Read More >>"> Girl Power (Bertemu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Girl Power
MENU
About Us  

"Aku ingin bertemu denganmu, tetapi aku tidak tahu di mana kau tinggal dan beruntungnya aku tahu itu sekarang. Setidaknya tempatmu bekerja." Mingyu mencoba memberi alasan.
"Tapi, aku tidak ingin bertemu denganmu. Pergilah!"
"Sunmi!"
"Kau sedang belajar mejadi seorang penguntit. Kau sadar hal itu tidak baik, 'kan? Kau mengerti? Kalau ada seorang penggemar melakukan hal yang sama padamu. Kau juga pasti tidak menyukainya, bukan? Merasa sangat terganggu."
"Maaf, aku terpaksa melakukannya. Aku rindu padamu, Sunmi. Jadi, aku melakukan segala cara."
Mendengar kalimat yang Mingyu utarakan, membuat Sunmi terperangah sejenak.
"Bagaimana keadaan perutmu? Apa masih sakit?" tanya Sunmi seraya menyentuh bagian perut Mingyu.
"Sangat sakit. Sepertinya perutku lebam."
"Maaf, tetapi itu karena salahmu sendiri."
"Kalau aku langsung menampakan diri di depanmu, aku khawatir, kau tidak ingin bertemu denganku dan menjauh."
"Tidak, aku tidak akan seperti itu."
"Sungguh?"
"Ayo, ikut ke tempatku! Aku akan mengobati lebam di perutmu."

Mingyu diam-diam menahan senyumnya. Jantungnya seperti ingin melompat keluar dari tubuhnya. Perasaan bahagia yang muncul secara tiba-tiba. Ia mengikuti langkah Sunmi. Setibanya di sana, Sunmi lekas mencari obat dan kompres es untuk Mingyu. Sunmi menyuruh Mingyu untuk membuka kancing kemejanya pada bagian perut yang lebam. Mingyu ragu. Wajahnya mulai memerah. Perlahan, ia membuka kancingnya. Setelah bagian perutnya terekspos, Sunmi segera mengompres bagian perut Mingyu yang lebam. Mingyu merasa kesakitan. Namun, ia menahannya. Setelah selesai mengompres, Sunmi mengolesi bagian lebamnya dengan krim. Perut lebam Mingyu telah terobati, ia pun beranjak menuju dapur, lantas menyediakan secangkir teh hangat dan beberapa potong cheese cake  untuk Mingyu.

"Kenapa? Sempit ya tempat tinggalku?"
"Tidak, bukan begitu. Aku hanya tidak menyangka segala hal tentangmu. Kau bisa sekuat ini mengahadapi masalah, kudengar Direktur diam-diam selalu mengamatimu dari jauh sehingga ia tahu di mana kau tinggal. Aku tahu kau bekerja di kafe Te Amo pun berkat dia yang menyuruh Kak Junsu. Bagaimana jika kau pindah tempat tinggal?"
"Aku sudah tidak peduli lagi dengan semua yang berkaitan dengan KSJ. Aku juga ingin hidup bahagia."
"Dia tidak ingin paparazi mengetahui keberadaanmu dan membuat kekacauan lagi. Padahal, kekacauan kemarin bukan ulahmu!"
"Aku akan berhati-hati, Mingyu."
"Oh, iya! Aku kan bagian dari KSJ, jadi kau juga membenciku?"
"Tentu saja tidak, pengecualian untuk orang-orang yang selalu bersikap baik dan perhatian padaku. Mingyu, kau adalah orang yang paling perhatian di antara semua orang. Aku senang masih ada orang yang peduli padaku."

Mingyu sudah tidak mampu menahan senyumannya lagi. Kini senyumnya tampak lebar, bahkan ia tunjukan pada si gadis pujaan. Ia tidak menduga bahwa gadis itu akan berkata hal seperti itu di depannya. Mingyu tanpa sadar memeluk Sunmi erat, "Jika kau membutuhkan bantuan atau sesuatu, katakan padaku. Aku akan selalu ada untukmu. Ingat itu, Sunmi!"
"Mingyu!"
Mingyu pun melepas tautannya.
"Aku akan menyantap kue ini lalu pulang. Tidak baik terlalu lama di rumah seorang gadis. Aku bisa berubah menjadi monster nanti."
"Monster?"
"Hmm, monster yang akan memakanmu."
Sunmi terkekeh mendengar kalimat terakhir Mingyu, "Monster raksasa Min ... Gyu."
Mingyu melahap seluruh makanan yang Sunmi sediakan untuknya, lantas ia berpamitan untuk pulang. Sunmi pun berinisiatif untuk mengantar Mingyu. Awalnya Mingyu menolak. Namun, Sunmi memaksa.
"Sudah malam, aku bisa pulang sendiri."
"Baiklah, kalau begitu, hati-hati di jalan."

***

Lima belas menit setelah kepulangan Mingyu. Terdengar suara bel berbunyi. Sunmi beranjak menuju pintu, ketika ia membuka pintu. Ia terperangah, "Min ... Gyu. Kenapa kembali? Ada apa?"
"Aku tersesat. Gang di daerah ini terlalu banyak. Aku kebingungan mencari jalan."
Sunmi kembali terkekeh geli mendengar ucapan Mingyu. Mingyu tampak malu karena tadi telah menolak Sunmi untuk mengantarnya.
"Aku sudah katakan, ingin mengantarmu. Kau malah menolak."
"Iya. Maaf merepotkan. Ah, jangan begitu! Aku malu." Mingyu bersikap kekanak-kanakan kini. Ia menutup wajahnya dan berpura-pura manja kepada Sunmi, "Sunmi, jangan tertawakan aku! Aku tidak suka." Mingyu berceloteh manja pada Sunmi. Seolah ia adalah seorang anak kecil yang minta diantar oleh kakak perempuannya. Sunmi tidak mampu menahan tawanya. Ia terus tertawa di depan Mingyu.
"Ah! Memalukan!"
"Sudah, sudah. Tidak apa-apa. Kau memang selalu tampak bisa melakukan segalanya sendiri, tetapi terkadang malah gagal."
"Berhenti bicara begitu, Sunmi! Aku malu."
Mingyu tidak ingin mendengar ucapan Sunmi yang memang benar adanya. Ia menutup telinganya seraya berteriak. Sunmi terus terkekeh geli melihat sikap Mingyu. Mingyu memang terkadang bersikap kekanakan. Namun, Sunmi menyukai sisi Mingyu yang kekanakan. Hal itu membuat Mingyu tampak seperti manusia normal. Biasanya, Mingyu tidak mampu menunjukan sisi ini kepada semua orang kecuali orang yang dianggapnya dekat.

Ckrek! Terdengar suara dan tampak sekilas kilatan cahaya. Mingyu menghentikan langkahnya. Matanya mengamati sekitar, lantas menyuruh Sunmi untuk segera kembali ke rumahnya.
"Kau pulanglah! Sepertinya ada yang mengikuti kita. Sudah hampir dekat dengan jalan raya. Aku akan menunggumu di sini sampai kau tiba di rumah. Setelah sampai rumah, beri aku kabar. Setelah mendapat kabar darimu, baru aku pulang."
"Tapi ...."
"Cepatlah! Aku tidak ingin, kau diberitakan hal aneh-aneh lagi karena pertemuan kita sekarang."
"Iya, baiklah. Aku kembali ya, kau hati-hati. Aku akan langsung mengabarimu sesampainya di rumah."
"Bye! Mingyu."
"Bye! Kau juga hati-hati di jalan."

***

Setelah Sunmi kembali. Mingyu mulai mengamati keadaan sekitar, lantas mencari-cari sumber suara serta kilatan cahaya. Ia memandangi sebuah tempat. Seorang pria tampak sedang berdiri membelakangi Mingyu. Pria itu menoleh, kemudian berlari untuk kabur. Mingyu lekas mengejar pria tersebut. Ia berlari dengan sangat cepat. Namun, ia kehilangan jejak. Napasnya terengah-engah. Ia terhenti untuk mengambil napas dalam karena merasa kelelahan setelah berlari tadi.
"Argh! Dia lolos dari kejaranku. Awas saja jika muncul berita aneh karena kejadian hari ini!" Mingyu sangat dongkol karena tidak mampu menangkapnya.
Drrt! Terasa getaran di saku celana jeans-nya. Mingyu merogoh sakunya dan mendapatkan ponselnya. Sebuah pesan chat datang dari Sunmi. Ia mengabarkan bahwa dirinya baik-baik saja dan telah tiba di rumah dengan selamat. Mingyu merasa tenang. Ia pun kembali menuju jalan raya. Kini, ia telah menghafal jalan dengan baik.

***

Setibanya di asrama, Mingyu beranjak menuju kamar.
"Mingyu, dari mana saja kau?" Seongwoo terlihat heran. Ia sedang santai di dalam kamarnya. Mingyu ragu untuk mengatakan, tetapi mulutnya sudah merasa gatal. Ia pun memutuskan untuk membicarakannya dengan Seungwoo.
"Tadi, aku menemui Sunmi."
"Sunmi?"
"Tapi, ketika pulang, sepertinya ada yang diam-diam menangkap kami. Entah, kelak berita apa yang akan tersebar. Bodohnya, aku tidak menangkap pria itu. Padahal aku sudah berlari sekuat tenaga."
"Selamat kau, Bro! Siap-siap saja berita malam ini tersebar nanti!"
"Ah! Sudahlah. Aku mau mandi saja, lalu tidur. Kita lihat nanti saja berita apa yang akan tersebar!"
"Tunggu sebentar! Tapi, dari mana kau tahu keberadaan Sunmi? Bukankah, tidak ada yang mengetahui keberaadaanya, bahkan setahuku anggota Girls Power pun tidak tahu menahu." Seungwoo mulai bertanya-tanya. Ia menelisik dengan gaya seorang detektif.
"Rahasia. Aku menggunakan otak cerdasku untuk menelusuri keberadaannya," ujar Mingyu sembari menyentuh kepalanya dengan telunjuk.
"Cih! Otakmu otak udang. Mana mungkin!"
"Wah! Seungwoo mulutmu bahaya sekali! Otak udang katamu?"
"Hahahaha ... sudah mandi sana. Bukannya kau mau mandi."
"Iya, iya."

***

Keesokan harinya, ketika Mingyu baru saja bangun tidur. Terdengar dering ponselnya. Suara berisik dari ponselnya membuatnya harus tergugah dari tidur lelapnya. Tangan kananya meraih ponsel di atas nakas. Ia mengecek dengan mata yang masih mengantuk. Saat ponsel tersebut telah berhasil ia raih, dering ponsel berhenti. Ia mengecek siapa yang telah mengganggunya di pagi buta. Jeon Jeongkook. Nama itu yang masuk dalam daftar panggilan tidak terjawab. Terdapat sepuluh panggilan tidak terjawab dari sang Detektif.
"Pagi-pagi begini, ada urusan apa dia menghubungiku?" Otak Mingyu mulai mencerna, apa alasan Jeongkook menghubunginya? Ia hendak menghubungi si Detektif, tetapi ternyata ponselnya lebih dahulu berdering kembali. Ya, lagi-lagi Jeon Jeongkook.
"Ada apa?" tanya Mingyu malas.
"Baca pesanku, buka link! Cepat! Ada berita baru tentangmu!" ucap Jeongkook tergesa-gesa.
"Berita? Sudah kuduga. Aku tahu, akan menjadi seperti ini. Baik, akan aku cek beritanya," ujar Mingyu seraya memutuskan sambungan panggilannya.

Ia segera memeriksa pesan yang Jeongkook kirimkan. Setelah membacanya, lantas ia mengeklik link yang diberikan. Terbukalah sebuah portal berita, sebuah artikel mengenai dirinya terpampang jelas dengan sebuah judul 'Seorang anggota boygrup GL tertangkap kamera sedang berkencan dengan seorang wanita yang diduga mantan anggota GP'.
"Ternyata, hanya berita murahan seperti ini yang dibuat oleh pria semalam yang kukejar. Oke, masalah mudah. Lebih baik aku mandi dan bersiap melakukan klarifikasi."

***

Mingyu telah bersiap untuk berangkat. Namun, dering ponselnya terdengar kembali. Kini, giliran Sunmi yang menghubunginya. Mingyu menjawab panggilannya dengan secepat kilat. Ia tahu, pasti gadis itu sedang merasa khawatir.
"Halo, Sunmi," sapa Mingyu lembut.
"Mingyu, kau sudah membaca berita pagi ini?" tanya Sunmi cemas.
"Sudah, tetapi tenang saja. Aku pasti akan mengatasinya secepat mungkin. Ini bukan masalah untukku. Aku tidak akan menyeret namamu ke dalam masalahku."
"Tapi, Mingyu."
"Percaya padaku, Sunmi."
"Baiklah, aku percaya padamu."
"Sunmi, aku boleh mengunjungimu di kafe nanti sore?"
"Tentu saja, tidak boleh."
"Tidak boleh? Kenapa?"
"Aku bercanda, tentu saja boleh."
"Argh! Kau ini! Ya, sudah. Aku mau berangkat sekarang untuk menjelaskan berita murahan ini pada Direktur. Dia pasti sedang menunggu penjelasan dariku."
"Ya, baiklah."
Mereka pun memutuskan sambungan panggilan masing-masing. Mingyu merasa bahagia pagi ini berkat panggilan telepon dari sang gadis pujaan.
"Tunggu aku, Sunmi. Nanti sore kita akan bertemu. Mingyu, bersabarlah menunggu sore. Semangat!" gumam Mingyu bahagia.

 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku Biru dan Kamu Abu
572      325     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Aku Benci Hujan
4924      1391     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Jelita's Brownies
2902      1246     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
Let's See!!
1492      727     1     
Romance
"Kalau sepuluh tahun kedepan kita masih jomblo, kita nikah aja!" kata Oji. "Hah?" Ara menatap sahabat kentalnya itu sedikit kaget. Cowok yang baru putus cinta ini kenapa sih? "Nikah? lo sama gue?" tanya Ara kemudian. Oji mengangguk mantap. "Yap. Lo sama gue menikah."
Rewrite
6481      2178     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Love Al Nerd || hiatus
99      76     0     
Short Story
Yang aku rasakan ke kamu itu sayang + cinta
I'm not the main character afterall!
911      467     0     
Fantasy
Setelah terlahir kembali ke kota Feurst, Anna sama sekali tidak memiliki ingatan kehidupannya yang lama. Dia selama ini hanya didampingi Yinni, asisten dewa. Setelah Yinni berkata Anna bukanlah tokoh utama dalam cerita novel "Fanatizing you", Anna mencoba bersenang-senang dengan hidupnya tanpa memikirkan masalah apa-apa. Masalah muncul ketika kedua tokoh utama sering sekali terlibat dengan diri...
Aku Istri Rahasia Suamiku
8205      1885     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Play Me Your Love Song
3070      1251     10     
Romance
Viola Zefanya tidak pernah menyangka dirinya bisa menjadi guru piano pribadi bagi Jason, keponakan kesayangan Joshua Yamaguchi Sanjaya, Owner sekaligus CEO dari Chandelier Hotel and Group yang kaya raya bak sultan itu. Awalnya, Viola melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan tuntutan "profesionalitas" semata. Tapi lambat laun, semakin Viola mengenal Jason dan masalah dalam keluarganya, sesu...
Listen To My HeartBeat
416      254     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...