"Ada apa?" tanya Vincent sambil menyelonjorkan kakinya dengan santai.
"Aku bosan. Kita jalan-jalan saja. Siapa tahu ada objek menarik buat lukisanku. Kamu tahu kan, aku butuh suasana baru?" ujar Vino yang memang sangat suka melukis.
"Terus kalau memang ada objek yang menarik, aku harus mati bosan sambil nungguin kamu berkutat sama kanvas dan cat minyakmu?" sindir Vincent. Vino tertawa terkekeh. Vincent bangkit berdiri lalu mengambil jaketnya.
"Ayo!" ucap Vincent yang disambut cengiran Vino. Ternyata Vino sudah siap dengan kanvas dan cat minyak di dalam tasnya. Dengan penuh semangat, Vino dan Vincent pergi keluar dari apartemen berlantai lima belas itu.
“Kita mau ke mana?” tanya Vino saat sudah berada di mobil Vincent.
“Ke taman seni.”
====
Mobil yang Feli tumpangi berhenti di sebuah restoran mewah yang menjadi restoran favoritnya dulu. Ia menoleh ke supir yang mengantarkannya.
“Pak Rehan menyuruh saya mengantarkan nona ke tempat ini. Dia sudah memesan tempat atas nama Feli,” ucap supir itu tanpa ditanya. Feli mengangguk mengerti. Ia bergegas turun dari mobil dan masuk ke restoran itu. Sudah lama sekali dia tidak datang ke restoran ini. Dulu saat dia masih menjadi Kristal, Feli sering sekali ke restoran ini bersama Rehan, Arinda dan Raymond. Ia jadi teringat momen kebahagiaan itu. Hati Feli terasa sedih.
Feli diantarkan ke mejanya. Ia belum memesan apapun tapi rupanya Rehan sudah memesankan menu favoritnya. Feli terharu. Papinya masih ingat makanan kesukaannya di restoran ini. Gurami asam manis di restoran ini sangatlah enak. Perut Feli langsung berbunyi, sudah tak sabar ingin makan makanan favoritnya itu.
Setelah puas makan makanan favoritnya, Feli kembali ke mobil. Supir Rehan menunggunya di parkiran. Ia tampak sedang menelepon seseorang. Tak lama dia menutup teleponnya.
“Ayo nona! Kita ke destinasi selanjutnya,” ucapnya sambil membukakan pintu mobil untuk Feli.
“Kita mau ke mana?” tanya Feli bingung.
“Taman Seni.”
====
Taman seni di akhir pekan dipenuhi kerumunan orang. Terlebih lagi karena ada acara festival seni yang memang rutin diadakan hampir tiap akhir pekan. Kali ini mereka juga mengadakan pesta kostum negara asia. Feli bisa melihat banyak orang memakai kostum. Ada yang memakai baju hanbok, pakaian tradisional Korea maupun hanfu, pakaian tradisional Cina. Feli jadi ikut tertarik menggunakan pakaian indah itu. Lagi pula Feli juga ingin menyamar agar tidak dikenali orang. Sebenarnya Feli sudah cukup banyak melakukan penyamaran. Rambut pendeknya dicat coklat kemerahan. Matanya memakai soflens biru muda. Ia juga memakai jaket hoodie. Penampilannya mirip cewek tomboy. Mungkin tidak akan ada yang tahu kalau Feli adalah Kristal.
Antrian yang cukup panjang tidak menghalangi niat Feli untuk menyewa hanfu. Dia ingin sekali mencoba memakai hanfu. Suara berisik dari arah panggung membuat beberapa orang yang datang akhirnya mengurungkan niat menyewa kostum untuk pergi melihat acara di panggung. Tak sampai lima belas menit, Feli sudah bisa menyewa hanfu. Ia langsung berganti pakaian. Selain hanfu, Feli juga mengambil topeng kucing putih yang ada di depan kasir.
Baru juga Feli keluar dari tempat penyewaan kostum, mendadak tangannya ditarik oleh seseorang. Feli mau menjerit tapi saat melihat gadis di hadapannya, ia terdiam.
“Feli alias Kristal kan?” ucap seseorang yang berwajah mirip dengannya. Siapa lagi kalau bukan Viona. Papinya menghubungi supir yang mengantar Feli. Supir itu memberitahu lokasi Feli sehingga Viona bisa bertemu dengan Feli.
“Kamu__” Feli mengamat-amati wajah Viona yang mirip dengannya. Bedanya, Viona berambut hitam panjang dengan poni depan. Ia tampak feminim, berbeda dengan Feli yang tampak tomboy.
“Viona. Eh, bukan. Aku Kristal sekarang,” ujar Viona sambil mengamat-amati Feli. Baru pertama kali ini, mereka saling bertemu. Selama ini, mereka hanya saling tahu dari omongan orang lain. Kali ini, mereka bisa bertemu langsung.
“Kenapa namamu jadi Kristal?” tanya Feli bingung sambil mengamat-amati sekelilingnya. Ia tidak mau ada yang mendengar pembicaraan penting yang rahasia ini. Untungnya suara berisik mikrofon di dekat situ dan kesibukkan orang-orang menonton acara di panggung mengabaikan Feli dan Kristal yang mengobrol serius.
“Mami yang minta. Aku tahu alasan yang sebenarnya. Mami mau merahasiakannya demi melindungi papi dan kamu. Kalau sampai publik tahu kamu anak haram, kamu pasti sedih," ujar Viona terang-terangan. Feli mengetatkan rahangnya. Ia tidak suka nada bicara Viona yang seolah mengejeknya.
"Kamu sendiri, pengen jadi Kristal atau pengen publik tahu yang sebenarnya?" tanya Feli ingin tahu. Viona tersenyum.
"Aku mau publik tahu yang sebenarnya supaya aku nggak perlu pura-pura jadi Kristal lagi. Aku mau nunjukkin ke semua orang kalau aku bisa lebih baik dari kamu." Feli bisa melihat sorot mata sedih Viona saat mengatakan hal itu. Ia tahu, menjadi orang lain membuat hidup jadi melelahkan. Itu juga yang dia rasakan selama ini. Dia harus berusaha menutupi identitasnya sampai ia sering ketakutan.
"Kayaknya kamu benci banget sama aku," tuduh Feli dengan sorot mata jengkel.
"Menurutmu begitu?” Viona tersenyum kecil. “Dari kecil, aku sudah terobsesi buat ngalahin kamu. Kenapa? Karena mamamu yang aku kira mamaku itu selalu memuji-muji kamu. Dia nggak pernah memujiku. Dia malah melarang aku nyanyi dan bermain drama. Yang lebih parah lagi, aku malah diseret keluar waktu audisi.” Ungkapan sakit hati itu diungkapkan Viona pada Feli. Feli sendiri tidak menyangka, mamanya melakukan hal kejam itu pada Viona. Ia makin kecewa pada mama kandungnya itu.
“Kamu pasti benci banget sama dia,” kata Feli simpati. Viona mendekati Feli. Feli bingung. Dia mundur dengan was-was. Ternyata Viona menyentuh rambut pendeknya. Viona teringat masa lalunya bersama Arinda.
“Dulu dia selalu memotong rambutku sampai pendek. Walaupun aku menangis nggak mau dipotong, dia tetap memotong rambutku dan mengancam akan membuangku ke panti asuhan.” Feli terkejut lagi dengan cerita Viona. Selama ini dia sibuk meratapi nasibnya sendiri dan tidak berusaha mencari tahu nasib Viona saat bersama Nayang dulu. Feli hanya merasa iri pada Viona karena Viona adalah anak kandung yang sah dari papi dan maminya, tidak seperti dia yang hanya anak selingkuhan.
“Aku nggak tahu itu. Maaf tapi aku juga korban,” ucap Feli terang-terangan. Dia menatap Viona dengan sorot sedih.
“Selama ini, aku iri sama kamu. Kenapa bukan aku yang anak kandung papi dan mami? Kenapa aku cuma anak selingkuhan? Mendadak saja, hidupku berubah. Semua kebahagiaan itu hilang dalam sekejap. Kamu yang sekarang hidup bahagia, kan?” sindir Feli yang membuat Viona tersenyum sengit.
“Kalau kamu mau bahagia, berusahalah! Kalahkan aku,” ucap Viona yang membuat Feli mengernyit bingung. Viona menunjuk acara yang sedang ramai di dekat situ.
“Ayo kita bertanding di sana. Aku mau dengar suaramu.” Ucapan Viona langsung membuat Feli melotot.
“Kamu gila? Gimana kalau orang-orang tahu siapa kita?” tukas Feli kesal. Viona tersenyum miring.
“Pakai topengmu itu. Aku juga akan pakai kostumku sendiri. Kalau aku menang, aku akan memberitahu publik yang sebenarnya jadi, kamu jangan sampai kalah.” Ancaman itu membuat Feli takut.
“Kamu mau papimu jadi gunjingan orang kalau publik tahu yang sebenarnya?” protes Feli.
“Papi sudah setuju kok,” balas Viona sambil tersenyum.
“Papi lagi sakit. Kamu mau membuat papi makin menderita?” Feli masih tak terima.
“Papi dan mami mungkin mau rujuk lagi. Aku bakal membela papi dan bilang kalau papi sudah menyesal dan dia sudah menebus kesalahannya selama ini. Papi sudah setia nungguin mami kembali. Itu bisa mengurangi hujatan publik.” Viona mengarang alasan. Sejujurnya, dia hanya ingin bertanding dengan Feli.
“Tunggu di sini. Aku akan ganti baju. Ikut tantangannya atau aku bakal membocorkan semuanya ke publik. Aku bisa membocorkannya di panggung itu!” Viona melirik ke panggung tempat acara berlangsung. Feli gugup. Ancaman itu membuat Feli terpaksa mengikuti kemauan Viona. Ia menunggu Viona berganti baju. Feli mengerutkan alisnya saat melihat Viona muncul dengan kostum malaikat. Ternyata ada juga baju seperti itu.
“Sudah siap?” tanya Viona sambil memakai topeng wajah dengan bulu-bulu putih di samping kanan kirinya. Feli langsung memakai topeng kucingnya. Mereka berdua berjalan ke arah panggung. Viona sudah menyiapkan semuanya. Ia sudah meminta asisten papinya untuk bicara pada penyelenggara acara kalau mereka berdua akan tampil menyanyi. Tentunya tanpa memberitahu identitas mereka berdua.
“Sebentar,” ucap Feli saat melewati toko alat musik. Dia tertarik melihat guzheng yang terpajang di depan sebuah toko musik. Feli ingin sekali memainkan guzheng dengan baju hanfu yang dipakainya. Pasti cocok sekali.
“Apa ini disewakan?” tanya Feli. Bapak penjual itu menggeleng.
“Semuanya dijual, bukan disewakan.” Feli tampak kecewa mendengarnya.
“Berapa harganya?” tanya Viona yang mendadak muncul di belakang Feli. “Aku akan membelinya. Aku juga mau harpa itu!” ucap Viona sambil menunjuk harpa yang terpajang di belakangnya.
====
“Kita ada tamu dadakan yang mau menyanyi di atas panggung ini. Mari kita sambut, dua gadis cantik ini!” Suara tepuk tangan meriah terdengar setelah pembawa acara itu mempersilakan Feli dan Viona naik ke atas panggung. Penampilan menarik mereka membuat penonton langsung bersemangat. Feli dengan hanfu merah dan topeng kucing putih, membawa guzheng mini yang dibelikan oleh Viona. Viona sendiri dengan kostum malaikat putih dan topeng, membawa harpa portabel.
“Wah! Tamu kita hari ini sudah membawa alat musiknya masing-masing. Mereka juga tampil keren. Tolong bisa memperkenalkan diri kalian dulu sebelum mulai bernyanyi,” kata si pembawa acara. Feli yang disuguhi mic terdiam gugup. Viona langsung mengambil alih mic.
“Sebut saja dia Red dan aku White. Kita akan menyanyi solo. Kalau kalian suka suaraku, tolong bisa isi keranjang putih ini dengan uang koin kalian. Kalau kalian suka suaranya, kalian bisa isi keranjang yang merah. Yang dapat koin lebih banyak berarti dialah pemenangnya,” ujar Feli yang sudah mempersiapkan semuanya dengan bantuan pegawai papinya.
“Oke, baiklah. Semua penonton yang akan menjadi juri menyanyi mereka. Pastikan kalian memilih yang suaranya paling merdu.” Pembawa acara itu terkekeh lalu mempersilakan salah satu dari mereka bernyanyi.
Dengan percaya diri, Viona tampil lebih dulu. Dia duduk di kursi lalu mulai memainkan harpanya. Alat musiknya memang sangat cocok dengan kostum malaikatnya. Viona mulai bernyanyi. Suaranya indahnya memukai banyak orang termasuk Feli yang berdiri menatapnya kagum. Di benaknya Feli berpikir, Viona memang cocok menjadi Kristal, penyanyi terkenal. Dentingan harpa yang dipetik dan suara indah Viona bersatu menenangkan pendengarnya. Suara itu bagaikan suara dari surga. Setidaknya, itulah pemikiran orang-orang saat ini termasuk Vincent dan Vino yang berada tak jauh dari sana.
“Kamu dengar suara itu?” tanya Vincent pada Vino yang asyik mencomot odengnya.
“Suara apa?” tanya Vino bingung.
“Suara nyanyian cewek,” ucap Vincent sambil menoleh ke arah panggung yang berada tak jauh dari tempatnya.
“Oh. Iya. Suaranya bagus ya?” ujar Vino. Dia mengeluarkan uangnya lalu membayar penjual odeng di depannya.
“Ayo kita ke sana! Cepat!” ucap Vincent sambil menarik tangan Vino. Sayangya kerumunan orang yang menonton acara itu menghalangi pandangan Vincent dan Vino. Vincent yang penasaran dengan penyanyi bersuara indah itu, berusaha mendekati panggung. Ia harus melihat dengan jelas siapa penyanyinya. Lagi-lagi Vincent berharap penyanyi itu adalah Kristal. Vino sampai mengomel karena setiap kali ada penyanyi bersuara emas, Vincent akan mencurigainya sebagai Kristal. Vincent seperti terobsesi dengan Kristal. Ia terus mencari Kristal lewat suara nyanyian.
Di akhir lagu, Viona memainkan nada harpa yang salah. Beberapa orang yang menyadarinya, termasuk Feli, ikut gugup karena nada itu cukup merusak penampilan Viona yang bagus Viona melirik Feli. Kemudian dia mengakhiri nyanyiannya. Tepuk tangan penonton terdengar. Viona mundur dan mempersilakan Feli yang menyanyi. Feli berjalan maju mendekati guzhengnya. Ia gugup. Sudah lama Feli tidak menyanyi di atas panggung seperti ini. Apalagi ada banyak orang yang menontonnya. Penampilan Viona yang bagus juga membuat Feli makin gugup. Ia tidak percaya diri. Viona sering menyanyi diam-diam di studio musik yang sering ia kunjungi tapi dia menyanyi sendirian, tanpa ada yang melihat dan mendengar.
Viona menepuk bahu Feli seolah menenangkannya. “Jangan sampai kalah! Ingat, rahasiamu!” bisik Viona yang membuat Feli makin gugup. Feli melirik penonton yang berkumpul. Mereka semua menunjukkan keantusiasan. Mereka pasti berekspektasi tinggi terhadap penampilan Feli. Feli mencoba menenangkan diri. Ia tidak mau kalah dari Viona. Ia tidak mau rahasianya terungkap. Setidaknya, jangan sekarang. Aku harus tenang. Anggap aku lagi sendirian saja.
Feli memetik senar guzhengnya. Dengan lihai, ia mulai memainkan guzhengnya. Saat ia ingin menyanyi, suaranya tersendat. Feli masih gugup. Demi mengatasi kegugupannya, dia menutup mata sejenak. Semua menanti suara nyanyian Feli. Viona yang berdiri di belakangnya ikut gugup. Feli akhirnya mulai bernyanyi. Suaranya awalnya pelan sampai-sampai Viona menyuruh bagian sound system untuk mengeraskan suaranya. Feli memang agak ragu dengan suaranya sampai-sampai dia memelankan suaranya. Namun beberapa saat kemudian, Feli mulai menikmati lagunya. Suara merdunya mengalun memenuhi ruangan. Bagian suara mulai mengatur suaranya kembali normal.
“Mereka pakai topeng,” celetuk Vino kecewa. Begitu pula Vincent yang sangat kecewa karena tidak bisa melihat wajah asli penyanyi itu. Vincent dan Vino memperhatikan penampilan Feli dan Viona dengan seksama. Vincent bahkan langsung mengeluarkan ponselnya untuk merekam penampilan mereka. Karena sempat terlambat datang, Vincent hanya bisa merekam bagian akhir penampilan Viona. Dia kecewa tidak datang lebih cepat.
“Suara mereka bagus banget.” Vincent terpukau. Vino mengangguk. Ia sendiri juga terpukau dengan penampilan mereka, terutama permainan musik mereka. Tangan Feli yang lihai memetik guzheng, membuat Vino jatuh hati walau belum melihat wajah aslinya. Ia memang suka menonton drama Cina bernuansa kerajaan. Dan penampilan Feli membuatnya teringat dengan drama itu. Feli mirip artis favoritnya yang ada dalam drama itu. Ia mengeluarkan ponselnya dan memotret Feli dengan semangat. Bukan hanya Vino dan Vincent yang merekam penampilan Feli dan Viona. Banyak penonton yang juga melakukan hal yang sama. Mereka ingin mengabadikan penampilan memukau itu di ponsel mereka.
Mata Vincent terpaku pada gadis berkostum malaikat. Ia jadi teringat Kristal yang menjadi pemeran malaikat dalam drama. Walaupun gadis itu sempat salah nada tapi suaranya sangat merdu. Vincent berusaha meneliti wajah gadis yang tertutup topeng itu. Ia bergantian melihat Feli dan Viona. Pikirannya menebak-nebak.
Feli yang menikmati musik tanpa sadar sudah selesai memainkan lagunya. Dia tersenyum lega ketika penonton memberinya tepuk tangan. Setelah sekian lama, akhirnya Feli bisa tampil menyanyi di depan orang banyak. Ia merasa senang. Perasaan ini membuat jantungnya berdegup kencang dan bibirnya menyunggingkan senyum yang selama ini jarang terlihat. Feli sadar, ia masih sangat ingin menjadi penyanyi. Ia juga suka menjadi pemain musik.
“Baiklah. Itulah penampilan kedua gadis cantik ini. Mereka berdua benar-benar hebat! Apa kalian memang penyanyi?” tanya sang pembawa acara. Feli menggeleng dan Viona hanya angkat bahu.
“Kalau begitu sekarang para penonton silakan mulai memberikan voting buat mereka. Kasih koin sebanyak-banyaknya di keranjang merah kalau kalian suka dengan penampilan Red. Kalau kalian suka penampilan White, kalian taruh koin kalian di keranjang putih. Kita kasih waktu sampai sepuluh menit. Harap gantian dan pelan-pelan. Jangan berdesak-desakan!” Feli dan Viona tampak gugup. Mereka memperhatikan para penonton yang mulai memberikan voting.
“Kamu mau voting yang mana? Aku suka Red,” ucap Vino sambil tersenyum dan menatap Red yang berdiri di atas panggung. Vincent masih memperhatikan dua gadis di depan. Mungkin karena berpenampilan malaikat, Vincent mencurigai Viona sebagai Kristal jadi dia memilih White.
Setelah sepuluh menit berlalu, para panitia acara sibuk menghitung jumlah koin yang ada. Ada banyak koin yang terkumpul. Para penonton memang sangat antusias ikut voting. “Kira-kira siapa yang menang?” tanya pembawa acara, membuat Feli dan Viona gugup. Para penonton mulai berteriak. Ada yang bilang Red. Ada yang mendukung White. “Sebenarnya para penonton dan juga aku sendiri, penasaran banget sama kalian. Buat yang nanti menang, apa bisa melepas topengnya? Kita penasaran.” Ucapan pembawa acara itu langsung disambut heboh oleh para penonton. Mereka semua juga penasaran dan ingin melihat wajah asli kedua penyanyi itu.
“Maaf, aku nggak bisa. Kalau kalian penasaran, aku akan membuka identitas kita di lain waktu,” ujar Viona yang disambut kekecewaan penonton. Salah satu panitia selesai menghitung dan memberitahu hasilnya pada si pembawa acara. Pembawa acara itu tersenyum. Viona dan Feli terlihat tegang. Hasilnya sudah keluar.
“Pemenang yang mendapat voting paling banyak dalam lomba menyanyi kali ini adalah____” Si pembawa acara sengaja membuat jantung mereka berbunyi. Mereka semua tak sabar mengetahui hasilnya.
“Pemenangnya adalah___” Semua makin tak sabar. “Red! Selamat untuk Red!” Pengumuman itu membuat Feli dan Viona terkejut. Mereka saling lirik. Feli kira, Viona akan menatapnya marah tapi sebaliknya, Viona malah tersenyum miring. Entah apa arti senyum miringnya itu. Yang pasti, Feli lega karena itu berarti rahasianya aman. Dia tidak menyangka bisa mengalahkan Viona. Kepercayaan dirinya perlahan muncul.
“Penampilan kalian berdua sangat bagus tapi tetap ada yang harus kalah. Kalah sekarang, belum tentu kalah di kemudian hari. Tetap semangat semuanya!” Tepuk tangan riuh kembali terdengar. Viona dan Feli pamit undur diri. Saat mereka sudah berada di balik panggung, mereka langsung bergegas menjauhi kerumunan. Mereka tidak mau dikerumuni orang yang penasaran dengan wajah mereka. Untungnya di balik panggung sudah ada asisten Viona yang memang sudah disuruh Viona untuk bersiap. Asisten itulah yang mengangkut alat musik mereka. Feli dan Viona bisa segera melesat menuju tempat yang lebih sepi tanpa harus membawa-bawa alat musik mereka yang berat dan besar.
“Kamu menang. Senang?” tanya Viona. Feli menatap Viona penuh selidik.
“Buat orang yang kalah, kamu terlihat senang.” Feli menyindir Viona. Viona tertawa, membuat Feli makin bingung. Entah kenapa, Viona suka sekali tersenyum. Dia bahkan bisa tertawa padahal telah dikalahkan Feli. Bukankah Viona berambisi untuk mengalahkannya? Bukankah Viona membencinya?
“Aku cuma mengetesmu. Lain kali, kita harus bertanding lagi karena aku nggak akan mengalah lagi.” Ucapan itu membuat Feli sedikit tersinggung. Viona mengalah padanya? Ia tak percaya.
“Jadi maksudmu, kamu sengaja kalah?” Viona mengangguk sambil tersenyum.
“Aku tahu kamu jarang nyanyi dan sudah lama banget nggak pernah tampil di depan umum kayak tadi. Aku takut kamu kalah dan rahasiamu terungkap. Kamu juga minder kan?” seru Viona mengejek. Feli mengepalkan tangannya kesal. Egonya tersentil.
“Makanya sering-sering latihan. Kalau sudah, kita bertanding lagi. Aku nggak mau punya lawan cupu kayak kamu. Nggak seru!” ejek Viona. Feli menghentakan kakinya kesal. Viona benar-benar pintar menyulut emosinya. Dia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Viona. Viona tersenyum. Dia berjalan mengikuti Feli ke arah tempat persewaan kostum tadi. Feli berniat mengembalikan baju yang dipakainya ini. Namun kemudian, Viona meraih pergelangan tangan Feli lalu mengajaknya berlari. Feli bingung dan hendak menghempaskan tangan Viona yang seenaknya menggandengnya.
“Ada yang mengikuti kita,” bisik Viona yang membuat Feli terkejut. Dia berniat menoleh ke belakang tapi Viona lagi-lagi menyeretnya pergi. Saat mereka berlari, ada orang di belakang mereka yang juga berlari mengikuti. Feli dan Viona makin gugup dan makin mempercepat langkah kaki mereka.
“Aku tahu tempat yang aman,” ucap Feli. Dia memang mengenal taman ini. Dulu, dia pernah syuting drama di tempat ini saat masih menjadi Kristal, si artis cilik. Terakhir Feli datang ke tempat ini, ia malah diculik oleh penculik. Membayangkan kejadian itu, membuatnya bergidik. Tapi sekarang ia merasa tenang karena ada orang yang bersamanya. Tangan erat yang menggandeng tangannya membuat Feli merasa memiliki teman. Faktanya mereka bukanlah teman tapi saudara. Membayangkan memiliki saudara seperti Viona membuat Feli bergidik. Akan menyenangkan memiliki saudara yang hebat seperti Viona tapi Viona bersikap seperti musuh padanya.
“Auh!” Feli mendadak terjatuh karena pakaiannya yang membuatnya agak sulit berlari. Viona mengulurkan tangannya pada Feli hingga membuat Feli merasa canggung. Ia bingung dengan sikap Viona. Kadang Viona terlihat baik. Kadang dia terlihat jahat.
“Ayo cepat! Kamu mau dipergoki mereka!” tukas Viona yang uluran tangannya diabaikan oleh Feli. Feli melirik ke belakang lalu meraih tangan Viona. Mereka kembali berlari pergi.
“Masuk sini,” ucap Feli lalu masuk ke gedung kosong yang seperti tempat pentas. Ada tirai-tirai panjang di tempat itu.
“Aku sudah pernah ke sini. Ini tempat syuting Kristal dulu,” ucap Feli.
“Kamu bilang gitu seolah-olah kamu dan Kristal beda orang,” sindir Viona. Feli melirik tajam. Suara langkah kaki membuat keduanya terkejut. Mereka pikir, orang yang mengikuti mereka sudah pergi. Cepat-cepat Feli dan Viona bersembunyi di balik tirai.
“Kristal!” teriak seorang cowok yang membuat keduanya terkejut. Mereka bingung bagaimana cowok itu tahu identitas Kristal. Pelan-pelan, mereka mengintip orang yang berteriak itu. Feli mengenali cowok itu. Dia Vincent, pasangan malaikatnya dalam drama. Diam-diam, Feli yang merindukan cowok itu, sering melihat akun media sosial Vincent. Ia tahu Vincent sekarang seperti apa. Dia sudah menjadi seorang aktor hebat yang dikagumi banyak orang. Selain aktingnya, dia juga tampan. Tak heran dia makin populer.
“Apa kamu Kristal?” tanya cowok itu lagi. Tak lama seorang cowok lain datang.
“Apa sudah ketemu?” tanya cowok yang lain. Vincent menggeleng lemas.
“Sudahlah. Belum tentu salah satunya itu Kristal. Kamu nggak usah terlalu terobsesi sama dia,” omel Vino.
“Aku yakin dia Kristal,” ucap Vincent. Vino menghela napas kesal.
“Setiap penyanyi yang suaranya bagus, kamu yakin dia Kristal. Ada apa sih sama kamu? Sampai kapan kamu mau cari Kristal terus? Kata orang, dia ada di luar negeri kan?” Ucapan Vino itu menyadarkan Vincent. Dia memang terlalu terobsesi mencari Kristal. Dia merindukan malaikat hidupnya itu. Teringat oleh Vincent saat dia kecil dulu.
Vincent menangis. Dia tidak bisa berakting. Sutradara mengomelinya karena dia lupa percakapan yang ada di naskah. “Aku nggak mau akting lagi! Aku mau pulang!” teriak Vincent lalu berlari pergi. Ia tidak percaya diri. Sudah beberapa kali dia melakukan kesalahan dan karena itu, adegan yang sama harus diulangi sampai beberapa orang mengomel. Ini semua salahnya yang bodoh. Begitulah pemikiran Vincent.
“Kalau kamu pulang berarti kamu bukan cuma bodoh tapi pecundang!” Suara ejekan itu terdengar dari seorang perempuan bernama Kristal. Vincent ingin berteriak marah tapi Kristal menyodorkan naskah drama itu pada Vincent.
“Naskah ini bukan dihafalkan tapi dimengerti alur ceritanya. Kalau kamu ngerti, kamu jadi tahu harus ngomong apa nanti.” Kristal mengajari Vincent, sama seperti Arinda mengajari Kristal. Berkat Kristal, Vincent bisa berakting bagus.
“Kamu memang malaikat penolongku!” ucap Vincent lalu tersenyum.
Lamunan Vincent terganggu oleh tepukan di pundah Vincent. Vino menyadarkan Vincent. “Ayo pergi!” ajak Vino. Vincent dan Vino berjalan pergi keluar dari gedung. Feli dan Viona yang merasa keadaan sudah aman, segera keluar dari tempat persembunyian mereka. Viona menatap Feli dengan tatapan penuh tanya.
“Dia Vincent, pasangan malaikatku di drama malaikat kecil.” Penjelasan Feli membuat Viona teringat dengan drama itu. Ia tidak mengikuti perkembangan aktor tampan itu.
“Kayaknya dia suka banget sama kamu.” Ada pandangan sendu di mata Viona yang membuat Feli merasa seperti sedang dikasihani. Feli menggeleng.
“Kita dulu memang teman baik. Aku menghilang mendadak tanpa pamit. Wajar kalau dia nyari aku.” Mata Feli menerawang jauh. Dia rindu Vincent. Dia ingin bertemu dan mengobrol dengan Vincent. Sayangnya, dia tidak bisa membuka identitasnya pada Vincent. Feli merasa sedih.
“Kenapa kamu nggak coba ketemu dia saja? Lagi pula, dia belum tentu mengenalimu.” Feli menggeleng lemas.
“Aku bukan lagi Kristal. Aku Feli,” ucap Feli. Viona tersenyum kecil.
“Kalau gitu, aku akan muncul di depannya dan bilang kalau aku Kristal yang dia cari selama ini. Jangan salahkan aku kalau nanti aku jadian sama dia. Dia ganteng juga,” ujar Viona yang membuat Feli melirik kesal. Dia cemburu. Ia tidak ingin Viona menjadi dirinya di hadapan Vincent. Apa itu berarti Ia menyukai Vincent? Feli mengusir pemikiran itu dari benaknya. Ia tidak boleh menyukai Vincent karena rahasianya bisa terbongkar. Vincent seorang aktor terkenal. Pacar Vincent juga pasti akan disorot media. Dia tidak mau terlihat mencolok karena identitasnya pasti akan dibongkar publik.
“Terserah.” Feli berusaha terlihat cuek. “Kelihatannya sudah aman. Aku pergi!” pamit Feli tanpa memandang ke arah Viona.
“Jangan lupa sebelum pulang obati dulu kakimu yang berdarah!” ujar Viona yang membuat Feli melihat kakinya yang ternyata berdarah karena jatuh tadi. Dia sampai ttak sadar kakinya berdarah.
“See you soon. Nanti kita bertanding lagi!” ujar Viona lagi. Feli mendengus kesal.
====
Aku sempet kaget, ternyata ada adegan drama.
Comment on chapter Bab 1 - Drama Malaikat Kecil -Tp bicara ttg anak² itu bikin nyesek.
Btw walau dia bukan anak kandung. Kalau udah jd ibu susu bukannya sama aj ky darah daging sendiri ya