Read More >>"> Bus dan Bekal (Dugaan, Gosip, dan Hujatan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bus dan Bekal
MENU
About Us  

 

Meski tidur lewat tengah malam, Mentari tetap bisa bangun subuh. Ia membuka jendela kamarnya setelah salat. Matanya membulat saat melihar rumah Satria yang kemarin dilihatnya gelap gulita, sekarang telah dinyalakan lampunya.

Ia mengambil ponselnya yang ada di atas meja belajar. Mengecek apakah ada pesan dari Satria yang masuk ke sana. Pesannya sudah tersampaikan di ponsel cowok itu, tetapi belum dibalas.

Dilihatnya lagi rumah Satria dari jendela kamarnya. Kebetulan jendela kamar Satria dan kamarnya berhadapan, dan jendela kamar milik cowok itu masih tertutup rapat. Namun, lewat celah jendelanya, walaupun tertutup gorden, bisa dilihat kalau lampu kamar Satria menyala. Cowok itu selalu mematikan lampu jika tidur. Itu artinya, Satria sudah bangun.

Pintu kamar Mentari terbuka, kepala mamanya muncul dari sana sesaat setelahnya. Mentari bertanya ada apa.

‘’Jangan dulu kamu ke sana, Ri,’’ larangnya.

Mentari tahu maksudnya, jangan ke rumah Satria. Ia menganggukkan kepala. Mamanya berlalu dari ambang pintu setelah sekali lagi memperingatkan Mentari.

Ponsel Mentari yang ada tengah dipegangnya memunculkan notifikasi. Mulai dari WhatsApp sampai Instagram. Ia menelan ludahnya berkali-kali. Itu notifikasi dari orang-orang yang menanyai tentang Satria. Semuanya menanyakan apakah kabar yang telah menyebar ke seluruh penjuru sekolah itu benar.

Karena masih bingung mau menjawab apa, mentari memilih mengabaikan pesan dari orang-orang tersebut. Bahkan orang yang tidak Mentari kenal pun bertanya padanya. Ya, dipastikan ia penggemar Satria. Mentari berharap mereka tidak langsung mempercayai hal yang belum pasti ini.

Melihat ini, ia jadi teringat Satria. Jika dirinya yang hanya temannya saja mendapat begitu banyak pesan pertanyaan, bagaimana dengan cowok itu? Mungkin yang diterima cowok itu bukan hanya pertanyaan. Bisa jadi … hujatan.

 

Mentari Putri Jingga: Satria, kamu pasti bisa ngelewatin semua. Apa pun yang terjadi, aku ada di pihakmu.

 

***

 

Mentari mengaduh karena tali tas bekalnya tiba-tiba putus dan bekalnya terjatuh. Ia baru saja hendak naik ke bus saat itu terjadi. Diambilnya kotak bekalnya  tersebut dan dimasukkannya ke tas. Cewek itu terkejut saat mendapati seseorang telah berdiri di sampingnya dan mengambilkan tas bekalnya yang talinya sudah putus kepadanya.

Itu Alex. Gitaris band Horizon. Cowok berambut ikal itu tersenyum ramah padanya, memperlihatkan lesung pipinya yang ada di kedua pipi. Mentari membalas senyuman itu dengan ucapan terima kasih.

“Lo naik duluan.” Alex mempersilakan Mentari nail ke bus terlebih dahulu.

Karena kursi bus hampir semuanya telah terisi, kedua remaja itu mau tak mau duduk bersebelahan di kursi yang tersisa. Tak ada yang berbicara setelah keduanya duduk di sana sampai bus mulai berjalan. Seperti biasa, lagu khas Indonesia diputar menemani sopir dan penumpangnya dalam perjalanan.

Saat setengah perjalanan dilewati, akhirnya keheningan antara Mentari dan Alex terpecah oleh pertanyaan Alex tentang Satria. Mentari sebenarnya sudah mengkhawatirkan ini terjadi. Ia berharap cowok di sebalahnya ini tidak bertanya, lebih tepatnya berharap kabar itu tidak penting. Namun, ternyata tidak.

“Dia bilang nggak, tapi ya harus ada proses yang dijalanin. Bantu doa aja semoga cepet selesai,” jawab Mentari.

‘’Terus, Quwela?’’

‘’Kenapa?’’ Mentari balik bertanya.

‘’Terancam bubar?’’

Mentari mengeluarkan napas keras dari hidungnya. ‘’Lo berharap kayak gitu?’’

‘’Gue cuma tanya.’’

‘’Ya, mana gue tau. Gue bukan membernya,’’ balas Mentari dengan ketus. “Itu kan opini orang random aja. Quwela sendiri nggak bilang begitu. Lo jangan kemakan yang kayak gitu, deh.”

Sorry, gue nggak bermaksud.”

“Iya.”

Percakapan keduanya sampai di situ. Alex tak bertanya-tanya lagi, sedangkan Mentari sama sekali tidak berminat mengobrolkan apa pun dengannya. Bus berhenti di halte dekat sekolah seperti biasa. Gerimis turun membasahi semua yang ada di bawahnya.

Mentari berlari kecil sambil memayungi kepalanya dari gerimis dengan kedua tangan setelah turun dari bus. Kakinya yang dibalut sepatu hitam mencipratkan air yang sedikit mengenai kaus kaki dan roknya. Ia berhenti sejenak di gerbang untuk berteduh. Baru dua langkah berjalan dari gerbang, seseorang memanggilnya. Refleks ia berhenti dan menoleh ke sumber suara.

“Kak, Kak Satria beneran bawa narkoba?”

“Mulut lo!” bentak Mentari pada siswi yang merupakan adik kelasnya itu. Ia siswi yang pernah bertanya tentang Satria di kantin.

Cewek itu langsung kaget. “Aku cuma nanya, Kak.”

“Dengerin gue, ya. Satria bilang: nggak. Dia nggak tau benda itu ada di sana. Jadi, menurut lo, gimana? Apa yang sebenernya terjadi? Pikirin. Kalo lo males mikir, tunggu kabar dari Satria, ya. Dia pasti nanti ngasih tau. Please jangan tanya-tanya ini sama dia. Kalau lo udah spam dia nanyain ini, ya udah, jangan tanya lagi. Oke?’’

Di bawah rinai hujan itu, siswi tersebut mengangguk. Mentari tersenyum singkat, lalu berjalan meninggalkannya. Gara-gara-gara berhenti itu bajunya jadi tambah basah. Ia memaki-maki pelan.

Ketika sampai di kelas, semua orang yang ada di sana langsung menoleh padanya saat dirinya mengucapkan salam. Dibalasnya tatapan penasaran orang-orang itu dengan tajam. Dengan sedikit bantingan, dijatuhkannya tas yang di dalamnya terdapat kotak bekal ke meja.

‘’Kalian kenapa deh ngeliatin gue kayak gitu?” tanya Mentari pada mereka semua.

“Satria?” tanya salah satu di antara mereka.

Mentari menghela napas pelan, lalu mengembuskannya perlahan sebelum menjawab. ‘’Sebagian dari kalian tau kan apa yang Satria bilang kemarin? Dia nggak tau gimana benda itu ada di sana. Apa gue percaya? Iya. Terus gimana dia sekarang? Jawabannya, dia belum jawab pesan gue, dan atas nasihat dari Pak Irham dan orang tua lainnya, gue harus nunggu kabar yang bakal Satria kasih. Jadi, tolong, kalian juga begitu, ya. Gue harap kalian semua nggak bantu nyebarin ini semua. Cukup tau dan diam selagi nunggu kebenarannya.’’

Sebagian dari mereka mengiyakan, sebagiannya lagi berbisik pada temannya entah apa. Pikiran negatif yang muncul tak bisa siapa pun cegah. Mentari pun tidak bisa membuat mereka semua sependapat dengannya. Jadi, ya, untuk sekarang biarlah terjadi apa adanya.

Beberapa saat setelahnya bel masuk berbunyi, berbarengan dengan Angel yang masuk ke kelas dengan jaket dan rambut poninya yang lepek. Cewek itu tersenyum dan melambai pada Mentari. Keningnya berkerut saat sampai di dekat temannya tersebut.

“Lo basah kuyup?” tanyanya.

“Nggak kuyup juga, Ngel.”

Angel memegang seragam Mentari. “Tapi ini basah, Ri.”

“Ya, tadi keujanan karena gue nggak punya payung.”

“Kenapa nggak melipir, neduh, gitu, sih.”

“Gara-gara dicegat orang.”

“Hah?”

Mentari berdecak. Diambilya ponselnya di atas meja. Ia mengetik kejadian tadi pada Angel, ia ceritakan juga tentang teman-teman sekelasnya yang bertanya padanya sebelum Angel masuk tadi. Setelah selesai, diberikannya ponsel itu pada Angel.

“Oh, oke,” kata Angel setelah selesai membaca.

Sesaat kemudian Pak Irham masuk. Kelas yang tadinya bising tiba-tiba senyap. Mentari dan yang lainnya mengira beliau akan menyampaikan sesuatu terkait Satria. Namun, ternyata tidak. Pak Irham menyapa murid-murid seperti hari-hari sebelumnya. Melanjukan materi pelajaran seperti biasa sampai jam pelajaran itu selesai.

Ketika jam istirahat tiba, Mentari dan Angel tidak ke kantin karena mereka bedua membawa bekal. Sambil makan, keduanya berselancar di media sosial. Kabar tentang Satria yang diunggah oleh akun lambe turah sekolah mereka, @lambekita, semakin banyak dibicarakan di kolom komentar postingan tersebut. Salah satu akun yang menulis dugaan kalau Quwela akan bubar mendapat banyak sekali balasan. Bahkan, banyak juga yang menulis dugaan lain, yaitu dugaan kalau Satria akan dikeluarkan dari Quwela.

“Ini yang komen aneh-aneh dapet ide dari mana, sih?” omel Angel.

Mentari mengeklik akun-akun itu. Ternyata bukan akun asli. Kemungkinan dia adalah orang yang kurang suka dengan Satria.

“Keknya itu haters-nya Satria. Yang komen akun fake,” balas Mentari.

“Ih, iya. Boleh di-report nggak, sih? Nih orang ngasih kabar yang nggak-nggak.”

Report aja.”

Akun-akun itu sudah Angel dan Mentari laporkan pada pihak Instagram. Namun, tidak menutup kemungkinan jika akunnya hilang, dia akan muncul lagi.

Mentari tiba-tiba teringat dengan akunnya Satria. Bagaimana dengan akun cowok itu? Apakah banyak yang bertanya di kolom Komentar unggahannya? Ia mencari akun Satria di kolom pencarian. Ternyata banyak yang bertanya tentang dugaan kalau Satria membawa barang terlarang ke sekolah di kolom komentar beberapa postingan terakhirnya.

Mentari menggulir layarnya ke bawah untuk melihat komentar-komentar yang ada. Sebagian hanya mengajukan pertanyaan, tetapi sebagian yang lain menuliskan makian dan hujatan. Ia ingin memarahi akun-akun yang berkomentar buruk tersebut. Namun, ia tahu itu percuma. Mereka tak akan berhenti begitu saja. Bisa dipastikan mereka mengirimi pertanyaan atau hujatan itu di DM Satria juga.

“Ngel, lo udah cek akun Quwela?” tanya Mentari pada Angel yang juga tengah serius dengan ponselnya.

“Ini, Ri, barusan. Coba lo liat.’’ Angel memberikan ponselnya pada Mentari.

Seperti di akunnya Satria, kolom Komentar postingan-postingan Quwela mendapat banyak pertanyaan dan hujatan dari banyak orang. Mereka saling melempar pertanyaan, yang dijawab dengan hasil mengada-ngada atau dugaan oleh akun lainnya. Quwela sendiri tidak menanggapi satu pun komentar yang ada.

Terlepas dari itu semua, baik akun Quwela atau Satria, tidak ada yang berubah di sana. Misal, foto profilnya hilang, bio instagramnya ditulisi sesuatu yang mengandung makna tentang kasus Satria, atau lain sebagainya. Mentari berharap baik Satria sendiri dan Quwela bisa menghadapi apa yang menimpa mereka dengan baik.

Mentari mengembalikan ponsel Angel. Disendoknya nasi dan lauknya yang ada, lalu memasukkan ke mulut. Sambil mengunyah, Mentari kembali berselencar di Instagram. Jarinya berhenti menggulir layar dan kunyahannya memelan saat akun @lambekita membuat postingan baru tentang kasus Satria.

Isinya tentang apakah Satria akan dikeluarkan dari Quwela dan sekolah. Dikeluarkan dari sekolah. Mentari baru sadar akan adanya kemungkinan itu. Bagaimana jika iya?

“Angel, apa Satria bakal dikeluarin dari sekolah ?’’

‘’Oh, iya, gue tadi malem sempet searching pertanyaan itu. Jawabannya nggak seharusnya nggak, Ri. Walau bahkan kalo iya seorang murid pake barang itu, seharusnya dia nggak dikeluarin sama sekolah. Karena bisa ngerusak mental, ngerusak peluang anak itu buat memperbaiki diri. Selain itu juga kalo ngeluarin anak yang kasus gitu, jadinya kayak ngelemparin masalah baru ke sekolah lain yang bakal nampung anak tersebut. Gitu.”

Mentari sungguh lega mendengar penjelasan Angel tersebut. “Syukur deh kalo kayak gitu. Semoga sekolah kita kayak gitu, ya,” harap Mentari dengan teramat sangat.

Aamiin. Ck, si akun lambe turah ini, ya! Bener-bener ngada-ngada!’’

“Kalo gue komen tentang isinya penjelasan lo tadi gimana?”

“Kalo lo siap dapet banyak balasan dari orang-orang itu, ya gue sih setuju aja.”

“Gue komen, deh.”

Mentari mengetikkan penjelasan Angel tadi di kolom Komentar. Baru satu menit lebih sudah ada beberapa akun yang membalas komentarnya tersebut. Sebagian menyetujui kalau memang Satria benar membawa barang terlarang ke sekolah, dia tidak dikeluarkan. Sebagian tidak setuju dengan aturan seperti itu. Ada yang berkomentar meskipun ada aturan seperti itu, mempertahankan siswa yang bermasalah cukup serius seperti ini bisa membahayakan siswa lainnya. Misalnya bisa membuat yang lainnya mencoba barang terlarang tersebut dan menganggap hal itu tidak apa-apa, kan tidak akan dikeluarkan dari sekolah.

“Aneh, seharusnya mikir dong alasan nggak dikeluarinnnya itu kenapa,” geram Mentari pada komentar tersebut.

“Aduh, capek banget , Padahal usah dijelasin. Keknya mereka ini perlu dikasih materi tentang narkoba, deh.” Angel menaruh ponselnya di meja dan menyandarkan bahu di sandaran kursi.

Mentari melakukan hal yang sama. Bekalnya belum habis karena ia lebih fokus melihat instagram. Melelahkan sekali menghadapi banyak orang walaupun hanya di sosial media saja.

 

***

 

Pada jam istirahat kedua, Mentari bertemu Aldi, Rio, dan Iqbal di lorong sekolah. Ia langsung teringat postingan di akun @lambekita tentang band mereka. Dengan tenang, Mentari berkata pada mereka kalau ia ingin mengobrol tentang hal tersebut. Bersama dengan Angel, Quwela tanpa Satria, Mentari pergi ke taman sekolah. Lima remaja itu duduk melingkar di taman. Kebetulan Mentari dan Angel habis dari kantin untuk membeli camilan. Ditaruhnya makanan itu di tengah-tengah mereka.

“Jadi, tetep ada Quwela, kan, di sekolah kita?” Mentari bertanya langsung pada intinya.

“Ya, Semoga aja,” jawab Rio.

‘’Yang di postingan akun itu, cuma karangan dia, doang, kan?’’

‘’Iya, Ri, tapi nggak tau juga sih nanti gimana,’’ tambah Aqbal.

“Sama yang Satria mau dikeluarin dari Quwela, gosip doang, kan?’’

‘’Iya, cuma gosip,’’ jawab Aldi. Cowok itu menatap Mentari dengan enggan. Mentari dapat melihat bagian bawah mata Aldi berwarna hitam. “Apa lagi yang mau lo tanya? Kalo kabar dari Satria, ya kami juga nggak tau. Kalo itu mungkin seharusnya lo yang lebih tau.”

“Gue udah kirim chat ke dia sama kakaknya, tapi belum dibales. Gue nggak boleh dan nggak berani juga ke rumahnya. Ortu gue dan Pak Irham juga bilang kita harus nunggu kabar dari Satria,” papar Mentari, ditatapnya satu per satu cowok yang di sana itu. Butuh beberapa menit sampai salah satu di antara ketiganya menanggapi.

‘’Kami juga nge-chat dia,’’ tutur Rio.

“Dan dianya juga belum ngasih kabar ke kami,” tambah Aldi.

“Ya, wajar kalo dia kayak gitu. Lo pikir ngurus beginian cuma butuh waktu sehari?”

“Ngasih kabar doang emang apa susahnya?”

“Ya susahlah kalo situasinya kayak gini. Banyak yang harus dia urus. Belum lagi keadaan hati dia entah kayak gimana.”

“Salah dia jadi kayak gini.”

“Kok, lo kayak gitu, sih, Al?”

“Apa?”

“Kita belum tau dia beneran salah atau nggak! Lo seharusnya nggak bilang kayak gitu! Lo temennya!”

Aldi menatap dingin Mentari yang wajahnya merah padam menahan emosi. Ia kemudian bangkit. Tanpa mengucapkan apa-apa, cowok itu pergi dari sana.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
Siapa tengah malam di sekolah?
563      333     3     
Horror
Malam minggu menjadi agenda wajib rombongan geng Kapur. Mereka biasanya duduk dicafe menyanyikan lagu dan menyeduk segelas kopi. Malam minggu berikutnya mereka mendatangi sekolahnya. Kata orang-orang sekolah itu angker dihuni oleh teman-teman sekolah yang meninggal. Enam pasangan yang seharusnya berpesta di cafe kini bermain dalam gelap dengan riasan yang pucat. Pekikkan suara mereka tak s...
ADITYA DAN RA
15040      2543     4     
Fan Fiction
jika semua orang dapat hidup setara, mungkin dinamika yang mengatasnamakan perselisihan tidak akan mungkin pernah terjadi. Dira, Adit, Marvin, Dita Mulailah lihat sahabatmu. Apakah kalian sama? Apakah tingkat kecerdasan kalian sama? Apakah dunia kalian sama? Apakah kebutuhan kalian sama? Apakah waktu lenggang kalian sama? Atau krisis ekonomi kalian sama? Tentu tidak...
Premium
Secret Love Story (Complete)
11069      1542     2     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
Campus Love Story
4730      1378     1     
Romance
Dua anak remaja, yang tiap hari bertengkar tanpa alasan hingga dipanggil sebagai pasangan drama. Awal sebab Henan yang mempermasalahkan cara Gina makan bubur ayam, beranjak menjadi lebih sering bertemu karena boneka koleksi kesukaannya yang hilang ada pada gadis itu. Berangkat ke kampus bersama sebagai bentuk terima kasih, malah merambat menjadi ingin menjalin kasih. Lantas, semulus apa perjal...
Cinta untuk Yasmine
1459      648     17     
Romance
Yasmine sama sekali tidak menyangka kehidupannya akan jungkir balik dalam waktu setengah jam. Ia yang seharusnya menjadi saksi pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi mempelai perempuan. Itu semua terjadi karena Elea memilih untuk kabur di hari bahagianya bersama Adam. Impian membangun rumah tangga penuh cinta pun harus kandas. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar, kini telah sah...
Stuck In Memories
12657      2117     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
Novel Andre Jatmiko
7603      1703     3     
Romance
Nita Anggraini seorang siswi XII ingin menjadi seorang penulis terkenal. Suatu hari dia menulis novel tentang masa lalu yang menceritakan kisahnya dengan Andre Jatmiko. Saat dia sedang asik menulis, seorang pembaca online bernama Miko1998, mereka berbalas pesan yang berakhir dengan sebuah tantangan ala Loro Jonggrang dari Nita untuk Miko, tantangan yang berakhir dengan kekalahan Nita. Sesudah ...
CLBK: Cinta Lama Belum Kelar
4215      1058     20     
Romance
Tentang Edrea Lovata, yang masih terjebak cinta untuk Kaviar Putra Liandra, mantan kekasihnya semasa SMA yang masih belum padam. Keduanya dipertemukan kembali sebagai mahasiswa di fakultas yang sama. Satu tahun berlalu dengan begitu berat sejak mereka putus. Tampaknya, Semesta masih enggan untuk berhenti mempermainkan Rea. Kavi memang kembali muncul di hadapannya. Namun, dia tidak sendiri, ada...
Dialog Tanpa Kata
8811      3148     19     
Romance
Rasi mencintai Sea dalam diam Hingga suatu hari Sea malah dinikahi oleh Nolan kakak dari Rasi Namun pernikahan Sea dan Nolan yang terlihat aneh Membuat Rasi bebas masuk ke kehidupan Sea Bahkan selalu menjadi orang pertama saat Sea membutuhkan bantuan Akankah Sea berpaling pada Rasi atau lagilagi perasaan Rasi hanya sebuah dialog dalam hati yang tak akan pernah terucap lewat kata Sea pada Rasi Ras...
Who Is My Husband?
12859      2409     6     
Romance
Mempunyai 4 kepribadian berbeda setelah kecelakaan?? Bagaimana jadinya tuh?! Namaku.....aku tidak yakin siapa diriku. Tapi, bisakah kamu menebak siapa suamiku dari ke empat sahabatku??