Gue sudah pernah cerita tentang asal-usul keluarga belum sih? Oh, belum ya? Oke, gue cerita sedikit. Jadi, Nenek Kakek gue itu blasteran JaSoKe -Jakarta Solo dan Kertakanyar (Kota di Kalimantan Selatan). Nah, dulu Bapak merantau ke Kalsel karena batu bara lagi ramai. Bapak dijadikan wakil bos batu bara gitulah. Gara-gara hal itu, Bapak nikah sama Mama yang notabennya keluarga pendidik. Kakek dari Mama memiliki sekolah MTs dan MA di Kalsel.
Pas gue SMA, batu bara down. Banyak yang menganggur. Begitu pula Bapak. Hal ini penyebab perceraian Mama dan Bapak. Bapak nggak kuat menghadapi Mama yang dominan terlebih soal keuangan. Singkat cerita, gue ikut Bapak. Mbak Iin ikut Mama. Oh iya, gue hanya punya kakak cewek.
Berhubung waktu kuliah bandel, Bapak marah-marah mulu. Jadilah orang tua ingin gue sama Mbak Iin bertukar tempat dulu. Gue pulang ke Kalsel semester akhir. Di Kalsel gue ketemu Allura.
Stop, cerita tentang gue. Kini balik ke laptop dan kertas untuk mengoreksi UTS mahasiwa-mahasiswi gue.
UNIVERSITAS UNSA FAKULTAS TEKNIK
UJIAN TENGAH SEMESTER PENDEK (UTS) TAHUN 2022
Mata Uji: Matematika
jurusan/Semester/Kelas: Teknik Mesin/1/A
Hari/Tanggal : Selasa/24 Juni 2022
Waktu : 09.00-12.00
–
Dosen Penguji: Adrish Alamar M. Mat
Diketahui permukaan (x,y,z) = x + y + za)
Tentukan vektor normal satu pada titik T (1,0,2) ?
Tentukan persamaan bidang singgun pada permukaan di T ?
Drttt…
Ponsel di dekat laptop bergetar. Gue lirik layarnya, ternyata Taqi menelepon di Whatsapp. Ada apa dia telepon jam segini? Apa terjadi sesuatu sama Allura? Selama 8 hari, gue nggak ada di kafe dulu. Sibuk pulang, ada dokumen yang harus di tanda tangani. Jadi sejak Mama meninggal, gue diamanahi mengurus sekolah. Huft, jadilah gue bolak-balik Solo-Kalsel.
Gue terima telepon Taqi.
"Hallo, ada apa Bro telepon malam-malam gini?"
"Kowe tahu kan Louann Brizendine, M.D. menyatakan bahwa wanita mengatakan sekitar 20.000 kata sehari."
Gue meninggikan alis. Masih nggak mengerti arah pembicaraan Taqi. "Terus?"
"Nah, maka dari itu Tuhan menciptakan pria untuk mendengarkan wanita bercerita dan berkata-kata. Kayaknya kita salah deh dua-duanya sibuk tanpa perhatian ke Allura. Ketika prianya sibuk, wanita akan mencari tempat bercerita di diri lelaki lain. Di situlah gampang banget dimasukin saitonirrojim."
Gue mulai emosi. Kebiasaan Taqi kalau berbicara tuh suka mutar-mutar dulu. "Jadi intinya apa? Nggak usah bertele-tele deh. Gue lagi sibuk ngoreksi hasil UTS nih."
"Jadi intinya, gara-gara kita terlalu sibuk, si Renaldy gerak cepat pepetin Allura. Gosip dari karyawan sih Renaldy udah jadian sama Allura. Terus parahnya lagi, dia berani miniem duit enam ratus ribu ke Allura. Katanya sih buat bayar utang, dia terlilit pinjol gitu. Entah dia make pelet apa, Allura luluh gitu aja."
"Wah, kurang ajar si Tengil."
"Makanya kowe buruan balik. Biar kita sidang Renaldy atau Allura sekalian."
"Oke, besok gue pulang."
"Nah, gitu dong. Bye."
Gue melongo. Dasar nggak sopan main matiin telepon gitu aja. Ya sudahlah, gue lanjut koreksi UTS.
***
Bandara Syamsuddin Noor pasca direnovasi besar-besaran semakin megah dan mewah. Nggak kalah dengan Bandara Djuanda Surabaya.
Gue memandangi papan pengumuman.
Keberangkatan
Lion Air F777: BDJ-YGY 14.00-15.00 WITA.
Gue melirik jam di pergelangan tangan gue. Jarumnya menunjukkan pukul 13.30. Masih setengah jam lagi.
"Hallo, kamu Adrish Alamar bukan?" Seseorang menyapa gue.
Gue mendongakkan wajah. Terlihat wajah familier. Siapa ya? Gue coba ingat-ingat.
"Si Riant, temen sebangku gue waktu kuliah di UNS bukan?"
"Bener banget."
"Wah, pangling gue. Sekarang penampilannya keren banget. Padahal dulu dekil, kusam, jelek."
"Hahaha. Bisa aja. Jadi apa kamu sekarang?"
"Dosen. Kamu sendiri jadi apa?"
"Dosen juga di UMY."
Mendengar kata UMY otak gue tertuju ke Renaldy.
"Eh, boleh nggak kapan-kapan gue main ke kampusmu?"
"Boleh dong. Sekalian nostalgia sambil ngopi-ngopi."
"Gue minta nomor WA-mu dong."
Gue mengeluarkan HP dan memberikannya ke dia. Dia mengetik nomornya di HP-ku.
"Kepada penumpang Lion Air: F666 tujuan Banjarmasin Yogyakarta untuk segera naik ke pesawat." Terdengar suara panggilan.
"Eh, itu pesawatku. Aku duluan ya."
Setidaknya gue sudah menyimpan nomornya. Awas aja Renaldy, bentar lagi gedokmu bakal terbongkar.
***
Jam 17.00 tiba di di Solo. Gue dijemput Taqi. Kami sama-sama ke A2T Cafebook. Benar saja, kedatangan kami disambut oleh pemandangan nggak menyenangkan. Renaldy asyik ketawa-ketawa sama Allura.
"Sore," sapa gue. Gue melemparkan tatapan tajam ke Renaldy.
"Sore juga Pak Bos. Maaf saya permisi dulu. Mau balik kerja."
"Kin, kita meeting sekarang."
Kami bertiga sama-sama ke ruangan CEO. Sesampainya di ruangan, Taqi menutup pintu dan tirai jendela.
"Kinari, jawab yang jujur, kamu jadian sama Si Tengil anak baru itu?"
"Dia punya nama. Namanya Ayden Renaldy. Kalau iya jadian kenapa? Kalau nggak kenapa?" jawabnya santai.
Gue berpandangan ke Taqi. Kami sama-sama menyadari Allura sudah berubah gaya bicaranya ke kami. Pasti sudah diracuni macam-macam sama Tengil Renaldy.
"Kalau emang jadian, putus sekarang juga! Kami nggak merestuinya."
Allura melotot tajam ke gue dan Taqi. "Kalian nggak berhak ya mengatur percintaan gue. Kalian itu statusnya hanya MANTAN dan partner kerja."
Dia menekankan kata 'Mantan' entah kenapa hati gue perih mendengar kata itu.
"Kami lagi berusaha melindungi kowe dari Saitonirrojim. Kami sudah mencium ketidakberesan terhadap Tengil Renaldy. Kami merasa dia masuk AT makai CV palsu dan dekatin kowe demi keuntungan pribadi doang," sahut Taqi.
"Kalian dari kemarin suuzon terus ke Renaldy. Padahal aslinya kalian cemburu kan? Kalau cemburu bilang, nggak usah fitnah orang. Aku nggak suka," protesnya.
"Wah, kowe rupane wes bucin akut sama Tengil. Diracunin apa otakmu sampe susah dibilangin?" tanya Taqi.
Sedangkan otak gue cemburu? Benarkah kami hanya cemburu ke Renaldy?
"Siapa yang cemburu? Ngapain kami cemburu ke karyawan baru? Kan sudah aku bilang, kalau mau nyari penggantiku itu harus di atas aku dari segi kepintaran, status, ketampanan dan lainnya. Kalau jika penggantiku di bawahku, itu namanya penghinaan."
"Kalau nggak cemburu, buktiin dong kalau ucapan kalian bener."
"Oke, aku akan bawa bukti ketidakberesan Renaldy."
"Udah kan meetingnya? Aku laper. Mo makan dulu. Menghadapi orang cemburu tuh bikin laper ya."
Brak!
Allura meninggalkan ruangan CEO dengan membanting pintu. Sial. Si Tengil benar-benar bisa mempengaruhi Allura. Gue jadi penasaran, dia memakai jasa dukun yang mana? Apa dukun Makassar lebih hebat makanya sanggup membuat Allura berubah drastis? Padahal baru seminggu kami tinggalkan. Sejauh kami kenal Allura, dia gadis manis yang berbicara sopan dan lembut. Nah, tadi dia nggak ada lembut-lembutnya.
Sukses, Mbak Arini
Comment on chapter Chapter 1 (Kinari Allura)