"Apa-apaan ini? Berita macam apa lagi ini? Kim Mingyu ini, benar-benar tidak sadar pada situasi. Sunmi lagi, Sunmi lagi. Dasar gadis pembawa malapetaka! Dia sudah kutendang dari KSJ pun malah menyeret anakku yang lain ke dalam berita sialan ini." Kim Seokjin merasa naik pitam akibat berita yang tersebar pagi ini. Ia merasa gemas dengan berita yang beredar luas mengenai Kim Mingyu. Di dalam foto sebuah artikel, tampak seseorang yang menyerupai Mingyu bersama seorang wanita. Sang Direktur tahu dengan jelas bahwa sosok itu memang benar adalah Kim Mingyu dan gadis yang sedang bersamanya ialah Han Sunmi.
Tok! Tok! Tok! Ketukan pintu terdengar kala Kim Seokjin sedang meracau. "Masuk!" perintahnya kepada seseorang di luar pintu. Tampak wajah Jeon Jeongkook muncul dari balik pintu. Ia pun berkata, "Kim Mingyu ingin bertemu Anda, Pak."
"Suruh dia masuk, aku ingin mendengar penjelasannya secara langsung. Berita ini tidak bisa dibiarkan begitu saja!"
"Baik."
***
"Kim Mingyu, ada apa ini? Mengapa kau diberitakan berkencan?"
Mingyu menyunggingkan senyuman di wajahnya, "Berikan aku kesempatan untuk melakukan klarifikasi. Berita itu sangat tidak kredibel. Bahkan, wartawan itu hanya mampu menduga-duga, bukan? Dia tidak tahu dengan pasti kalau wanita itu adalah Sunmi. Sebenarnya gadis itu adalah temanku, aku tidak bisa menjelaskan yang mana karena masalah privasi. Dia bukan artis dan pastinya akan merasa terganggu akan hal ini. Pastinya, bukan Sunmi. Sama sekali bukan Sunmi. Aku sudah tidak pernah bertemu dengannya lagi semenjak kau mengeluarkannya dari KSJ."
Kim Seokjin terdiam. Ia mendengarkan penjelasan Mingyu dengan cermat. Ia sangat mempercayai ucapan Mingyu. Sebab, Mingyu tidak pernah mengecewakannya sekalipun. Sehingga ia tidak pernah meragukan ucapan yang keluar dari mulutnya meskipun Mingyu tengah berdusta.
Dalam hati, Mingyu ingin tertawa terbahak-bahak saat memandangi wajah sang Direktur. Ekspresinya begitu serius.
"Bagus kalau begitu. Aku akan menyiapkan tempat untukmu melakukan klarifikasi. Memang sepatutnya kau melakukan hal itu untuk meluruskannya. Berani-beraninya wartawan itu ingin mencoreng namamu dengan berita konyol ini. Tapi, ingat Kim Mingyu! Tidak ada kencan selama menjalani kontrak dengan KSJ. Camkan itu!"
"Aku tahu dengan sangat jelas. Aku juga belum tertarik untuk berkomitmen dengan seseorang. Kau bisa percaya padaku, Direktur Kim."
"Baiklah, kalau begitu pembicaraan kita tentang berita kali ini selesai dan kau boleh keluar."
"Terima kasih, Direktur Kim telah percaya padaku."
Ketika Mingyu sedang melangkah menuju pintu. Kim Seokjin berkata, "Tidak ada waktu untuk bersenang-senang dengan wanita. Ketika kamu mulai jatuh cinta, ketika itu pula karirmu terganggu. Contohnya saja hari ini. Bahkan, gadis yang bukan kekasihmu diberitakan bahwa dia merupakan kekasihmu. Bagaimana jika gadis itu sungguh-sungguh kekasihmu? Pasti para wartawan akan memburunya habis-habisan. Namamu sedang melambung kini. Jadi, jangan bersikap sembarangan atau terlihat berduaan dengan seorang wanita. Berhati-hatilah di luar sana. Banyak mata yang diam-diam ingin menerkammu, Mingyu! Ada saatnya nanti kau bisa bersenang-senang. Bersabarlah!"
Kim Mingyu yang telah berdiri di depan pintu sembari memegang knop pintu menghentikan langkahnya untuk mendengar ucapan Kim Seokjin.
"Kata-katamu akan selalu kuingat, Direktur Kim. Kau tenang saja. Aku adalah seorang penyabar." Mingyu pun keluar dari ruangan.
***
Siang ini, Mingyu sudah bersiap untuk melakukan klarifikasi tentang berita yang beredar. Ia telah sangat siap untuk menjelaskan. Para wartawan telah duduk berkumpul di tempat masing-masing. Mereka memberi Mingyu tatapan sangar. Mereka seperti bersatu ingin menyerang Mingyu. Namun, Mingyu penuh percaya diri. Wajahnya menunjukan sebuah keberanian. Seperti sedang bersiap melawan musuh di medan perang. Matanya mencari sosok wartawan yang ia curigai semalam. Ia mendapati seorang wartawan pria yang menyerupai dengan sosok pria semalam dikejarnya. Namun, masih belum dipastikan. Apakah benar pria itu yang dikejarnya? Ia ragu karena tidak memiliki cukup bukti.
***
"Selamat siang. Saya, Kim Mingyu, anggota Gold Lion. Pagi ini saya mendapatkan berita kurang menyenangkan dari sebuah situs berita, Dipa News. Berita tersebut bersangkutan dengan saya sendiri. Dalam berita ini, saya dikabarkan sedang bersama seorang wanita dengan inisial HSM," Mingyu pun terkekeh lantas melanjutkan kembali ucapannya, "Berita ini 100% salah besar. Semalam, saya memang bersama seorang wanita. Namun, dia bukanlah HSM mantan anggota GP. Dia adalah teman saya. Saya tidak bisa menunjukan identitasnya, karena dia hanyalah orang biasa yang pasti merasa terganggu jika identitasnya diketahui khalayak umum. Dia bukanlah seorang yang ada di dunia hiburan. Aku tekankan, dia bukan HSM yang kalian duga. Sekali lagi, bukan HSM! Tidak ada kencan dalam hidup saya untuk saat ini. Saya rasa semuanya sudah jelas dan tidak ada lagi berita-berita yang beredar tentang hal ini. Terima kasih."
Setelah selesai melakukan klarifikasi, Mingyu lekas beranjak pergi. Para wartawan pun mengejar Mingyu. Namun, pria betubuh tinggi 186cm itu tidak peduli. Ia segera masuk ke dalam mobil lalu duduk santai sembari memejamkan matanya. Ia menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Di luar, para wartawan masih penasaran. Beberapa wartawan berteriak menyebut nama Mingyu dan bertanya, walaupun Mingyu tidak akan menjawab. Mereka mengerumuni mobil Mingyu. Hari ini Mingyu memiliki jadwal bersama grupnya untuk menghadiri sebuah acara program televisi. Tring! Sebuah pesan masuk. Ia yang memang sedang memegang ponsel pun diam-diam menahan senyuman. Pesan dari Sunmilah yang membuatnya ingin tersenyum.
'Mingyu, terima kasih karena tidak menyebut namaku. Kalau ada waktu luang datang ke kafe. Aku akan mentraktirmu.'
Mingyu pun membalas pesan tersebut. 'Aku akan datang ke sana sore ini. Janji ya! Aku akan memesan banyak makanan di sana. hehe ....'
***
Sesuai dengan perjanjian. Mingyu datang ke kafe pukul 5 sore. Ia mengenakan kaos oblong putih, celana jeans serta topi putih. Tidak lupa masker wajah yang wajib ia gunakan. Ia tidak ingin bergaya terlalu mencolok di depan umum. Setibanya di kafe, Mingyu segera menghampiri meja kasir. Sunmi yang sedang berdiri melayani pelanggan seperti biasa tidak mengenali Mingyu. Senyuman Mingyu tertutup masker. Ia pun membuka sedikit masker wajahnya lantas berbisik, "Sunmi, ini aku, Mingyu."
Sunmi yang mendengar bisikan Mingyu, mengamati wajah pria yang berdiri di hadapannya. Sunmi pun melakukan hal seperti biasa. Bertanya prihal makanan dan minuman apa yang akan dipesan. "Selamat sore, selamat datang di kafe Te Amo. Ingin pesan apa?"
"Chocolatte 1 dan Red Velvet Cheese 1," ujar Mingyu santai.
"Ada lagi?" tanya Sunmi.
"Kau akan mentraktir semua yang kupesan? Yakin?" oceh Mingyu menyindir.
"Tidak. Hanya pesanan pertama yang kutraktir. Pesanan selanjutnya bayar sendiri," balas Sunmi jengkel.
"Katanya semua makananku akan kau traktir."
"Aku tidak pernah berkata begitu."
"Iya, iya. Aku bercanda. Jangan marah begitu!"
"Ini pesananmu, selamat menikmati."
Mingyu mencari tempat duduk di dekat meja kasir. Beruntung, sore ini pelanggan tida sebanyak kali pertama ia kemari. Mingyu tetap mengenakan topinya. Ia hanya melepas maskernya. Untuk memasukan sepotong kue ke mulutnya, tentu saja harus melepas masker. Namun, ia tetap waspada. Ia tidak ingin orang-orang di sekitarnya menyadari keberadaannya.
Keadaan kafe cukup sepi. Hujan turun deras. Sunmi memutuskan untuk menghampiri Mingyu perlahan kemudian bicara dengan suara pelan, "Mingyu, temanku merupakan penggemarmu, katanya boleh tidak, foto bersama denganmu?"
"Di mana temanmu?"
"Ikut aku ke dapur! Mereka menunggu di dapur!"
"Baiklah, ayo."
"Terima kasih."
***
Saat kembali menuju tempat duduknya, Mingyu memicingkan matanya. Ia mendapati Sunmi sedang bersenda gurau dengan seorang karyawan pria. Wajah Mingyu berubah menjadi masam. Ia berdeham sekali. Suara dehamannya cukup keras sehingga cukup untuk membuat Sunmi dan temannya menghentikan percakapan. Mereka pun terdiam dan saling menatap. Sunmi bergegas memberi segelas air putih untuk Mingyu. Ia melihat bahwa minuman Mingyu telah habis. Sebab, tampak dari gelas bening yang tampak kosong.
"Ada apa? Tenggorokanmu gatal?"
Mingyu terperangah mendengar pertanyaan Sunmi. Ia lantas terkekeh geli akibat pertanyaan itu. Ia pun menjawab pertanyaan Sunmi, "Ia tenggorokanku rasanya gatal. Sangat gatal!" Mingyu menekankan kata gatal pada kalimatnya, "Kau tidak bisa menemaniku mengobrol di sini?" Mingyu berbisik, ia tidak ingin teman-teman Sunmi mendengarnya.
"Aku sedang bekerja, aku kemari untuk mengantarkan air putih ini. Aku khawatir terjadi sesuatu pada tenggorokanmu."
"Iya, tenggorokanku sangat-sangat gatal!"
"Cepat minum!" titah Sunmi tegas.
"Iya, ini aku minum. Lihat!" Mingyu pun meminum segelas air putih yang Sunmi berikan padanya.
"Mingyu," sapa seseorang heran, "Kau ada di sini juga?"
"Hyeong?" Mingyu terkejut atas kedatangan Park Junsu. Junsu bergegas menuju meja kasir untuk memesan makanan serta minuman. Mingyu terlihat kikuk dan mulai merasa tidak nyaman. Keberadaannya di kafe Te Amo, diketahui seseorang yang dikenalnya. Ia khawatir bahwa Park Junsu akan bertanya kepada dirinya, tentang dari mana ia mengetahui Sunmi bekerja di kafe tersebut. Ia berharap bahwa Park Junsu tidak menanyakan hal itu.
"Hei, Mingyu! Apa kau tahu kalau Sunmi bekerja di kafe ini?"
'Astaga! Baru saja aku berharap tidak muncul pertanyaan seperti itu.' Mingyu bergumam di dalam hati.
"Aku tidak tahu. Hanya kebetulan saja." Mingyu mencoba berbohong. Mingyu merasa bersalah kepada semua orang. Akhir-akhir ini ia terus melakukan kebohongan. Demi kebaikan, pikirnya.
"Benarkah?" Park Junsu berpura-pura tidak percaya.
"Sungguh, Hyeong."
"Iya, iya. Aku percaya. Percaya bahwa kau sedang berbohong," ujar Park Junsu serius. Wajah Mingyu mulai memerah. Pipinya merona akibat serangan kalimat dari Park Junsu. Pria tampan itu kehilangan kata-katanya. Ia tidak mampu untuk membalas ucapan Park Junsu.