Loading...
Logo TinLit
Read Story - Campus Love Story
MENU
About Us  

Henan saat ini tengah mengikuti kelas musiknya. Duduk mendengarkan dosen yang tengah membahas perihal sejarah soal musik. Sungguh, soal cerita masa lalu, Henan sangat lemah dalam perihal itu. Katanya, kepalanya terlalu menolak untuk menyimpan nama-nama hingga tanggal penting pada masa lampau. Siapa yang berpengaruh, apa dampaknya, kapan ditemukannya, semuanya. Untuk ujian sejarah pun dia tak jarang mendapat nilai rendah, bahkan sampai mengulang. Nasib dirinya terlalu malas membahas masa lalu.

Tapi yang namanya musik, Henan tak bisa lepas dari itu. Selain budak cinta terhadap karakter kartun Jepang, musik juga termasuk salah satu elemen yang mengalir dalam darah dagingnya.

Bukan tanpa alasan. Ayah Henan adalah seorang pelatih vokal serta ibunya sangat pandai bernyanyi dan bermain piano. Tak jarang wanita itu hadir di gereja sebagai salah satu peserta paduan suara. Henan sejak kecil selain dijajani dengan kartun Shin-chan, dirinya juga selalu bermain musik dengan kedua orang tuanya. Jadilah sekarang Henan benar-benar terbawa masuk ke dalam hal musik.

"Tugas dikumpul dipertemuan berikutnya. Buat esai tentang orang-orang yang berpengaruh bagi kalian mengenai musik," sahut dosen di depan.

Duduk Henan menegak hanya ketika dirinya mendengar orang yang berpengaruh akan dirinya selain musik. Mungkin dikesempatan ini dia bisa mengenalkan orang tuanya kepada semua orang bagaimana pengaruhnya mereka tentang musik bagi Henan.

Kelas berakhir dan tanda istirahat akhirnya tiba. Daripada keluar, Henan memilih mendekam dirinya di dalam kelas. Hari ini terlalu tidak membuatnya ingin bergerak banyak. Entahlah, dirinya sendiri bahkan tidak tahu apa alasannya. Kakinya sekarang ini bahkan terasa malas untuk digerakkan. Berakhir diri sendiri dalam ruangan kelas tak bersuara. Menyumpal kedua lubang telinga dengan airpod. Menyalurkan alunan musik melalui benda itu masuk ke dalam telinganya secara halus.

Mulut Henan terbuka. Bergerak bebas sembari menciptakan nada merdu di telinga. Ruangan yang hanya diisi dirinya menjadi menggema, membuat alunan suaranya menyeruak hingga keluar. Henan bernyanyi mengikuti lagu yang didengarnya. Tidak peduli akan reaksi orang-orang yang akan mendengar suaranya. Saat ini, Henan hanya ingin mengeluarkan suaranya barang sebentar.

If you don't mind baby
Crazy I may be in Lo- Love
If you don't mind baby
Think that I may be in Lo- Love

'Cause baby one and done
Simply not enough
I need you more and more
Baby one and done
Simply not enough
I need you more and more

Dengan pandangannya yang mengarah pada kaca luar jendela. Kelas yang berada di lantai dua, pandangan di luar hanya memberinya sebuah objek sambungan bangunan kampus dan tingginya dahan pohon yang menjulang. Dari jauh tak terlupakan kumpulan awan putih yang bergerak mulus di langit cerah berwarna biru. Hari ini terlihat begitu menenangkan dengan cahaya cerahnya yang menerangi bumi.

"Suara siapa itu?"

Gina tidak sengaja berjalan dalam koridor lantai dua gedung Fakultas Seni dan Musik. Sedikit celingak-ceinguk kala melewati setiap kelas hanya untuk menemukan asal suara yang menggema dalam seluruh penjuru lorong. Dengan langkah pelan dan buku tebal dalam pelukannya, Gina terus berjalan menyusuri lorong dengan pandangan penasaran. Suara yang didengarnya terlalu enak dan saking sukanya, Gina merasa ingin mendengarkannya secara terus-menerus.

Tepat ketika pandangannya mendapati Henan yang duduk menyendiri di dalam kelas. Menatap ke arah luar dengan mulut yang terbuka bebas menyerukan alunan lagu. Begitu merdu dan menenangkan dalam telinga. Rasa terkejutnya tak lupa menguap dalam raga. Gina baru tahu kalau sosok menyebalkan seorang Henan adalah anak lelaki yang mempunyai suara semenenangkan itu. Dia bisa bayangkan bagaimana reaksi orang-orang yang dia yakin pasti sama seperti dirinya begitu mendengar suara Henan.

"Heh, sadar! Ayo balik," tegur Gina pada dirinya sendiri.

Sebelum ketahuan akan Henan, dia lantas bergegas untuk pergi dari sana. Keperluannya menemui dosen pembimbing ternyata memberi Gina nilai positif. Mendengar suara Henan yang bernyanyi membuatnya merasa semangat kembali. Tambahan nilai postif juga kepada lelaki itu akan penilaiannya.

🎗

Selesai bertemu dengan dosen pembimbing, Gina lantas beralih menuju perpustakaan kampus sesuai perintah. Mengumpulkan buku-buku yang terkait untuk tugas sastranya.

Perpustakaan yang sangat jarang sepi akan mahasiswa, keseringan tempat duduk penuh hingga tak terhingga. Untungnya Gina hanya berniat untuk meminjam beberapa buku. Setelah menelaah buku yang dianggapnya lebih penting lantas di masukkan dalam daftar pinjaman. Sisanya, Gina hanya berniat untuk membacanya di tempat. Tapi karena perpustakaan sangat penuh hari ini, dirinya terpaksa mengurungkan niat untuk menetap di dalam.

Sementara dirinya menimang memillih antara dua buku yang hendak dipinjam, seorang lelaki mendekatinya. Bukan karena rasa kepedean, tapi memang karena orang itu juga memiliki keperluan mencari buku di antara rak tempat Gina tengah berdiri sekarang.

Dari pandangan melalui ujung mata, Gina sangat kenal dengan sosok ini. Berambut hitam pekat dengan parfum manis yanng menyeruak. Bukan hal yang perlu lagi untuk dipertanyakan. Maka saat Gina mendongak, tebakannya pasti tidak akan salah.

"Eh, Gina. Hai," sapa lelaki tersebut. Mengulas senyum manis yang dibalas manis pula olehnya.

"Hai juga, Kak," jawabnya.

"Mencari buku juga?"

"Jelaslah, Kak. Ya, kali gue cari tukang cilok di sini," gurau Gina tanpa memandang lelaki itu.

Tawa renyah memasuki indera pendengarannya. Menyadarkan Gina, selain suara Henan yang baru didengarnya, tawa dari pemilik lelaki ini juga masuk dalam daftar suara kesukaannya. Meskipun tawa asli yang keluar lebih renyah dan lantang, tapi entah mengapa Gina sangat tagih untuk mendengarnya.

"Iya, benar juga," sahut lelaki itu.

Tidak ada pembicaraan kembali. Keduanya larut dalam kesibukan memilih buku. Namun aslinya, Gina tidak sepenuhnya serius. Ujung matanya sesekali menatap lelaki itu dalam diam. Dalam hatinya yang sudah berbicara sendiri. Jantungnya tanpa diminta berdetak secara tidak alami. Perasaan yang selalu dirasakan kala bertemu dengan kakak tingkatnya ini.

Sela pernah mengatakan padanya untuk segera mencari pacar yang lebih terdengar layaknya sebuah suruhan. Bukannya tidak mau, Gina hanya saja tidak berani untuk mengungkapkannya. Lelaki yang berstatus sebagai kakak tingkatnya ini, perbedaan mereka yang berjarak satu semester dan satu tahun umur sudah masuk terdaftar di dalam hatinya.

Gina menyukai seseorang? Kenapa tidak. Terbukti dengan lelaki yang tengah bersamanya di perpustakaan saat ini. Seorang lelaki layaknya pemeran Kevin dalam film The Chipmunks mengambil dan mengunci seluruh pandangannya pada lelaki lain. Seakan mereka semua berubah menjadi kabur.

Dirinya ingat saat pertemuan pertama. Terkesan tidak elegan dan kalau diingat kembali membuat Gina merasa malu setengah mati. Berawal dari dirinya yang salah paham hingga marah-marah yang padahal saat itu lelaki yang dia sukainya ini tidak menjabat dan berurusan apa pun soal kepanitian ospek. Ketika tahu kebenaran berasal dari Sela yang memberitahu, seluruh waktunya mendadak berhenti. Gina dengan segenap jiwan lantas mencari lelaki itu untuk meminta maaf, hingga beberapa dari temannya sudah sangat menghapal dirinya.

"Ah, sial. Kenapa malah flashback."

"Ada apa, Gina?"

Gina menoleh. Mengira lelaki itu tidak mendengar gumamnya. "Ya? Gak, Kak. Gue cuman keingat masa lampau," jawabnya.

"Masa lalu yang lo marah-marah sama guekah?"

Sial (2).

Gina membatu di tempatnya. Memberi pandangan canggungnya yang malah mendapat tawa dari lelaki itu. Dia kira, hanya dirinya yang mengingat kejadian memalukan itu.

"Santai saja, sih. Gue gak dendam orangnya."

"Gak dendam tapi terus diingat," sanggah Gina.

Lelaki itu terkekeh sekali lagi sebelum memberikan usapan halus pada pucuk kepalanya. "Bercanda," ucapnya.

Tidakkah lelaki itu tahu kalau Gina sekarang ini tengah mati-matian untuk menahan rona merah yang mungkin akan segera muncul di permukaan kulit pipinya. Apalagi suara detak jantung yang terdengar keras. Gina berharap lelaki di depannya ini tidak mendengar suara sialan itu.

"Yaudah, gue duluan, ya. Bukunya sudah ketemu," pamitnya. Membuat hayalan Gina mendadak buyar seketika.

"Oh? Oke, Kak" balasnya. Berusaha untuk menghilangkan rasa gugup yang memeluknya saat ini.

"Padahal sudah gue bilang buat santai saja sama gue. Dipanggil kakak berasa tua banget dong. Panggil nama saja kan, bisa," pukas lelaki itu.

"Kan, karena memang Kak Mavi lebih tua setahun dari gue. Kata Bunda, harus sopan sama yang tua," jelas Gina.

"Iya deh, yang anak Bunda."

"Biarkan. Daripada gue anak monyet, kan?"

Lelaki yang bernama Mavi, mahasiswa dari fakultas yang sama dengannya itu cuman bisa geleng-geleng kepala sembari menahan tawanya biar tidak lepas.

"Kalah mulu gue," ucapnya. "Oke, gue duluan, ya. Bye, Gina."

"Bye, Kak." Membalas lambaikan tangan seraya tersenyum.

Gina akhirnya bisa bernapas lega. Bersama dengan Mavi benar-benar membuatnya menjadi sulit bernapas. Disebabkan rasa gugup yang membelenggu lebih erat.

"Jantung tolong, ya. Kalau mau berdetak volumenya kurangi sedikit bisa, kan? Kalau kedengaran sama doi kan, gue yang malu. Bukan lo. Tolonglah kerjasamanya. Ya?"

Bahkan dalam keadaan sekarang Gina sampai bercerita sama dirinya sendiri. Berharap dirinya tidak dianggap gila kala orang lain melihatnya. Harusnya sekarang dia cepat-cepat keluar. Mavi Javiendra benar-benar berbahaya untuk kesehatan jantungnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tower Arcana
791      584     1     
Short Story
Aku melihat arum meninggalkan Rehan. Rupanya pasiennya bertambah satu dari kelas sebelah. Pikiranku tergelitik melihat adegan itu. Entahlah, heran saja pada semua yang percaya pada ramalan-ramalan Rehan. Katanya sih emang terbukti benar, tapi bisa saja itu hanya kebetulan, kan?! Apalagi saat mereka mulai menjulukinya ‘paul’. Rasanya ingin tertawa membayangkan Rehan dengan delapan tentakel yan...
Snow
3209      1061     3     
Romance
Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan
Kau Tutup Mataku, Kuketuk Pintu Hatimu
5631      1893     0     
Romance
Selama delapan tahun Yashinta Sadina mengidolakan Danendra Pramudya. Laki-laki yang mampu membuat Yashinta lupa pada segudah masalah hidupnya. Sosok yang ia sukai sejak debut sebagai atlet di usia muda dan beralih menekuni dunia tarik suara sejak beberapa bulan belakangan. "Ayah sama Ibu tenang saja, Yas akan bawa dia jadi menantu di rumah ini," ucap Yashinta sambil menunjuk layar televisi ke...
Lady Cyber (Sang Pengintai)
2470      966     8     
Mystery
Setiap manusia, pasti memiliki masa lalu. Entah itu indah, atau pun suram. Seperti dalam kisah Lady Cyber ini. Mengisahkan tentang seorang wanita bernama Rere Sitagari, yang berjuang demi menghapus masa lalunya yang suram. Dibalut misteri, romansa, dan ketegangan dalam pencarian para pembantai keluarganya. Setingan hanya sekedar fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, peristiwa, karakter, atau s...
Little Spoiler
1089      661     0     
Romance
hanya dengan tatapannya saja, dia tahu apa yang kupikirkan. tanpa kubicarakan dia tahu apa yang kuinginkan. yah, bukankah itu yang namanya "sahabat", katanya. dia tidak pernah menyembunyikan apapun dariku, rahasianya, cinta pertamanya, masalah pribadinya bahkan ukuran kaos kakinya sekalipun. dia tidak pernah menyembunyikan sesuatu dariku, tapi aku yang menyembunyikan sesuatu dariny...
TEA ADDICT
317      211     5     
Romance
"Kamu akan menarik selimut lagi? Tidak jadi bangun?" "Ya." "Kenapa? Kan sudah siang." "Dingin." "Dasar pemalas!" - Ellisa Rumi Swarandina "Hmm. Anggap saja saya nggak dengar." -Bumi Altarez Wiratmaja Ketika dua manusia keras kepala disatukan dengan sengaja oleh Semesta dalam birai rumah tangga. Ketika takdir berusaha mempermaink...
Layar Surya
1740      1009     17     
Romance
Lokasi tersembunyi: panggung auditorium SMA Surya Cendekia di saat musim liburan, atau saat jam bimbel palsu. Pemeran: sejumlah remaja yang berkutat dengan ekspektasi, terutama Soya yang gagal memenuhi janji kepada orang tuanya! Gara-gara ini, Soya dipaksa mengabdikan seluruh waktunya untuk belajar. Namun, Teater Layar Surya justru menculiknya untuk menjadi peserta terakhir demi kuota ikut lomb...
When the Winter Comes
60762      8206     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
Gi
1183      685     16     
Romance
Namina Hazeera seorang gadis SMA yang harus mengalami peliknya kehidupan setelah ibunya meninggal. Namina harus bekerja paruh waktu di sebuah toko roti milik sahabatnya. Gadis yang duduk di bangku kelas X itu terlibat dalam kisah cinta gila bersama Gi Kilian Hanafi, seorang putra pemilik yayasan tempat sekolah keduanya berada. Ini kisah cinta mereka yang ingin sembuh dari luka dan mereka yang...
Satu Nama untuk Ayahku
8629      1825     17     
Inspirational
Ayah...... Suatu saat nanti, jikapun kau tidak lagi dapat kulihat, semua akan baik-baik saja. Semua yang pernah baik-baik saja, akan kembali baik-baik saja. Dan aku akan baik-baik saja meski tanpamu.