Read More >>"> Bus dan Bekal (Itu Kamu, Sat?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bus dan Bekal
MENU
About Us  

Angel menahan tubuh Mentari yang limbung. Dirinya pun sama terkejutnya. Rasanya seolah ada benda besar yang menghantam dirinya. Hal ini benar-benar tidak bisa langsung ia percaya. Mungkinkah ….

 

Mentari menggenggam tangan angel yang sedingin tangannya. Ia menggelengkan kepala. Tidak mungkin. Ia tidak percaya kalau Satria melakukan itu.

 

Cewek itu melepaskan tangannya dari Angel, kemudian menerobos masuk, mendorong orang-orang yang berkerumun di sana. Di sana ada wali kelasnya, Aldi, Iqbal, juga Rio. Air matanya jatuh saat melihat Satria berdiri di sana dengan wajah tertunduk.

 

“Sat,” panggilnya dengan suara bergetar.

 

Satria menoleh padanya dengan wajah pucat. Cowok itu menggelengkan kepalanya. Kedua telapak tangannya terkepal di sisi tubuh.

 

“Bukan aku, Ri. Aku nggak tau kenapa benda itu ada di sini,’’ ucapnya sungguh-sungguh.

 

Mentari menatap kedua mata yang nampak merah itu. Ia amat mengenal Satria dan hampir selalu bisa tahu kalau cowok itu sedang berbohong lewat sorot matanya. Mentari menatapnya lekat. Sangat lekat karena ia ingin mencari kebohongan yang mungkin tersimpan di sana. Namun, ia tidak menemukannya.

 

Satria digeledah untuk memastikan apakah ada barang terlarang itu yang ia simpan di saku celana atau bajunya. Tidak ada. Wali kelasnya, Pak Irman, menelepon orang tua Satria, mengabarkan apa yang tengah terjadi.  Kemudian Satria dibawa oleh polisi untuk melakukan tindakan selanjutnya.

 

Selama itu terjadi, Mentari tidak bisa berbuat banyak. Ia terlalu shok sehingga tidak bisa berpikir cepat. Baru saat Satria dituntun keluar oleh polisi dan barang bukti yang ada dibawa, ia berusaha ikut. Namun, wali kelas menahannya. Menyuruhnya untuk tidak ikut campur dan sebaiknya menjauh untuk sementara.

 

“Bukan Satria yang ngelakuin itu, Pak. Dia nggak tau apa-apa,’’ bela cewek tersebut.

 

‘’Iya, kita tunggu kabar selanjutnya, ya.”

 

“Bapak mau ikut ke kepolisian?”

 

“Iya.”

 

“Pak, saya—“

 

“Ri, tenang dulu, Ri.” Angel meraih lengan Mentari, lalu membalikkan tubuh temannya itu menghadapnya. Dihapusnya air mata mentari dengan ibu jarinya. “Sabar dulu,” katanya.

 

Sementara Angel menahan Mentari, Pak Irham keluar dari kelas. Di luar sudah ada Mahesa, ketua kelas XI IPS 3. Ia diminta membubarkan kerumuman ini, menghimbau semua yang tahu untuk tidak menyebarkan berita apa-apa, dan bersikap seolah tak ada apa-apa. Semua ini akan ditangani.

 

Acara di GSG masih berlangsung. Semua yang berada di sekitar kelas itu dihimbau untuk segera bubar. Semuanya mengiyakan, dan sekarang hanya tersisa Mentari, Angel, Quwela tanpa Satria, dan Mahesa.

 

“Kalian juga, ayo balik ke GSG. Nggak usah mikirin ini dulu. Semuanya bakal diurus,’’ ajak Mahesa. Ditatapnya satu per satu orang di sana, dan tatapan terakhirnya jatuh pada Mentari. “Mentari?’’

 

‘’Kalian percaya kalo Satria kayak gitu?’’ tanyanya pada mereka. ‘’Gue kenal banget sama dia dan hampir selalu bisa tau kalo dia bohong. Dia beneran nggak tau gimana benda itu ada di sana,’’ paparnya.

 

‘’Tapi lo bisa aja salah, kan.’’

 

Perhatian Mentari dan yang lainnya beralih pada Aldi.

 

“Lo nggak percaya sama temen lo sendiri?” tanya Mentari dengan raut terluka.

 

‘’Bukan masalah itu, tapi liat bukti yang ada,” bela Aldi.

 

‘’Dia pasti dijebak!’’ Mentari bersikeras.

 

Hening beberapa saat di antara mereka. Semuanyya berdiri dengan kepala tertunduk. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Masih tidak menyangka kalau akan ada kejadian seperti ini yang terjadi di kelas dan tersangka adalah teman mereka sendiri.

 

Mentari menatap Mahesa, ia menanyakan bagaimana polisi bisa sampai datang ke sini.

 

‘’Gue juga kurang tau. Pak Irham tadi ngehubungin gue dan minta Satria buat ke kelas. Terus, ya gitu,” terangnya.

 

Mentari  beralih pada teman-teman satu band Satria.

 

“Kalian masih sama Satria kan waktu dia dipanggil ke sini?”

 

Aldi, Rio, dan Iqbal mengangguk.

 

“Lo sendiri? Tadi sama Satria, kan? Sama Angel juga.” Rio balik bertanya pada Mentari.

 

Mentari menganggukkan kepalanya, begitu juga dengan Angel. Mereka semua kembali terdiam. Belum bisa menentukan apa yang akan dilakukan sekarang. Sampai akhirnya Mahesa memecah keheningan di antara mereka dengan meminta mereka kembali ke GSG dan jangan memikirkan hal ini dulu, walaupun itu agak mustahil.

 

“Oke, kita ke sana,” kata Aldi, dianggguki Rio dan Iqbal.

 

Sementara itu Angel menatap Mentari, yang terdiam dengan kening berkerut tajam. Matanya yang habis mengeluarkan air mata memerah. Cewek itu memanggil Aldi dan teman-temannya yang sudah mulai berjalan ke luar kelas. Sekali lagi bertanya apakah mereka percaya kalau Satria membawa barang terlarang itu.

 

“Ya, semoga aja emang nggak, Ri. Kita tunggu kabar selanjutnya ajalah, ya.’’ Iqbal berkata lirih, kemudian lanjut cowok itu berjalan keluar dari kelas. Diikuti Aldi dan Rio.

 

‘’Lo duluan aja, Sa, kalo mau ke GSG,’’ ujar Angel pada Mahesa. Ia menganggukkan kepalanya pada Mahesa yang tampak ragu-ragu. Akhirnya cowok itu pergi dari sana setelah terdiam sesaat.

 

Melihat Mentari yang masih terdiam tak bergerak di tempatnya, Angel memilih untuk duduk di kursi miliknya. Di antara mereka, pasti Mentari yang paling terguncang mengingat cewek itu sangat dekat dengan Satria. Ia paham kalau temannya tersebut tidak percaya kalau Satria memiliki benda terlarang itu. Karena walaupun Satria sering bolos kelas dan selalu malas-malasan belajar dan mengerjakan tugas, dia adalah anak yang baik. Tidak suka berkelahi dan termasuk tipe orang yang cinta damai jika terlibat konflik. Kenakalan yang ia tahu dari cowok itu hanya suka bolos. Satria juga anak yang ramah dan suka bercanda. Di sekolah kalau tidak bersama Mentari dan dirinya, ia pasti bersama teman satu band-nya. Dari Mentari ia tahu seberapa sukanya cowok itu pada drum. Namun, kita tak selalu tahu apa pun tentang seseorang, kan? Sedekat-dekatnya kita dengan orang itu, pasti ada rahasia yang tidak kita tahu.

 

“Lo percaya nggak, Ngel, kalo Satria yang punya barang itu?” Setelah terdiam selama beberapa menit, akhirnya Mentari bersuara.

 

“Nggak tau, Ri,” jawab Angel.

 

Mentari menatapnya dengan matanya yang semakin merah. ‘’Lo nggak sependapat sama gue?’’

 

Angel menghela napas berat, lalu menggeleng. ‘’Bukan gitu. Gue nggak bisa ngasih dugaan yang nggak pasti.’’

 

‘’Lo temennya Satria juga, Ngel. Udah temanan lumayan lama dan cukup deket.’’

 

‘’Iya, tapi kita nggak 24/7 sama dia. Kita … nggak tau apa aja yang dia akun kalo lagi nggak sama kita.”

 

“Jadi, lo percaya benda itu punya dia?’’ Air mata di pipi Mentari sudah kering, tetapi sekarang turun lagi.

 

‘’Bukan gitu.’’ Angel berdiri mendekati Mentari. Namun, temannya itu menjauh, lalu berjalan pergi dari sana.

 

Angel tadinya ingin mengejarnya, tetapi batal. Mungkin ia harus membiarkan Mentari sendiri dulu. Ia kembali duduk di kursinya. Berniat menenangkan diri untuk berpikir jernih. Ia harus membantu menyelesaikan ini juga. Maksudnya, mencari kebenarannya. Apakah iya Satria memang memiliki barang itu. Namun, ia tidak bisa bekerja sendiri. Ya, dia harus mencarinya bersama Mentari.

 

***

 

Meskipun ia tahu kemungkinan pesan atau teleponnya tidak diangkat, Mentari tetap mencoba menghubungi Satria. Ia mengirimkan chat berupa pertanyaan apa yang bisa ia bantu. Juga apakah ada sesuatu yang cowok itu ingin sampaikan padanya.

 

Namun, ponsel Satria tidak aktif. Hal itu membuat Mentari terpaksa hanya bisa menunggu cowok itu membalas. Tak keheilangan akal, Mentari mencoba menghubungi kakak Satria, Sinta. Pertama-tama ia bertanya dulu ia di mana. Namun, lima menit menunggu, tak kunjung ada balasan. Mentari hendak menghubungi ayah atau ibu Satria, tetapi ia ragu.

 

Mentari berdiri dari kursi usang yang didudukinya. Kakinya tak sengaja menendang balok kayu yang ada di depannya dengan cukup keras. Ia mengerang sambil berjongkok dan memegangi kakinya. Sambil mengaduh dan memaki pelan, ia duduk di lantai yang penuh debu itu. Cewek itu mendongak, memandang langit-langit gudang yang terdapat sarang laba-labanya. Apa yang mesti ia lakukan sekarang? Ia tidak bisa hanya diam menunggu saja.

 

“Mentari?”

 

Mentari terlonjak kaget atas panggilan itu. Embusan napas keras keluar dari hidungnya saat mengetahui itu adalah Angel. Angel menghampirinya dan ikut duduk di dekatnya.

 

‘’Ternyata di sini. Gue nyariin lo ke mana-mana, sempet ngira lo pulang, tapi tas lo masih di kelas.”

 

“Ya, gue di sini. Lo aturan ke GSG aja, Ngel. Capek lo nyari gue ke mana-mana.”

 

“Nggak bisa. Masa gue biarin lo kebingungan sendirian?”

 

“Jadi, lo ke sini nemenin gue bingung?”

 

“Ya. Kalo bisa berdua, kenapa sendiri?’’

 

Mentari tertawa, Angel juga ikut tertawa. Kedua cewek itu kemudian terdiam agak lama. Mentari sesekali melihat ponselnya, berharap pesan dari orang yang ditunggunya muncul, tetapi belum ada.

 

‘’Ri, apa pun yang terjadi sama Satria, gue bakal tetep jadi temennya. ‘’

 

Mentari menatapnya, lalu mengangguk.

 

‘’Kita bantu Satria semampu kita, ya,’’ kata cewek itu lagi. ‘’Jangan nangis terus,’’ lanjutnya pada Mentari yang matanya lagi-lagi berkaca-kaca. Ia menepuk-nepuk bahu temannya itu, menenangkannya. ‘’Kalo Satria tau lo nangis bombay kek gini, dia pasti nggak suka.’’

 

Sambil mengelap air matanya dengan lengan baju karena tidak memiliki tisu, Mentari tertawa hambar. Ia jadi teringat, di manakah Satria sekarang? Maksudnya, kalau ia di kantor polisi, di kantor polisi mana. Pertanyaannya itu ia ajukan pada Angel yang juga  tidak tahu apa-apa.

 

“Tapi, Ri, walaupun kita pengen tau banget giamana keadaan Satria sekarang, kita harus sabar dulu, deh. Mungkin kita tunggu dulu kabar dari Satria. Bukannya apa, takutnya dengan kegupekan kita, keadannya malah jadi runyam,” nasihat Angel. Melihat Mentari yang diam mendengarkan, ia melanjutkan. “Jangan dulu spam dia dan keluarganya juga ya, Ri, takutnya mereka terganggu.”

 

Benar apa yang dikatakan Angel. Jelas Satria dan keluarganya sedang dalam keadaan yang serius sekarang. Tidak juga pula mereka membukan ponsel dan membalas pesan yang masuk. Mungkin walaupun mereka tahu ada pesan yang masuk, bisa jadi keadaan hati mereka belum bisa membuatnya untuk membalas.

 

Baiklah, jadi Mentari dan Angel akan menunggu dulu. Benar, mereka harus bersabar.

 

‘’Satria pasti bakal ngasih kabar nanti,” ucap Angel yakin.

 

***

 

Saat turun bus waktu pulang dan melewati rumah Satria, pintu dan jendela rumah tersebut tertutup rapat. Lampunya  juga tidak dinyalakan saat malam tiba. Itu tandanya di rumah Satria tidak ada siapa pun.

 

Mentari sudah bertanya kepada kedua orang tuanya apakah bisa pulang cepat, bisa, tapi mereka tetap akan pulang malam. Ia tidak bisa memberi tahu mereka langsung di chat atau telepon saat bertanya kenapa Mentari bertanya seperti itu. Pasalnya cewek itu sangat jarang melakukan hal tersebut.

 

Sebagai anak-satunya, jika tidak ada orang tuanya di rumah, Mentari sendirian di sana. Tadi Angel sudah bertanya padanya apakah ia perlu menemani cewek itu dan perlu menginap sekalian. Namun, Mentari menjawab tidak perlu. Ia tahu Angel juga lelah dan akan semakin lelah jika harus ke sini.

 

Saat kedua orang tuanya sudah pulang, kemudian mandi dan makan, Mentari tidak bisa memberi tahunya langsung karena tahu mereka masih lelah. Mentari berniat memberi tahu besok saja. Namun, kedua orang tuanya itu bisa menangkap gerak-gerik anaknya kalau ada sedang yang ingin dikatakan pada mereka. Akhirnya setelah mengumpulkan keberanian dan berbicara setenang mungkin, Mentari mengatakannya.

 

Mereka jelas terkejut. Keduanya terdiam dan saling pandang. Hening yang cukup panjang membuat Mentari gelisah.

 

“Tapi aku yakin Satria dijebak, Ma, Pa,” ucapnya yakin.

 

“Karena?” tanya papanya.

 

‘’Karena aku yakin Satria nggak akan punya barang kayak gitu.”

 

“Dan siapa yang menjebak, Mentari?” Mamanya ganti bertanya.

 

‘’Ya, kalo itu belum tau.”

 

“Sekarang dia di mana?”

 

“Kayaknya masih di kantor polisi, Pa. Pesan aku nggak diangkat sama dia dan rumahnya kosong.”

 

‘’Jangan hubungi dia dulu, Ri. Lebih baik kamu jangan peduliin ini. Jaga jarak, dan jangan cari tau.’’

 

“Mama tuh ngomong apa? Satria itu temen aku!”

 

Mentari menatap matanya dengan tatapan terluka. Bahunya naik turun karena emosinya yang meluap-luap. Lagi-lagi air matanya jatuh ke pipi. Semakin lama semakin deras.

 

‘’Kamu harus jaga diri kamu, Sayang.’’ Papanya menenangkannya dengan mengusap bahunya, tetapi Mentari menghindar.

 

“Mentari, kita nggak tau apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun kamu dan Satria temanan, deket, tetanggaan, nggak semuanya tentang dia kamu tau. Ada banyak hal tentang dia yang kamu nggak tau. Sisi gelap dia, mungkin. Jadi, tolong, sekarang, jauhi ini dulu.’’

 

‘’Aku tau gimana Satria kalo bohong, Ma. Dan aku nggak liat kebohongan di matanya waktu bilang sama aku kalo dia nggak tau gimana benda itu ada di sana.’’

 

‘’Iya, Ri, tapi kamu bisa aja salah.’’

 

‘’Jadi, Papa percaya barang itu punya dia?’’

 

‘’Nggak juga.’’

 

Lelah karena tidak menemukan titik terang di sana, Mentari memilih diam. Orang tuanya kembali memintanya untuk tidak memikirkan ini dulu dan menunggu kabar yang Satria dan keluarganya berikan padanya. Sepertinya semua orang tua mengatakan hal yang sama seperti ini. Pak Irham, orang tuanya. Jadi, itu ya satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sekarang?

 

Mentari masuk ke kamar setelah sebelumnya duduk diam di sofa bersama kedua orang tuanya yang saling bertukar pandang dalam diam. Ia mengetik pesan pada Angel tentang percakapannya dengan orang tuanya malam itu, pesannya untuk Satria dan kakaknya yang belum juga dibalas, juga rumah Satria yang kosong dan gelap gulita.

 

Sebagai balasan, Angel memberi tahunya keadaan akun-akun sosial media sekolah mereka. Mentari sampai melupakan hal tersebut. Tanpa bisa siapa pun cegah, berita tentang dugaan barang terlarang yang dibawa Satria sudah diketahui hampir seluruh warga sekolahnya berkat semacam akun lambe turah yang ada di sekolahnya.

 

Salah satu komentar di sana membuat jantung Mentari seketika berdetak teramat kencang.

 

Quwela terancam bubar.

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
Siapa tengah malam di sekolah?
563      333     3     
Horror
Malam minggu menjadi agenda wajib rombongan geng Kapur. Mereka biasanya duduk dicafe menyanyikan lagu dan menyeduk segelas kopi. Malam minggu berikutnya mereka mendatangi sekolahnya. Kata orang-orang sekolah itu angker dihuni oleh teman-teman sekolah yang meninggal. Enam pasangan yang seharusnya berpesta di cafe kini bermain dalam gelap dengan riasan yang pucat. Pekikkan suara mereka tak s...
ADITYA DAN RA
15040      2543     4     
Fan Fiction
jika semua orang dapat hidup setara, mungkin dinamika yang mengatasnamakan perselisihan tidak akan mungkin pernah terjadi. Dira, Adit, Marvin, Dita Mulailah lihat sahabatmu. Apakah kalian sama? Apakah tingkat kecerdasan kalian sama? Apakah dunia kalian sama? Apakah kebutuhan kalian sama? Apakah waktu lenggang kalian sama? Atau krisis ekonomi kalian sama? Tentu tidak...
Premium
Secret Love Story (Complete)
11069      1542     2     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
Campus Love Story
4730      1378     1     
Romance
Dua anak remaja, yang tiap hari bertengkar tanpa alasan hingga dipanggil sebagai pasangan drama. Awal sebab Henan yang mempermasalahkan cara Gina makan bubur ayam, beranjak menjadi lebih sering bertemu karena boneka koleksi kesukaannya yang hilang ada pada gadis itu. Berangkat ke kampus bersama sebagai bentuk terima kasih, malah merambat menjadi ingin menjalin kasih. Lantas, semulus apa perjal...
Cinta untuk Yasmine
1459      648     17     
Romance
Yasmine sama sekali tidak menyangka kehidupannya akan jungkir balik dalam waktu setengah jam. Ia yang seharusnya menjadi saksi pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi mempelai perempuan. Itu semua terjadi karena Elea memilih untuk kabur di hari bahagianya bersama Adam. Impian membangun rumah tangga penuh cinta pun harus kandas. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar, kini telah sah...
Stuck In Memories
12657      2117     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
Novel Andre Jatmiko
7603      1703     3     
Romance
Nita Anggraini seorang siswi XII ingin menjadi seorang penulis terkenal. Suatu hari dia menulis novel tentang masa lalu yang menceritakan kisahnya dengan Andre Jatmiko. Saat dia sedang asik menulis, seorang pembaca online bernama Miko1998, mereka berbalas pesan yang berakhir dengan sebuah tantangan ala Loro Jonggrang dari Nita untuk Miko, tantangan yang berakhir dengan kekalahan Nita. Sesudah ...
CLBK: Cinta Lama Belum Kelar
4218      1058     20     
Romance
Tentang Edrea Lovata, yang masih terjebak cinta untuk Kaviar Putra Liandra, mantan kekasihnya semasa SMA yang masih belum padam. Keduanya dipertemukan kembali sebagai mahasiswa di fakultas yang sama. Satu tahun berlalu dengan begitu berat sejak mereka putus. Tampaknya, Semesta masih enggan untuk berhenti mempermainkan Rea. Kavi memang kembali muncul di hadapannya. Namun, dia tidak sendiri, ada...
Dialog Tanpa Kata
8812      3149     19     
Romance
Rasi mencintai Sea dalam diam Hingga suatu hari Sea malah dinikahi oleh Nolan kakak dari Rasi Namun pernikahan Sea dan Nolan yang terlihat aneh Membuat Rasi bebas masuk ke kehidupan Sea Bahkan selalu menjadi orang pertama saat Sea membutuhkan bantuan Akankah Sea berpaling pada Rasi atau lagilagi perasaan Rasi hanya sebuah dialog dalam hati yang tak akan pernah terucap lewat kata Sea pada Rasi Ras...
Who Is My Husband?
12859      2409     6     
Romance
Mempunyai 4 kepribadian berbeda setelah kecelakaan?? Bagaimana jadinya tuh?! Namaku.....aku tidak yakin siapa diriku. Tapi, bisakah kamu menebak siapa suamiku dari ke empat sahabatku??