Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gi
MENU
About Us  

Aku meraup wajahku yang basah karena Bastari tiba-tiba saja menyemburkan jus wortel yang baru sepersekian detik masuk ke mulut. 


"Maaf, maaf! Maafkan aku, Nami!" Bastari berseru seraya tangannya dengan cekatan mengambil tisu yang selalu dia bawa-bawa di saku bajunya. 


"Aku nggak sengaja! Serius deh!" menambahkan. 


Aku tahu dia tidak sengaja, aku mengangguk pelan. "Iya nggak apa-apa, kok, Bas," ucapku. 


Air wajah penuh penyesalan diperlihatkan Bastari padaku, kedua tangannya menangkup sebagai tanda penyesalan dan permintaan maaf. 


"Sudah nggak apa-apa kok, lagian juga aku kok yang salah karena buat kamu kaget," tambahku. 


Iya benar. Semua salahku, karena memberitahu Bastari kalau gadis yang menangis tadi pagi bersama dengan Gi adalah aku. Sekali lagi, ingatan konyol itu muncul di kepalaku. Saat di mana Gi tidak sengaja menabraknya hingga aku duduk di hadapannya. 


Saat itu seharusnya yang patut dicurigai adalah aku--aku yang tidak berhati-hati saat berjalan--aku yang terus-menerus jalan sambil menunduk karena tidak ingin orang-orang melihatku dengan mata sembab--aku yang dengan ceroboh saat Gi mengarahkan tangannya kepadaku untuk membantuku berdiri dari tempatku terjatuh, tapi aku justru membuat diriku jadi terlihat terluka. 


"Maaf nggak sengaja! Aku buru-buru, jadi nggak lihat kamu ada di situ. Kamu nggak apa-apa?"


Kalimat tanya yang dia lontarkan aku membuat pertahanan diriku hancur, air mata yang sudah payah aku tahan, agar tidak menangis justru semerta-merta tumpah. Parahnya, detik itu orang-orang ramai berdatangan dan menonton kejadian itu. 


"Apakah kamu baik-baik saja?" 


"Kamu nggak lihat cewek itu nangis sampai sesenggukan gitu?" Suara seseorang yang tiba-tiba muncul di antara kami. 


"Kamu buat ulah apa lagi sampai buat anak orang nangis, Gi?" Kali ini suara orang lain lagi yang juga ikut nimbrung. 


Jujur saja saat itu aku malu bukan main, aku sungguh ingin kabur kalau saja ada pintu kemana saja milik Doraemon. Aku yang terlanjur malu memilih menunduk dan menutupi wajahku yang aku yakin 1.000% wajahku sudah sangat merah kepiting rebus. 


"Tu-tunggu, deh! Jadi... tadi kamu nangis? Lagi?" tanya Bastari. 


Oops! Padahal aku tidak ingin Bastari tahu kalau air mataku tumpah lagi. Kali ini aku hanya bisa mencoba memamerkan deretan gigiku, sayang, lagi-lagi wajah tersenyum yang coba aku buat gagal. Yang ada, kini tangisku tumpah lagi dan semakin menjadi-jadi. 


"Maaf, Bas ... maafin aku ... aku masih ingat gimana Bunda meregang nyawa sambil menggenggam tanganku, a--aku ... aku ...." Kalimatku tidak selesai karena bergantian dengan Isak tangis. 


Bastari memeluk tubuhku erat. "Nami ... kamu lupa ya? Bunda 'kan pernah bilang sama kamu, kalau kamu harus jadi anak yang kuat, nggak boleh cengeng. Aku masih ingat kamu bilang janji ke Bundamu," ucap Bastari mengingatkan aku tentang hari-hari saat dia menemaniku menjaga Bunda yang sakit. 


Selama Bunda sakit, Bastari, dia bantu aku jaga Bunda di rumah bersama Wenda--adikku. Sementara aku, bantu-bantu di toko kue milik Maminya. Sebagai gadis yang bahkan belum genap tujuh belas tahun aku sudah harus berjuang untuk bantu pengobatan bunda. 


Setelah pulang dari toko roti milik keluarga Bastar, aku selalu mencurahkan isi hatku pada mereka, apa saja yang terjadi di toko, bagaimana hatiku di sekolah, dan hal-hal yang terkadang tidak penting tapi aku hanya ingin terus bercerita agar Bunda tetap bersamaku, memberiku nasihatnya. Sesering itu juga pipiku basah karena tidak tahan dengan keadaan yang menurutku sangat tidak adil. 


Tapi, menurut Bunda, Tuhan itu maha adil. Tuhan tidak memberikan cobaan melewati batas makhluk-Nya. Aku percaya hal itu, tentu saja. Aku bersyukur karena ada mereka yang menjadi sumber kekuatanku. 


"Nami, kamu harus percaya, Bunda jauh lebih baik saat ini di surga. Jadi, kamu harus ikhlas, Nami ...." Ini dia, Bastari, sahabatku. Orang yang paling aku andalkan, yang sering aku anggap sebagai kakak karena pembawaannya yang dewasa dibandingkan usianya, putri pemilik toko roti yang sangat terkenal bahkan cabangnya sudah ada di tiga kota besar lainnya.


"Kamu ingat janji kamu sama Bunda, kan?" 


Aku mengangguk pelan, tentu saja aku ingat. "Maaf karena aku lemah, Bas. Terima kasih." Aku berkata seraya menghapus jejak air mata di pipiku. 


"Sssttt sudah, ah! Aku bosan tahu dengar kata terima kasih dari mulutmu!" Segera Bastari menyibukkan diri dengan kembali menyeruput jus wortelnya. 


"Jadi, alasan kamu nangis bukan karena kamu nembak Gi dan ditolak dia, kan?" tanya Bastari setelah benar-benar menelan jus di mulutnya. 


Entah kenapa pertanyaan konyolnya itu berhasil membuat suasana hatiku menjadi lebih baik. Aku mengangguk sebagai jawaban. 


"Lalu siapa cewek yang ditolak si biang onar itu sebenarnya, sih? Kamu nggak mau ngaku, padahal aku pikir kamu beneran nembak dia, loh!" 


Aku mencubit perutnya pelan sambil berkata, "Ih ... apaan, sih, Bas! Jangan konyol!" 


Begitulah cara sederhana namun terasa ajaib yang dilakukan Bastari untuk menghilangkan rasa sedihku. Tiba-tiba dia akan berkata hal diluar dugaan dan akhirnya kami tertawa berjamaah. 


"Yuk makan lagi, ah! Aku masih lapar tahu!" 


"Oh...kamu serius masih mau makan? Aku kira, setelah cerita tentang Gi, nafsu makan kamu hilang, Babas!" godaku sambil menaik-turunkan alisku. 


"Ya nggak mungkin, lah! Yang namanya lapar ya makan, dan aku lapar. Pantang bagi Bastari untuk anti makan, nggak mungkin, Nami.... Catat ya, makan sama napas itu hobinya aku," ucapnya diakhiri dengan tawa renyah yang berhasil bikin ikut tertawa juga. 


"Sepertinya hal yang terakhir itu bukan cuma hobi kamu deh, Babas!" Aku protes sambil memanyunkan bibirku, detik berikutnya kami tertawa lagi. 


***


Bel berakhirnya jam pelajaran berbunyi nyaring. Seluruh penghuni SMA Negeri Pelangi menyambut jam pulang dengan sorak-sorai dan senyum terpatri di wajah mereka. 


"Nami," panggil Bastari. 


Iya, Bas, jawabku sambil membetulkan ikat sepatu yang tadi sempat lepas. 


"Aku mau bilang, tapi please...kamu harus janji kamu nggak akan marah atau menghilang," ucapnya. 


"Tentang apa?" 


"Janji dulu...." 


"Oke, aku janji. Jadi, apa itu, Bas?" Saya penasaran. 


Bastari terlihat mengembuskan napas perlahan-lahan sebelum akhirnya kembali berkata, "Mami bilang, katanya... kamu dan Wenda boleh tinggal bersama kami."


Jujur saja, mendengar kalimat itu berhasil membuatku terkejut. Seperti kata Bastari, saya mungkin saja menargetkan karena menganggap dirinya telah membatasi harga diriku. Namun nyatanya, aku tidak demikian, sebab, memang aku membutuhkan tempat tinggal di samping penghasilanku yang pas-pasan. 


Saya ini bisa dibilang melankolis, karena sering kali terbawa perasaan. Dan ujung-ujungnya menangis. Mataku seolah sudah basah dan terkejar merembes kalau saja Bastari tidak cepat-cepat memelototi aku dengan galak. 


"Awas aja kalau kamu nangis lagi! Aku nggak segan-segan ya... detik itu juga, aku akan bilang, Lo--gue-end." Bastari berucap sambil menunjuk dirinya dan diriku secara bergantian, lalu menggerakkan tangannya seakan mengiris lehernya sendiri di akhir kalimatnya. 


“Iya, iya, aku nggak nangis, kok!” Kataku pembelaan diri. 


"Dasar cengeng!" celetuk Bastari. "Aku anggap mata berkaca-kaca kamu itu sebagai jawaban kamu menerima permintaan Mami," tulisnya. 


🍀

•B~E~R~S~A~M~B~U~N~G• 


Jangan lupa vote dan sangat boleh meramaikan kolom komentarnya ya teman-teman ❤️ Terima kasih atas support kalian

🥰


Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku Benci Hujan
7210      1892     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
AKSARA
6405      2183     3     
Romance
"Aksa, hidupmu masih panjang. Jangan terpaku pada duka yang menyakitkan. Tetaplah melangkah meski itu sulit. Tetaplah menjadi Aksa yang begitu aku cintai. Meski tempat kita nanti berbeda, aku tetap mencintai dan berdoa untukmu. Jangan bersedih, Aksa, ingatlah cintaku di atas sana tak akan pernah habis untukmu. Sebab, kamu adalah seseorang yang pertama dan terakhir yang menduduki singgasana hatiku...
SURGA DALAM SEBOTOL VODKA
9519      2109     6     
Romance
Dari jaman dulu hingga sekarang, posisi sebagai anak masih kerap kali terjepit. Di satu sisi, anak harus mengikuti kemauan orang tua jikalau tak mau dianggap durhaka. Di sisi lain, anak juga memiliki keinginannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Lalu bagaimanakah jika keinginan anak dan orang tua saling bertentangan? Terlahir di tengah keluarga yang kaya raya tak membuat Rev...
Diary Ingin Cerita
3435      1636     558     
Fantasy
Nilam mengalami amnesia saat menjalani diklat pencinta alam. Begitu kondisi fisiknya pulih, memorinya pun kembali membaik. Namun, saat menemukan buku harian, Nilam menyadari masih ada sebagian ingatannya yang belum kembali. Tentang seorang lelaki spesial yang dia tidak ketahui siapa. Nilam pun mulai menelusuri petunjuk dari dalam buku harian, dan bertanya pada teman-teman terdekat untuk mendap...
Rewrite
9338      2689     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Hello, Kapten!
1480      739     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
Cinta Pertama Bikin Dilema
5080      1410     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
KataKu Dalam Hati Season 1
5801      1534     0     
Romance
Terkadang dalam hidup memang tidak dapat di prediksi, bahkan perasaan yang begitu nyata. Bagaikan permainan yang hanya dilakukan untuk kesenangan sesaat dan berakhir dengan tidak bisa melupakan semua itu pada satu pihak. Namun entah mengapa dalam hal permainan ini aku merasa benar-benar kalah telak dengan keadaan, bahkan aku menyimpannya secara diam-diam dan berakhir dengan aku sendirian, berjuan...
ARMY or ENEMY?
14732      4171     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Konspirasi Asa
2814      976     3     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai ambisinya itu...