Loading...
Logo TinLit
Read Story - Campus Love Story
MENU
About Us  

Nanda, pasangan kekasih Delio dan Sela, tak terlupakan juga dua insan yang sedari tadi masih bersitatap tajam satu sama lain, Henan dan Gina. Setelah sesi antar barang pesanan selesai, Nanda kebetulan yang melihat kakak tingkat dan kekasihnya berdiri di tempat dengan muka heran memilih memanggilnya. Sekalian dengan dua anak yang tak akur itu ikut dipanggil untuk bergabung.

Selesai dengan tugasnya, Nanda beralih untuk memesan beberapa kue-kue ringan yang ada di kantin. Niatnya dia ingin meluruskan masalah antara anak Hawa dan Adam ini, yang mana seharusnya bukan termasuk urusannya. Tapi apa daya, Nanda masih dalam status sebagai induk dari anak banyak tingkah Henan dan saudaranya sendiri, Jeon.

"Makan, gak usah saling pandang terus. Nanti saling suka, mampus," pukas Nanda yang berhasil menyuap satu kue ke dalam mulutnya.

Sedangkan Delio dan Sela yang duduk berdampingan masih dilingkupi perasaan heran. Kalau Sela dia masih sedikit maklum sebab perihal hari itu dan Gina sudah cerita juga kepadanya. Hanya saja saat dirinya baru mengetahui dengan tanda tanya kenapa keduanya masih saling beradu tetap berlanjut.

"Apaan?! Ogah, dih!" tolak Gina.

"Gue juga ogah asal lo tahu," balas Henan.

Nanda cuman bisa menghela napas kasar sembari terus menyuapi mulutnya.

"Cewek yang makan bubur pakai gula makasudnya apaan?" sahut Delio. Mulutnya sudah gatal sebenarnya dari awal. Dia ingin segera mendapat jawaban dari alasan kedua anak ini tak saling akur.

"Ini, Bang. Masa makan bubur pakai gula? Apa rasanya coba? Mencoreng citra orang makan bubur," jawab Henan. Memberi tatapan rendah ke arah Gina.

Gina mendengkus kesal. Ingin rasanya dia melempar kue yang ada di depan ke muka Henan. Terlalu menjengkelkan untuk dia.

Delio menoleh ke arah Gina yang duduk di samping Sela. Dengan sebelah alisnya yang menukik ke atas dia kembali menatap Henan.

"Memang biasa ada orang yang makan bubur pakai gula, gak masalah, sih. Meskipun memang itu terbilang agak aneh. Tapi tergantung yang makan mau rasanya kayak bagaimana," jelas Delio. "Ini mah, lonya doang yang kurang kerjaan. Perkara makan bubur doang lo permasalahin, alay."

Gina tersenyum miring memberi tanda kemenangan. Sementara Henan malah memberi dengkusan kasar. Bahkan sempat di beri juluran lidah dari Gina mengejeknya membuat Henan mememelotot kesal. Sekarang lihat siapa yang di buat kesal?

"Sel, ada kelas? Mau aku antar pulang?" Daripada pusing dengan kelakuan anak kecil adik tingkatnya ini, mending Delio memikirkan kekasihnya sekarang.

"Sudah selesai. Niatnya mau pulang sekarang sama Gina," jawab Sela. Delio mengangguk dan meneguk segelas air.

"Yaudah yuk, Sel, balik. Gue masih harus ke toko sore ini," ajak Gina.

"Oh, iya. Ayo!" Sela mengangguk dan mengambil posisi berdiri. Tidak melupakan pesanannya jangan sampai tertinggal. Berpamitan dengan tiga lelaki tadi sebelum akhirnya benar-benar pergi dan menghilang dari pandangan mereka.

Tinggal mereka yang masih sibuk mengunyah di sana. Termasuk kini Henan yang malah makan kue dengan sedikit kasar. Dari raut mukanya dirinya masih merasa kesal. Delio mendelik ke arahnya namun nampak tidak diperdulikan sama sekali.

"Kenapa sih, lo? Jangan-jangan lo demen sama dia?" selik Delio.

Henan menoleh dengan segera begitu mendengar lantunan Delio. "Heh?! Mana ada. Yang ada gue kesal sama dia, tuh!" sungutnya.

"Alibinya kesal, aslinya suka. Terbukti masalah sepele saja lo permasalahkan. Kayak gak ada yang lebih penting saja," bantah Delio.

Henan diam membatu. Bukan karena dia membenarkan ucapan Delio, tapi dia kesal. Bisa-bisanya kakak tingkat sekaligus teman indekosnya itu mengambil kesimpulan yang menurutnya tidak masuk akal.

"Ingat, Hen. Jangan terlalu benci sama orang, nanti ujungnya lo bakal terlalu cinta," ujar Nanda. Menutup laporan materinya sebelum meneguk segelas air dengan sekaligus.

"Gue gak benci, ya. Cuman kesal," koreksi Henan.

"Beda tipis doang," sanggah Delio. Lelaki itu mengambil tindakan berdiri dari duduknya, "Yaudah, gue juga duluan. Masih ada kelas," pamitnya. Mendapat anggukan dari Nanda sedangkan Henan cuman memberinya lambaian tangan bermaksud mengusir. Delio berdecak dengan posisi seperti ingin menampar Henan karena kesal.

Henan memilih untuk menghabiskan kue-kue yang tidak disentuh. Daripada dibuang, mending dirinya yang menghabiskan. Sekalian ini juga makanan gratis dan Henan sangat suka yang seperti ini. Nanda sendiri cuman bercibik di samping anak itu. Sudah tidak terlalu terkejut dengan perubahan duality Henan.

"Gak ada niatan lo cari tahu siapa dia, Hen?" tanya Nanda.

Dengan mulut penuhnya dia menghadap ke arah Nanda. Mengundang helaan napas sangat kasar dari lelaki itu. Dirinya benar-benar lelah menghadapi Henan. Seperti dirinya tengah berteman dengan salah satu pemeran dalam film Dumb Dumber.

"Memang lo kenal?" tanyanya balik. Sempat membuat beberapa remahan keluar dari mulutnya. Nanda sedikit menjerit sembari sedikit mundur, menghindari remahan yang keluar bebas dari mulut anak itu. Bukannya maaf, Henan malah terus sibuk mengunyah tidak peduli dengan apa yang baru saja keluar dari mulutnya seperti tidak terjadi apa-apa.

"Makan yang benar ya, sialan. Gue banting juga kepala lo di meja, Hen," kesal Nanda. Sibuk menggerutu kecil saat membersihkan noda kue bekas makanan Henan yang terbang sempat terkena lengan kamejanya.

Henan akhirnya menelan habis makananya, dengan bantuan segelas air yang disodorkan Nanda. "Memang lo kenal sama dia?" tanyanya ulang.

"Gak. Gue kan, cuman tanya ke lo. Kok, lo tanya balik?"

"Ya, kali saja," jawabnya. "Lo kok, emosian sama gue? Gak lagi datang bulan, kan?" lanjutnya.

Wajah Nanda berubah menjadi datar. Dirinya benar-benar sudah berada dibatas kesabaran saat ini. "Gue punya pisau kecil di dalam tas, Hen. Itu gue bawa untuk jaga-jaga siapa tahu gue perlu potong sesuatu. Lo mau gak leher lo gue potong?"

Henan menelan ludahnya kasar. Berubah menjadi sebuah cengiran dan garukan pada tengkuknya. Tersenyum canggung untuk menghindari tatapan Nanda yang sudah dia rasakan tengah kesal padanya.

🎗

Gina sekarang sudah berada di toko buku milik tantenya. Bukan karena alasan sepupunya sakit lagi, dia hanya datang berniat membantu sembari mencari novel incarannya. Kali saja buku itu datang dan ikut dijual dalam toko itu. Tantenya juga tidak merasa keberatan dengan kedatangnnya. Menurutnya hal itu malah sangat membantu.

Tentang novel, buku satu itu sudah sangat di gemari Gina semenjak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Saking cintanya pada novel, menjelang kuliah yang tinggal pisah dari orang tuanya, sekali meminta jajan uangnya habis demi menambah koleksi novel di indekosnya. Gina bahkan sampai punya rak khusus untuk novel dan saat ini kondisinya tengah di impus-impus, alias penuh dan berdesakan.

"Gina, hari ini aunty bukanya sampai jam 8 malam. Kalau kamu mau pulang dulu gak apa," sahut tantenya.

"Oh, ya? Yaudah, sebentar. Gina selesaikan dulu rak di sini baru pulang. Mau mandi juga sebenarnya. Nanti aku balik lagi," jawabnya dan kembali melanjutkan kegiatan menyusun buku dalam rak.

Karena kebetulan diizinkan, Gina akhirnya beranjak pulang. Mal tidak terlalu banyak pengunjung saat ini. Mungkin nanti saat malam tiba. Gina juga menyempatkan dirinya untuk singgah di stand es krim. Memesan es krim dengan rasa coklat oreo rasa kesukaannya. Sempat singgah juga di toko yang menjual pernak-pernik hiasan. Matanya lumayan terpancing dengan miniatur lucu yang ramai terpajang.

Sendok es krim yang masih setia di dalam mulutnya, sedangkan tangannya sibuk menelaah satu miniatur yang dia pegang. Membuatnya tersenyum singkat karena merasa gemas dengan benda itu. Tetapi Gina tidak memiliki niat untuk membelinya. Dia hanya melihat itu karena merasa lucu saja.

"Mba, ada gantungan kunci Shin-chan gak?"

"Mungkin saja ada, Mas. Silahkan cari di rak sebelah sini."

Gina mematung di tempat. Suara ini sangat familier untuknya. Baru saja dia ketemu dengan pemilik suara di kampus, kenapa harus bertemu di sini lagi. Gina mendengkus. Dengan perasaan buru-buru dia lantas mengambil langkah cepat sebelum orang itu menyadarinya. Tapi sialnya, baru saja hendak sampai pada pintu keluar malah bertabrakan dengan salah satu pengunjung yang datang.

"Ah, maaf. Saya tidak sengaja."

"Tak apa. Lain kali hati-hati."

Baru ketika Gina menoleh ke belakang, bersamaan yang rupanya orang yang baru dia temu di kampus juga tengah menatapnya. Terjadilah keduanya yang saling bertukar pandang, yang mana orang itu lebih kaget akan kehadirannya. Gina sudah merutuki dirinya sekarang ini dan lantas bergegas lari keluar.

"WOI!!"

Terlambat, kini orang itu sudah meneriakinya di tengah kerumunan. Gina bahkan heran kenapa tubuhnya malah ikut berhenti setelah teriakan anak itu. Dengan perasaan yang berat dan tak ikhlas dirinya menoleh.

"Apa?" jawab Gina singkat dan datar. Gina benar-benar sudah muak bertemu dengan anak lelaki ini.

"Lo ngapain di sini?"

"Ya, serah gue dong. Memang ini mal Bapak lo?" Lelaki yang tak lain adalah Henan cuman bisa memasang wajah cibirannya.

"Lo sendiri ngapain?" tanya Gina balik.

"Ya, serah gue juga dong. Memang ini mal Emak lo?" balas Henan.

Gina menaruh ujung lidahnya menyentuh pipi kiri bagian dalam. Mangkok yang berisi es krim mencair rasanya ingin Gina lempar ke wajah anak itu. Apa pun deh, Gina benar-benar ingin melempar wajahnya.

"Btw, nama lo siapa? Kita sering ketemu tapi gak tahu nama," sahut Henan.

Alis kiri Gina bergerak ke atas. "Apa gerangan lo mau tahu nama gue?" tanyanya.

"Lo nama doang sok jual mahal banget, ya, Tuhan," pukas Henan. "Yaudah, gue saja, deh." Salah satu tangannya terulur ke udara. "Henandika Tatum, anak Fakultas Seni dan Musik semester 3," ucapnya.

Gina cuman memandang uluran tangan itu cukup lama. Bukan tanpa alasan, Gina hanya mencoba untuk waspada karena dia punya rasa ketidakpercayaan yang besar terhadap Henan ini.

"Kalau gak mau jawab nama, setidaknya balas uluran tangan gue dong. Keram ini," seru Henan.

Dengan wajah tidak ikhlas dia membalas juluran tangan Henan. "Aryana Regina, Fakultas Sastra dan Bahasa Asing semester 3 juga," jawabnya. Dengan sedikit memberi gerakan pada jabatan tangan keduanya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Metamorf
149      123     0     
Romance
Menjadi anak tunggal dari seorang chef terkenal, tidak lantas membuat Indra hidup bahagia. Hal tersebut justru membuat orang-orang membandingkan kemampuannya dengan sang ayah. Apalagi dengan adanya seorang sepupu yang kemampuan memasaknya di atas Indra, pemuda berusia 18 tahun itu dituntut harus sempurna. Pada kesempatan terakhir sebelum lulus sekolah, Indra dan kelompoknya mengikuti lomba mas...
ARRA
1354      629     6     
Romance
Argana Darmawangsa. Pemuda dingin dengan sebentuk rahasia di balik mata gelapnya. Baginya, hidup hanyalah pelarian. Pelarian dari rasa sakit dan terbuang yang selama ini mengungkungnya. Tetapi, sikap itu perlahan runtuh ketika ia bertemu Serra Anastasya. Gadis unik yang selalu memiliki cara untuk menikmati hidup sesuai keinginan. Pada gadis itu pula, akhirnya ia menemukan kembali sebuah 'rumah'...
Adelia's Memory
507      326     1     
Short Story
mengingat sesuatu tentunya ada yang buruk dan ada yang indah, sama, keduanya sulit untuk dilupakan tentunya mudah untuk diingat, jangankan diingat, terkadang ingatan-ingatan itu datang sendiri, bermain di kepala, di sela-sela pikirian. itulah yang Adel rasakan... apa yang ada di ingatan Adel?
How Precious You're in My Life
14135      2530     2     
Romance
[Based on true story Author 6 tahun] "Ini bukanlah kisah cinta remaja pada umumnya." - Bu Ratu, guru BK. "Gak pernah nemuin yang kayak gini." -Friends. "Gua gak ngerti kenapa lu kayak gini sama gua." -Him. "I don't even know how can I be like this cause I don't care at all. Just run it such the God's plan." -Me.
The First
521      376     0     
Short Story
Aveen, seorang gadis19 tahun yang memiliki penyakit \"The First\". Ia sangatlah minder bertemu dengan orang baru, sangat cuek hingga kadang mati rasa. Banyak orang mengira dirinya aneh karena Aveen tak bisa membangun kesan pertama dengan baik. Aveen memutuskan untuk menceritakan penyakitnya itu kepada Mira, sahabatnya. Mira memberikan saran agar Aveen sering berlatih bertemu orang baru dan mengaj...
Secret Elegi
4379      1288     1     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
Big Secret
548      396     0     
Romance
Dayu Raha Dewi, seorang mahasiswi yang menutup identitasnya karena trauma masa lalu. Diluar dugaan, ia terjebak dengan kebohongannya sendiri, melibatkan keselamatan teman-temannya. Akankah ia berhasil menyelamatkan teman-temannya?
Something about Destiny
170      145     1     
Romance
Devan Julio Widarta yang selalu dikenal Sherin sebagai suami yang dingin dan kurang berperasaan itu tiba-tiba berubah menjadi begitu perhatian dan bahkan mempersiapkan kencan untuk mereka berdua. Sherin Adinta Dikara, seorang wanita muda yang melepas status lajangnya pada umur 25 tahun itu pun merasa sangat heran. Tapi disisi lain, begitu senang. Dia merasa mungkin akhirnya tiba saat dia bisa mer...
DEUCE
680      385     0     
Short Story
\"Cinta dan rasa sakit itu saling mengikuti,\" itu adalah kutipan kalimat yang selalu kuingat dari sebuah novel best seller yang pernah kubaca. Dan benar adanya jika kebahagiaan dan kesakitan itu berjalan selaras sesuai dengan porsinya..
Diary Ingin Cerita
3462      1654     558     
Fantasy
Nilam mengalami amnesia saat menjalani diklat pencinta alam. Begitu kondisi fisiknya pulih, memorinya pun kembali membaik. Namun, saat menemukan buku harian, Nilam menyadari masih ada sebagian ingatannya yang belum kembali. Tentang seorang lelaki spesial yang dia tidak ketahui siapa. Nilam pun mulai menelusuri petunjuk dari dalam buku harian, dan bertanya pada teman-teman terdekat untuk mendap...