Loading...
Logo TinLit
Read Story - SORRY
MENU
About Us  

POV KALE

“Lo di mana?” tanya gue sambil meraba dinding mencari saklar di kamar Kara. Gue tutup pintu bertuliskan DON'T DISTURB! di papan kuning yang tergantung di muka pintu. “Suka banget gelap-gelapan, sih. Heran gue,” gerutu gue. Semenjak Kara memilih jalan sendiri untuk tidak di bawah naungan orang tua, dia pun mulai ingin hidup bebas tanpa tekanan orang tua. Sementara itu, setahu gue, kakak gue itu hanya pergi pagi untuk kuliah dan pulang tengah malam. Tapi kalau sudah begini, kekhawatiran gue jadi kenyataan.

“Jangan dinyalain! Biarin aja gelap. Kayak gue yang enggak pernah dilihat sama ortu sampe gue akhirnya nyari kenyamanan sama orang lain.”

Gue mengernyit sewaktu mendengar sahutannya. “Apaan sih lo, Kak?” Decakan kesal keluar dari mulut gue. Dan akhirnya gue menemukan sosok Kara setelah berhasil menyalakan lampu. Dia tengah duduk di lantai bersandar di tepi tempat tidur, menatap keluar melalui jendela kaca berukuran besar.

Gue mendekatinya dan lagi-lagi decakan gue lolos. Melihat penampilan Kara yang kacau seperti ini, membuatku segera memeluknya. Kemeja putih longgar dengan kancing yang tak terkait semua dan hot pants menjadi setelannya, sedangkan wajahnya dipenuhi lunturan maskara dan coretan lipstik merah di sekitar bibir.

Terdengar isakan tangis darinya, seakan dia mengadu atas kegelisahannya selama ini. “Tenangin diri lo dulu baru cerita sama gue,” kata gue. Setelah dia tenang, gue ambil dari atas tempat tidurnya untuk menyelimuti tubuhnya.

“Lo udah cek?” Gue tetap bersikap tenang saat menanyakannya. Gue usap air mata di kedua pipinya.

“Gue enggak berani, Le. Gimana kalo beneran?”

“Gimana caranya lo tahu kalo gitu?”

“Gue telat halangan, Le.”

“Sama siapa?”

“Ya cowok gue, lah. Calvin. Siapa lagi?”

“Terus lo bangga?” Gue segera berdiri, lalu menatap pemandangan di luar jendela. Gue merasa kalau yang satu ini bisa menjadi masalah besar berikutnya, tapi memangnya apa yang bisa dibanggakan dari cowok bertampang brutal anak CEO saingan perusahaan Papa itu?

“Gue kelepasan, Le. Gue mabuk waktu itu. Tapi gue yakin kami enggak ngapa-ngapain.”

“Mana gue percaya sama cowok lo, Kak.” Gue mendekati Kara lagi, duduk berlutut di hadapannya. “Cuma lo yang bisa gue jadiin satu-satunya panutan, Kak. Tapi lo malah kayak gini.”

Kara menatap gue. Mata cokelatnya menyiratkan kerinduan yang mendalam. “Sorry, Le. Gue enggak layak buat itu.”

Gue mendengkus. “Lo tahu kan gue ngalamin hal yang sama kayaknya lo?” Senyum tipis mengembang di wajah gue, seakan perihal ini biasa-biasa saja. “Gue akhirnya tahu alasan lo waktu itu nentang keputusan bokap nyokap dan milih jalan sendiri.”

“Oh, cewek itu yang dijadiin jodoh lo?”

“Lo udah lihat?”

Kara tersenyum kecut. “Lumayan, sih. Tapi sayangnya gue enggak suka. Mending lo tolak daripada lo nyesel nantinya.”

***

Gue sengaja datang pagi-pagi buta ke sekolah. Pukul enam pagi gue sudah tiba di kelas. Pikiran gue akan bertambah kusut bila gue lebih lama berada di rumah. Tapi, akhirnya gue bisa lega setelah tahu Kara enggak hamil. Sesuai prediksi gue, dia hanya salah makan dan terlalu stres.

“Gue kira gue bakal kuat,” kata Kara semalam. Tangannya tengah menggenggam test pack yang masih terbungkus rapi. “Tapi ternyata enggak. Gue capek, Le. Gue ngerasa semua beban ada di gue. Bayangin aja cewek umur 22 tiba-tiba dibuang gini.”

“Eh, kok ngomongnya gitu?”

“Ya iyalah. Gue sama sekali enggak diperhatiin sehari setelah gue bilang tentang keputusan gue itu.” Dihelanya napas panjang. “Iya sih Mama tetep ngasih uang ke gue, tapi buat apa kalo gue enggak pernah dapet kasih sayang dari mereka.”

“Tapi kan—”

“Orang tua kita masih ada, Le. Akan beda cerita kalo kita udah enggak punya orang tua, tapi kita ditinggalin uang.”

Gue mengusap punggung atas Kara. “Ya udah. Sekarang mending tes dulu. Kalo bener lo hamil, kita ngomong langsung ke mereka.”

“Senekat itu?” Kara menggeleng. “Enggak. Gue enggak mau.”

“Lo enggak usah khawatir. Ada gue yang bakal bantu lo. Tapi gue yakin lo cuma salah makan atau stres, sih. Dan asal lo tahu aja, Kak, gue juga ngambil kerja sampingan.”

Memori semalam tergulung rapi di benak gue ketika ponsel bergetar di atas meja. Dengan kantuk yang masih mendera akibat tadi malam karena gue harus mengerjakan deadline video, gue raih ponsel dan melihat notifikasi WhatsApp Kara.

 

PUTRI RAJA πŸ€ͺ: Le, lo ke mna? Di kamar kok gak ada?

KALE: Sekolah. Knp?

PUTRI RAJA πŸ€ͺ: Ih, rajin amat lo. Udah pny pacar, ya?

KALE: Udah. Kmrn jadian.

PUTRI RAJA πŸ€ͺ: Yaudh bagus kalo gitu. Gue dukung. Jgn sampe lo jd sm cewek yg dijodohin itu.

KALE: Iya gak bakal. Eh, knp?

PUTRI RAJA πŸ€ͺ: Gue cm mau bilang thanks ya semalam. Krn cm sm lo, gue bs ngadu.

KALE: Dihh, udah kek sm siapa aja lo. Nyantai aja kali. Gue dipihak lo, kok.

 

Gue pikir kalau sudah dewasa gue enggak akan mendapat banyak masalah, dan gue bisa menjalani hidup dengan semestinya. Tapi nyatanya, jauh dari yang dibayangkan. Campur tangan orang tua sama sekali enggak pernah lepas dari kehidupan gue. Jujur, gue ingin merasakan menjadi remaja yang normal, yang dibebaskan untuk berpendapat. Bukan malah dikekang untuk menuruti kemauan orang tuanya.

Well, gue tahu seharusnya gue enggak boleh bersikap layaknya anak durhaka seperti ini. Tapi, melihat kondisi Kara semalam, semakin membuat gue ingin menambah topeng untuk menutupi wajahnya. Gue benar-benar malu.

Ah, gue butuh Una sekarang juga!

 

KALE: Gue mumet, Na. Help! :(

ALUNA: What's up? Msh pagi, lho. Nnt cerita ya. CU :*

 

Gue melihat chat dari Aluna. Sudah sekitar 15 menit yang lalu cewek itu membalasnya, tapi enggak ada tanda-tanda dia akan membalasnya. Kira-kira apa dia bisa kabulin permintaan gue, ya?

 

KALE: Na, lo di mana? Buruan ke kelas. Gue bete, nih.

 

Gue chat lagi Aluna saking betenya.

 

ALUNA: Ya elah. Biasanya jg nyariin Venya, bkn gue. Gue otw. Td Gema jemput.

KALE: Ah, gue lupa. Knp gak jemput lo aja sih tadi. Nyesel gue.

ALUNA: Hahaha 5 menit lg gue nyampe kok XD

 

Walau nantinya Aluna enggak bisa dapat membantu banyak, seenggaknya gue punya tempat mengadu sekarang. Mungkin nanti gue bisa menuangkan keluh kesah gue ke dia, dan semua akan baik-baik saja. Pun kalau gue cerita ke Gema atau Javier, mereka enggak akan kasih gue solusi. Paling tepat hanya sekadar kalimat semangat yang enggak mempan seperti, “Sabar ya, Bro. Lo pasti bisa ngatasin ini.”

Gue enggak butuh kalimat itu! Gue lebih butuh seseorang yang bisa bawa gue keluar zona suram ini. Dan Aluna adalah nama yang pertama kali terlintas di benak gue.

“Selamat pagi, Bro!” Javier melangkahkan kakinya dengan riang menuju tempatnya.

Gue mendelik tajam ke arahnya. “Semangat amat lo.”

Javier melepaskan tas dan topi ADIDAS hitamnya di meja depan gue. “Semangat, lah. Kan besok weekend. Terus info baiknya adalah besok ekskul enggak bakal ada karena ada pertemuan orang tua sama direktur sekolah buat rapat tentang kemah bulan depan.”

“Oh, gitu.” Gue mengangguk-angguk sekenanya.

Setiap tahunnya SMA Extraordinary mengadakan acara kemah yang diperuntukkan untuk kelas 11. Pun pertemuan orang tua diadakan secara tertutup, dan hanya beberapa orang tua dari kelas 11 yang ingin menyumbang untuk acara tersebut. Baik dari segi pendanaan tempat, makan, sampai fasilitas.

“Lo kenapa suntuk banget? Masalah sama Venya?” tanya Javier. Dia duduk di bangku kosong sebelah gue.

“Enggak. Bukan itu,” jawab gue sambil menggeleng. “Eh, lo lihat Aluna enggak? Katanya lima menit lagi nyampe. Tapi tuh anak enggak nongol-nongol. Jangan-jangan diapa-apain lagi sama Gema. Wah, parah!” Spontan gue beranjak dari kursi, hendak keluar. Gue enggak lihat lagi gimana tampangnya Javier. Otak gue penuh sama Aluna. “Apa-apaan, sih? Kan baru jadian kemarin.” []

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 2 0 0 1 0
Submit A Comment
Comments (39)
  • athayaaazhf

    Gema pengingat yg baik emang. Gak kek kale πŸ˜—πŸ˜…

    Comment on chapter BUKU HARIAN UNA (BH 4)
  • athayaaazhf

    Ahh sad banget part ini 😭

    Comment on chapter 11. SATURSAD
  • athayaaazhf

    Uhuhuu iya biar mereka gak tau

    Comment on chapter BUKU HARIAN UNA (BH 3)
  • athayaaazhf

    Dari khawatir jadi memahat hati πŸ˜… mudahΒ²an beneran ya, le 😁

    Comment on chapter 10. PAHAT HATI
  • athayaaazhf

    Wahh goodluck, una πŸ₯°πŸ˜š

    Comment on chapter 9. PERMINTAAN
  • athayaaazhf

    Keputusan buat left grup itu udah bener sih menurutku. Daripada dicecar ya kann πŸ₯Ίβ˜Ή

    Comment on chapter 8. KAKAK KELAS
  • athayaaazhf

    Hahahaa kale tu pasti πŸ˜†πŸ˜‚

    Comment on chapter 8. KAKAK KELAS
  • athayaaazhf

    Pada ngeselin emang nih ☹

    Comment on chapter 7. KESAL!
  • athayaaazhf

    Kan kann ketahuan πŸ˜—πŸ€”

    Comment on chapter 6. BEKAL KALE
  • athayaaazhf

    Una diculikkk πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

    Comment on chapter 5. PERIHAL KARA
Similar Tags
Susahnya Jadi Badboy Tanggung
5911      1867     1     
Inspirational
Katanya anak bungsu itu selalu menemukan surga di rumahnya. Menjadi kesayangan, bisa bertingkah manja pada seluruh keluarga. Semua bisa berkata begitu karena kebanyakan anak bungsu adalah yang tersayang. Namun, tidak begitu dengan Darma Satya Renanda si bungsu dari tiga bersaudara ini harus berupaya lebih keras. Ia bahkan bertingkah semaunya untuk mendapat perhatian yang diinginkannya. Ap...
A Day With Sergio
1790      801     2     
Romance
Listen To My HeartBeat
583      354     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
Take It Or Leave It
6148      1986     2     
Romance
"Saya sadar...." Reyhan menarik napasnya sejenak, sungguh ia tidak menginginkan ini terjadi. "Untuk saat ini, saya memang belum bisa membuktikan keseriusan saya, Sya. Tapi, apa boleh saya meminta satu hal?" Reyhan diam, sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin mendengar suara gadis yang saat ini akhirnya bersedia bicara dengannya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana, Aisyah sepertinya masi...
Love Like Lemonade
4552      1520     3     
Romance
Semula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa kampus! Jadilah mereka musuh bebuyutan. Di mana ada Alvin, itulah saat paling buruk untuk Vanta. Neraka bagi cewek itu. Bagaimana tidak? Cowok bernama Alvin Geraldy selalu melakukan segala cara untuk membalas Vanta. Tidak pernah kehabisan akal...
Reminisensi
0      0     0     
Fan Fiction
Tentang berteman dengan rasa kecewa, mengenang kisah-kisah dimasa lampau dan merayakan patah hati bersama. Mereka, dua insan manusia yang dipertemukan semesta, namun bukan untuk bersama melainkan untuk sekedar mengenalkan berbagai rasa dalam hidup.
Hyeong!
192      167     1     
Fan Fiction
Seok Matthew X Sung Han Bin | Bromance/Brothership | Zerobaseone "Hyeong!" "Aku bukan hyeongmu!" "Tapiβ€”" "Seok Matthew, bisakah kau bersikap seolah tak mengenalku di sekolah? Satu lagi, berhentilah terus berada di sekitarku!" ____ Matthew tak mengerti, mengapa Hanbin bersikap seolah tak mengenalnya di sekolah, padahal mereka tinggal satu rumah. Matthew mulai berpikir, apakah H...
After Feeling
5873      1888     1     
Romance
Kanaya stres berat. Kehidupannya kacau gara-gara utang mantan ayah tirinya dan pinjaman online. Suatu malam, dia memutuskan untuk bunuh diri. Uang yang baru saja ia pinjam malah lenyap karena sebuah aplikasi penipuan. Saat dia sibuk berkutat dengan pikirannya, seorang pemuda misterius, Vincent Agnito tiba-tiba muncul, terlebih dia menggenggam sebilah pisau di tangannya lalu berkata ingin membunuh...
Lenna in Chaos
7096      2103     1     
Romance
Papa yang selingkuh dengan anggota dewan, Mama yang depresi dan memilih tinggal di desa terpencil, seorang kakak perempuan yang kabur entah ke mana, serta kekasih yang hilang di Kalimantan. Selepas kerusuhan demonstrasi May Day di depan Gedung Sate, hidup Lenna tidak akan pernah sama lagi. Sewaktu Lenna celaka di kerusuhan itu, tidak sengaja ia ditolong oleh Aslan, wartawan media sebelah yang...
Unexpected You
493      349     0     
Romance
Pindah ke Indonesia dari Korea, Abimanyu hanya bertekad untuk belajar, tanpa memedulikan apapun. tapi kehidupan tidak selalu berjalan seperti yang diinginkannya. kehidupan SMA terlalu membosankan jika hanya dihabiskan untuk belajar saja. sedangkan Renata, belajar rasanya hanya menjadi nomor dua setelah kegemarannya menulis. entah apa yang ia inginkan, menulis adalah pelariannya dari kondisi ke...