Read More >>"> Gurun Pujaan Hujan (Satu dari Sekian (Bagian 2)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gurun Pujaan Hujan
MENU
About Us  

Perapian menyambut hangat pertemuan ini, Mbah Kakung juga ikut hadir sekedar untuk mendengarkan orang muda berkutik pada perkara dunia yang menurutnya tidak penting. Suara gemeletuk arang dan bara api terdengar samar, kalah dengan derasnya gemercik hujan yang tampiasnya membuat basah pintu dan jendela.

“Aku khawatir masalah ini akan panjang...” kekhawatiran kami semua sama. Pak Wicak menyambangi rumah mbah kakung, sengaja agar bisa berdiskusi dengan Aku, Sabang, Guna dan El.

“Uji dari lab forensik menunjukan hasil yang ganjil tentang tulang manusia yang kita temukan kemarin, Pak. Ada ketidakcocokan antara rahang gigi dan tukang panggul yang kami analisis, seperti berasal dari dua individu yang berbeda. Tapi mungkin aku akan coba mendiskusikannya dengan Eoni lebih jauh tentang siapa sebenarnya dia atau mereka.” El mulai menyinggung tentang hasil penelitiannya yang entah bagaimana ceritanya tiba-tiba ia meminta perpanjangan waktu pengkajian.

Pak Wicak terlihat manggut-manggut, ia pandai menolerir sesuatu selama anak buahnya serius dalam bekerja.

Hujan di luar nampaknya tidak mengalahkan konsentrasi dalam percakapan ini, meskipun pohon-pohon menjadi ramai karena berjumpa dengan badai, tapi kami yang di dalam tidak sekalipun menghiraukannya, sebab bencana yang dibuat oleh alam sama mengerikannya atau bahkan lebih mengerikan dengan bencana yang dibuat manusia.

“Nadif, tolong kau kawal berita dan report dari media cetak maupun digital, buat klarifikasi yang aman agar projek ini tidak terlalu mengundang perhatian.” Aku sudah tahu pasti Pak Wicak akan mengandalkanku untuk hal ini.

Petir di luar menggelegar beberapa kali membuat ayam peliharaan Mbah Kakung terkejut dan meringkuk takut di pojok kandang.

“Sekarang giliran kalian, paparkan cerita versi apapun itu tentang kecurigaan-kecurigaan kalian selama ekspedisi ini berjalan. Aku yakin otak muda kalian masih lebih fresh untuk mencerna masalah seperti ini. Sebab, dugaan-dugaan yang tidak perlu sudah tertalu banyak memenuhi kepalaku.” Itu benar, aku merasa Pak Wicak terlihat bertambah tua dengan cepat semenjak pra-ekspedisi.

Aku yang membuka kata.

“Aku tidak pernah menaruh kecurigaan pada siapapun di sini. Aku pikir dan aku harap, training kita sebelum penerjunan sudah membangun bonding yang ideal antara anggota satu sama…”

“Kau terlalu berpikiran positif, kawan. Hentikan itu,” Guna menyela pembicaraanku, aku tahu kadang sikapku yang satu ini memang memuakkan di saat-saat tertentu.

“Guna, biarkan Nadif dengan isi kepalanya.” Pak Wicak membelaku.

Aku paham mengapa mereka tidak sabaran untuk perkara ini, sudah puluhan malam sering kita habiskan hanya untuk membicarakan topik yang itu-itu saja. Baru kali ini kami punya momen untuk meluapkan semuanya di depan orang yang tepat dan penting.

“Aku tak sedikitpun berharap jika pelaku yang membuat kita kesusahan dan kehilangan banyak hal adalah bagian dari kita sendiri, aku sungguh tidak ingin, maka biarkan aku menjelaskan. Aku memang tak pernah setuju jika dahulu orang-orang pernah mencurigai Sabang sebagai orang yang harus kita waspadai, dan kecurigaan itu ternyata tidak terbukti sama sekali. Namun aku punya argumen lain yang mungkin bisa lebih dipertimbangkan, walaupun aku tidak berharap dugaanku benar. Ini adalah tentang Pak Jayadi dan Mas Aji, aku menyimpan banyak keluhan tentang mereka berdua, baik itu secara hubungan pertemanan maupun kerja. Untuk beberapa berita yang setiap minggu aku kirim ke media cetak dan elektronik, mereka selalu mengoreksi beberapa redaksi yang mereka rasa kurang pas, padahal anggota yang lain tak merasa bermasalah dengan itu. Aku tak tahu apakah itu hanya dalihnya saja untuk mengetahui kemajuan projek atau ada maksud lain yang tidak aku mengerti. Tapi mereka selalu menggali informasi-informasi baru lewat narasiku.

“Aku juga merasa ada beberapa kegiatan ganjil yang dilakukan oleh mereka. Yang paling terbaru adalah kemarin lusa, hari di mana aku potong rambut. Aku melihat mereka berdua tengah melakukan pertemuan dengan orang yang menurutku mencurigakan dan sudah sepatutnya kita cari kepastian pada orangnya sekedar untuk bertanya kepentingan apakah yang mereka lakukan itu. Saat kejadian ada Eoni juga, dan ia punya analisis yang lebih mantap dari sekedar hipotesisku. Esok jika perlu akan aku tanyakan.” Saat menyinggung perkara gadis itu Sabang melirikku. Aku tahu, ia tak ingin sang gadis terlibat dalam masalah pelik ini.

Aku menceritakan seluruh isi kepalaku dan peristiwa ganjil yang kerap aku temui, tidak hanya pada satu dua orang, aku juga sempat menjelaskan beberapa hal yang tidak aku sukai pada kebiasaan Pak Wicak yang membuatnya bisa saja dicurigai, meskipun aku paham betul Pak Wicak tidak akan sejahat itu. Pasalnya Pak Wicak kerap kali meninggalkan tempat ekspedisi dengan alasan menyambangi projek ekskavasi situs lain secara tiba-tiba dan kadang jadwalnya tidak aku ketahui. Aku tentu tidak akan berfikir yang tidak-tidak tentang Pak Wicak, aku hanya tidak ingin orang lain melakukannya.

Setelah aku, giliran Guna yang meluapkan isi kepalanya. Aku rasa sesi ia bercerita adalah yang paling panjang dibanding aku dan Sabang. El tidak terlalu banyak berkontribusi pada diskusi ini, seperti yang aku bilang di awal, ia adalah ahli forensik yang amat ahli dengan bidangnya. Dia tidak terlalu menaruh antusias yang besar tentang hilangnya benda purba atau warisan nenek moyang.

Malamnya alam lebih tenang, hujan berhenti setelah Mbah Kakung bergumam “..redalah reda,” dari kamarnya yang terang remang-remang.

Pukul satu dini hari, seluruh sudut pandang selesai. Pak Wicak tidak banyak mengoreksi atau menyela keluhan kami. Namun gurat paras dan wajahnya menunjukkan hal lain seolah memberitahu bahwa ia sedang mencemaskan banyak hal.

Setelah satu teko air bening hangat tandas dan lima gelas kopi tinggal ampasnya, Pak Wicak menutup hari. “Terima kasih banyak anak-anakku, aku rasa aku bisa mengandalkan kalian, aku butuh pikiran jiwa muda seperti kau-kau ini. ingat! Tidak semua yang terlihat tidak ada, bukan berarti tidak nyata. Dan ketika ia terasa ada, tidak otomatis ia bisa dipastikan nyata. Dunia ini selalu dipenuhi dengan ketidaktahuan. Aku ingin kalian selalu berhati-hati baik dari apa yang kalian ketahui maupun yang tidak.”

Ini hari yang panjang, kita semua harus istirahat.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Singlelillah
1295      614     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.
Di Antara Mereka
3382      1601     3     
Romance
Mengisahkan seorang cewek dan cowok yang telah lama bersahabat Mereka bernana Gio dan Mita Persahabatan mereka di tahun ke dua tidaklah mudah Banyak likaliku yang terjadi hingga menyakiti hati Keduanya sempat saling menjauh karena suatu keterpaksaan Gio terpaksa menjauhi Mita karena sang Ibu telah memilihkan kekasih untuknya Karena itu Mita pun menjauhi Gio. Gio tak dapat menerima kenyataan itu d...
Who are You?
1221      529     9     
Science Fiction
Menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan? Terdengar keren, tapi bagaimana jadinya jika tiba-tiba tanpa proses, pengetahuan, dan pengalaman, orang awam menangani kasus-kasus medis?
Hei, Mr. Cold!
236      196     0     
Romance
"Kau harus menikah denganku karena aku sudah menidurimu!" Dalam semalam dunia Karra berubah! Wanita yang terkenal di dunia bisnis karena kesuksesannya itu tak percaya dengan apa yang dilakukannya dalam semalam. Alexanderrusli Dulton, pimpinan mafia yang terkenal dengan bisnis gelap dan juga beberapa perusahaan ternama itu jelas-jelas menjebaknya! Lelaki yang semalam menerima penolakan ata...
Meteor Lyrid
321      240     1     
Romance
Hujan turun begitu derasnya malam itu. Dengan sisa debu angkasa malam, orang mungkin merasa takjub melihat indahnya meteor yang menari diatas sana. Terang namun samar karna jaraknya. Tapi bagiku, menemukanmu, seperti mencari meteor dalam konstelasi yang tak nyata.
Heartbeat
174      134     1     
Romance
Jika kau kembali bertemu dengan seseorang setelah lima tahun berpisah, bukankah itu pertanda? Bagi Jian, perjumpaan dengan Aksa setelah lima tahun adalah sebuah isyarat. Tanda bahwa gadis itu berhak memperjuangkan kembali cintanya. Meyakinkan Aksa sekali lagi, bahwa detakan manis yang selalu ia rasakan adalah benar sebuah rasa yang nyata. Lantas, berhasilkah Jian kali ini? Atau sama seper...
Prakerin
5889      1621     14     
Romance
Siapa sih yang nggak kesel kalo gebetan yang udah nempel kaya ketombe —kayanya Anja lupa kalo ketombe bisa aja rontok— dan udah yakin seratus persen sebentar lagi jadi pacar, malah jadian sama orang lain? Kesel kan? Kesel lah! Nah, hal miris inilah yang terjadi sama Anja, si rajin —telat dan bolos— yang nggak mau berangkat prakerin. Alasannya klise, karena takut dapet pembimbing ya...
LUKA TANPA ASA
5349      1725     11     
Romance
Hana Asuka mengalami kekerasan dan pembulian yang dilakukan oleh ayah serta teman-temannya di sekolah. Memiliki kehidupan baru di Indonesia membuatnya memiliki mimpi yang baru juga disana. Apalagi kini ia memiliki ayah baru dan kakak tiri yang membuatnya semakin bahagia. Namun kehadirannya tidak dianggap oleh Haru Einstein, saudara tirinya. Untuk mewujudkan mimpinya, Hana berusaha beradaptasi di ...
The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO)
5658      2363     12     
Horror
"Kamu mengkhianatiku!" Alana gadis berusia 23 tahun harus merasakan patah hati yang begitu dalam.Tepat pada tahun ke 3 jadian bersama sang tunangan, pria itu malah melakukan hal tak senonoh di apartemennya sendiri bersama wanita lain. Emosi Alana membeludak, sehingga ia mengalami tabrak lari. Di sebuah rumah sakit tua yang bernama Lokapala, Alana malah mendapatkan petaka yang luar biasa. Ia har...
Story Of Chayra
8232      2606     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...