranting-ranting botaknya seakan menggantung menghiasi langit.

Di pagi itu, aku juga lihat beberapa penjual lukisan sedang menggelar lapakannya. Harum roti menyerbak dari sela-sela Toko Roti Sumber Kudapan yang terletak tidak jauh di sebrang kantor. Itu berarti, setidaknya aku masih akan terus menjalani kehidupan dengan berbagai macam aroma, perasaan, dan sedikit harapan.

Aku percaya bahwa nafas yang kuhirup adalah alasan mengapa aku masih di sini, bertahan dengan segala ketidakmungkinan yang ada: kebun teh di Kampung Cukul, kabut yang menyelubungi hamparan kebun teh, suara motor honda butut milik Aksara, selingkuhan Papa, dan kakakku yang terobsesi menjadi Elizabeth Gilbert yang pergi melanglangbuana demi mendapat keseimbangan diri. Begitu aku memasuki lobi kantor yang dihuni sofa reyot, lemari usang yang dipenuhi arsip dan dokumen, serta meja kayu rapuh, aku segera bersyukur bahwa aku masih diberi kesempatan untuk mengalihkan perhatian dan setidaknya masih menjadi waras sejenak.

Kantorku masih sepi saat aku tiba di mejaku yang super berantakan dan tumpukan paper dan berkas hasil wawancara para anak magang. Kukira Maia atau Ian tidak akan membiarkan mejaku seberantakan ini. Tapi rupanya mereka lebih memilih sibuk sendiri daripada menyenangkan hatiku yang baru saja nyaris mati kemarin lusa. Setelah insiden kekacauan parah itu, aku tidak tau mereka kabur ke mana dan bagaimana mereka bisa menyelamatkan diri. Grup Whatsapp kami sepi-sepi saja dan mereka mungkin belum tau apa yang telah terjadi padaku tempo hari, petang itu.

Belum lagi anak-anak magang itu kerja setengah hati. Apa-apa maunya disuapin terus. Emangnya dunia kerja selembek itu? Bukannya sombong, meskipun aku wartawan anak bawang di antara Maia, Yuka, dan Ian, namun tulisanku tidak pernah sejelek anak-anak magang itu. Aku pandai bukan berkat bakat alami diriku. Aku pandai di bidang yang kugeluti sekarang karena seseorang.

 

*

 

Semuanya karena kamu. Aku nggak pernah bosan menyanjungmu.

Lagi-lagi, aku seratus persen yakin bahwa kamulah yang mempengaruhi kehidupanku menjadi jauh lebih berani dan lebih baik daripada diriku sebelumnya: hedon, hobi mabuk, apatis, dan membeli buku hanya karena ingin dianggap keren. Namun, ketika kamu sering hadir di kehidupanku, aku mulai percaya jodoh adalah cerminan diri. Kamu membuatku “berani” untuk menyentuh buku-buku di pojok kamar yang selama ini terlanjur kusia-siakan. Kamu membuat mataku terbuka lebar pada realitas kehidupan yang aduhai, terlalu berwarna-warni. Kamu juga memberiku kenangan di sana-sini – di tiap-tiap sudut kota dan bahkan setiap semburat cahaya yang seringkali tidak kusadari.

Kamu merupakan kawan lama Mas Sultan, wakil pemimpin redaksi kantor beritaku. Sewaktu kalian duduk di bangku SMA yang sama, kalian adalah junior dan senior di Partha, salah satu ekskul perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung di sekolah kalian. Kalian juga sering terlibat diskusi malam hingga pagi, naik gunung bersama, serta sempat mengadakan program lapakan buku pinggir jalan kecil-kecilan bersama teman-teman yang lain. Berkat Mas Sultan pula, kamu tertarik menjadi jurnalis.

Setelah lulus kuliah, kamu mendapatkan peluang-peluang bagus di berbagai macam media berkat rekomendasi Mas Sultan sebelum akhirnya kamu mulai bergabung bersama suatu tim dan berkelana menciptakan film dokumenter tentang illegal logging di seantero Kalimantan bersama salah satu NGO internasional.

Itulah masalahnya.     

 

*

 

Waktu berdentang; kemudian kenyataan kembali menjentikkan jarinya di hadapanku.

Maia dan Yuka berdatangan satu per satu. Mereka mengucapkan selamat pagi sembari memelototi kening dan pipiku yang lebam-lebam. Kemudian mereka saling menarik kursi dan duduk mengerubungiku. “Ya ampun, Len! Wajahmu berantakan banget!”

“Aduh! Sakit banget, ya?”

“Jadi, ini alasan kemarin kamu bolos? Si Ian stress tuh harus wara-wiri ngeliput ke Kota Baru Parahyangan dan ke kantor bupati buat ngegantiin kamu.”

Aku menyahut dengan lesu, “Saya juga stress banget, Mbak Mai. Susah tidur. Semua badan rasanya kayak nyut-nyutan.”

“Terus yang nolongin kamu waktu kamu celaka pas kerusuhan itu siapa, Len?” tanya Yuka penasaran. “Untung aja kamu nggak ditangkap polisi, lho. Segini aja udah syukur banget. Denger-denger waktu itu banyak yang ditangkap.”

Aku kembali mengingat momen genting itu. Tanpa kuminta, sekonyong-konyong, pria yang tidak kukenali itu hadir bak malaikat dan menyelamatkanku dengan begitu heroik. Dia hadir dan membawaku pergi meninggalkan suasana yang kacau dan gelapnya petang. Aku masih ingat, udara di sana membuat mata kami perih. Hal terpenting selanjutnya, dia segera menyadarkanku bahwa aku masih hidup. Setelah dia membawaku ke tempat yang jauh lebih tenang, dia membantuku mengoleskan sedikit odol di bawah kelopak mataku dan membantuku meneguk air mineral.

“Nah, itu dia, Yuk. Dari nametag-nya yang nggak sengaja saya lihat, kayaknya yang menolong saya waktu chaos itu wartawan media sebelah, deh. Saya nggak sempat tanya namanya lagi. Ah, kayaknya kalau dia nggak segera datang, saya pasti udah mati kelindes orang-orang.”

“Husy!”

Maia dan Yuka geleng-geleng kepala sama obrolanku yang ceplas-ceplos. Meskipun mereka mungkin sama sekali tidak menyadari bahwa sebenarnya dari dulu aku sudah berkeinginan untuk mati, aku mencoba menertawakan hal itu dan menjadikannya sebuah candaan gelap.

Di tengah-tengah pekerjaanku menulis beberapa konten untuk situs, sebuah surel masuk ke dalam kotak masuk. Dari namanya saja aku sudah tau siapa dia. Bang Fredi. Orang yang selalu aku maki-maki namun aku masih akan terus menantikan kabar darinya. Tenggorokanku selalu tercekat saat mendapati surelnya mampir di jam-jam kerja ataupun tengah malam. Jemariku bergetar saat aku meng-klik surel itu.

Meskipun aku sering kali mencoba untuk berharap lagi dan lagi, aku selalu tau bahwa jawaban Bang Fredi akan selalu sama.

 

Selamat pagi, Mbak Lenna. Seperti biasa, saya belum mendapat kabar apa-apa lagi. Bisakah Mbak Lenna berhenti menanyakan Aksara? Kompensasi dari pihak kami pun sudah diterima oleh pihak keluarga dua tahun lalu dan mereka menerimanya dengan lapang dada. Kelak, jika kami mendapatkan kabar mengenai Aksara, kami akan segera mengabari Mbak Lenna.

 

Tiba-tiba kelopak mataku berair.

 

***

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Into The Sky
519      333     0     
Romance
Thalia Adiswara Soeharisman (Thalia) tidak mempercayai cinta. Namun, demi mempertahankan rumah di Pantai Indah, Thalia harus menerima syarat menikahi Cakrawala Langit Candra (Langit). Meski selamanya dia tidak akan pernah siap mengulang luka yang sama. Langit, yang merasa hidup sebatang kara di dunia. Bertemu Thalia, membawanya pada harapan baru. Langit menginginkan keluarga yang sesungguhnya....
Dikejar Deretan Mantan
555      334     4     
Humor
Dikejar Deretan Mantan (Kalau begini kapan aku bertemu jodoh?) Hidup Ghita awalnya tenang-tenang saja. Kehidupannya mulai terusik kala munculnya satu persatu mantan bak belatung nangka. Prinsip Ghita, mantan itu pantangan. Ide menikah muncul bagai jelangkung sebagai solusi. Hingga kehadiran dua pria potensial yang membuatnya kelimpungan. Axelsen, atau Adnan. Ke mana hati berlabuh, saat ken...
When Magenta Write Their Destiny
6332      1720     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
KEPINGAN KATA
536      342     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!
A CHANCE
2004      896     1     
Romance
Nikah, yuk!" "Uhuk...Uhuk!" Leon tersedak minumannya sendiri. Retina hitamnya menatap tak percaya ke arah Caca. Nikah? Apa semudah itu dia mengajak orang untuk menikah? Leon melirik arlojinya, belum satu jam semenjak takdir mempertemukan mereka, tapi gadis di depannya ini sudah mengajaknya untuk menikah. "Benar-benar gila!" πŸ“ŒπŸ“ŒπŸ“Œ Menikah adalah bukti dari suatu kata cinta, men...
DELUSION
6463      1881     0     
Fan Fiction
Tarian jari begitu merdu terdengar ketika suara ketikan menghatarkan sebuah mimpi dan hayalan menjadi satu. Garis mimpi dan kehidupan terhubung dengan baik sehingga seulas senyum terbit di pahatan indah tersebut. Mata yang terpejam kini terbuka dan melihat kearah jendela yang menggambarkan kota yang indah. Badan di tegakannya dan tersenyum pada pramugari yang menyapanya dan menga...
Dream of Being a Villainess
1443      819     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...
Photograph
1706      805     1     
Romance
Ada banyak hal yang bisa terjadi di dunia dan bertemu Gio adalah salah satu hal yang tak pernah kuduga. Gio itu manusia menyenangkan sekaligus mengesalkan, sialnya rasa nyaman membuatku seperti pulang ketika berada di dekatnya. Hanya saja, jika tak ada yang benar-benar abadi, sampai kapan rasa itu akan tetap ada di hati?
Rekal Rara
13357      3814     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. β–ͺβ–ͺβ–ͺ Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
Asoy Geboy
6243      1722     2     
Inspirational
Namanya Geboy, motonya Asoy, tapi hidupnya? Mlehoy! Nggak lengkap rasanya kalau Boy belum dibandingkan dengan Randu, sepupu sekaligus musuh bebuyutannya dari kecil. Setiap hari, ada saja kelebihan cowok itu yang dibicarakan papanya di meja makan. Satu-satunya hal yang bisa Boy banggakan adalah kedudukannya sebagai Ketua Geng Senter. Tapi, siapa sangka? Lomba Kompetensi Siswa yang menjadi p...