Loading...
Logo TinLit
Read Story - Different World
MENU
About Us  

“Kita kemana lagi?” tanya Melody yang sudah kelelahan berpetualang seharian ini.

“Ke tempat yang indah,” jawab Charles. Melody yang mendengar jawaban dari Charles menggeram kesal.

“Dari pagi juga kamu bilangnya ke tempat yang indah! Tapi, ujung-ujungnya kita makan mulu. Dan sekarang kita sepertinya hanya keliling sekolah,” gerutu Melody. Charles terkikik senang melihat Melody yang menggerutu itu.

“Tapi, Nona senang 'kan?” kata Charles sambil mengulurkan tangannya membantu Melody melewati jalan yang penuh batu.

“Iya sih. Tapi, aku bisa tambah tembem,” gumam Melody sambil menerima uluran tangan Charles.

“Gapapa. Lucu kok tembem gitu,” sahut Charles. Melody yang mendengar hal itu pun memilih untuk diam. 

“Aduh, Mel, kenapa jantungmu berisik banget sih? Kebiasaan deh kalau capek,” batin Melody bersungut-sungut.

Selesai melewati jalan bebatuan, Charles tidak melepas genggaman tangannya pada Melody. Justru gengamannya semakin erat dan terasa hangat bagi Melody. Kehangatan itu perlahan menjalar kehatinya. Melody pun berusaha fokus kembali dengan jalan yang dilaluinya.

Setelah berjalan sedikit lama, mereka berdua pun disajikan sebuah danau. Sederhana sekali. Tapi, Charles yakin Melody akan menyukainya. Apalagi disaat matahari hampir menenggelamkan dirinya. Romantisme di waktu senja. Charles pun membantu Melody menaiki sampan yang akan membawa mereka berdua ke tengah danau. Setelah Melody naik, dengan perlahan Charles mengayuh sampan menuju tengah danau.

“Nona, lihatlah ke arah barat!” suruh Charles. Melody pun menurut.

Dan terpanahlah dia dengan keindahan alam yang tersaji. Warna kuning kemerah-merahan seakan menguasai angkasa. Burung-burung yang berterbangan menambah keindahan langit sore ini. Charles lega melihat ekspresi Melody yang sangat senang itu.

“Ini masih awal, Nona. Kita tunggu sebentar lagi,” ucap Charles. Dia sudah berhenti mengayuh sampan. Berbeda dengan Melody yang sibuk menikmati langit, Charles sibuk melihat wajah Melody. Bagi Charles wajah Melody yang tersenyum seribu kali lebih indah daripada langit sore.

“Nona, aku harap kau bisa selalu tersenyum seperti ini,” gumam Charles sambil menatap sendu Melody.

Perlahan matahari meninggalkan langit. Bulan menggantikan peran matahari dan bintang bertaburan ikut menemani langit. Melody semakin melebarkan senyumnya ketika melihat pemandangan itu.

“Langit beruntung, ya. Selalu ditemani. Ga ada yang membiarkan langit sendiri,” celetuk Melody. Charles hanya menatap Melody menunggu dia melanjutkan perkataannya.

“Saat pagi sampai sore, ada matahari yang menemani. Kalaupun ga ada, masih ada awan. Kalau di malam hari, ada bulan dan bintang. Ga ada bintang pun, pasti bulan masih bertahan. Begitupula sebaliknya.”

“Kalau anda mau jadi seperti langit, saya bisa jadi seperti matahari, awan, bulan, dan bintang,” sahut Charles.

“Enggak deh. Jadi seperti langit memang menyenangkan. Tapi, itu akan membuat hati lelah.”

“Kenapa begitu?”

“Karena aku ga akan jadi diri sendiri. Dan disayangi bukan karena sifat asli itu menyakitkan, Charles.”

“Apapun sifat Nona, saya akan tetap menyayangi anda. Jadi, jangan pernah merasa sendiri, ya?” Melody tersenyum lembut mendengar pernyataan Charles.

“Kita baru bertemu hari ini. Kenapa kamu begitu mudah mengatakan bahwa kamu menyayangiku?”

“Rasa sayang bisa muncul kapan saja, Nona. Dan saya memilih untuk mengungkapkan segera. Saya tidak ingin menyesal lagi.” Charles tersenyum tipis. Dia bergerak melepas jubah dan memasangkannya pada bahu Melody. Dengan lembut dirapikannya rambut Melody yang berantakan tertiup angin. Setelah selesai, Charles mengayuh sampan ke tepi danau. Sedangkan Melody masih sibuk terpaku dengan perlakuan Charles padanya.

“Ayo kita kembali ke asrama, Nona. Bukankah Queen Aze bilang jam 7 malam kita harus ke aula? Nona harus segera bersiap-siap,” ajak Charles sambil mengulurkan tangannya. Melody pun menerima uluran tangan Charles.

Dengan perlahan mereka berdua turun dari sampan dan berjalan menuju asrama. Perjalanan mereka penuh dengan keheningan. Entah karena malu atau ada perasaan lain. Yang pasti percakapan mereka tadi, perlahan masuk menelusup ke dalam hati masing-masing. Menyebarkan kehangatan yang tidak pernah mereka rasakan sejak dulu.

•••

Jam 7 malam. Sesuai perkataan Queen Aze, semua murid sudah berkumpul kembali ke aula. Kini Queen Aze sudah berada dipodium bersiap untuk mengumumkan ssesuatu.

“Selamat malam semuanya. Sudah puas berkeliling akademi hari ini? Saya harap sudah, ya. Ada beberapa pengumuman penting yang harus kalian ketahui. Pertama, pembelajaran akan dimulai esok hari pukul 8 pagi. Kedua, kafetaria akan dibuka pukul 7 pagi hingga pukul 10 malam. Ketiga, semua orang harus sudah berada di kamar pukul 10 malam. Jadi, saya harap tidak ada diantara kalian yang melanggar jam malam. Keempat, untuk kelas dan jadwal sudah dikirim ke jam tangan kalian. Dan terakhir, di akademi ini tidak akan ada yang namanya organisasi siswa,” katanya panjang lebar. Dia melihat muridnya saling berbisik setelah pengumuman terakhir yang ia sampaikan.

“Sekian dari saya. Selanjutnya ada beberapa hal yang ingin disampaikan oleh Madam Phineas. Silakan, Madam,” lanjutnya mempersilahkan seorang wanita muda yang memiliki wajah jutek. Seketika bisikan yang mendominasi aula menghilang.

“Terima kasih, Queen,” ucapnya sambil melangkah ke depan.

“Selamat malam. Perkenalkan nama saya Anne Phineas. Saya akan menyampaikan beberapa hal. Seperti yang dikatakan oleh Queen Aze, di sini kita tidak akan ada organisasi siswa. Namun, sebagai gantinya akan ada organisasi yang bernama “Dewan”. Dewan yang akan membantu kami mengurus akademi. Dan identitas mereka akan dirahasiakan.” Bisikan demi bisikan kembali hadir membuat keadaan aula menjadi gaduh.

“Harap tenang! Saya belum selesai!” bentak Madam Phineas. Semua murid pun membungkam mulutnya.

“Bagus. Saya harap tidak ada yang berkomentar sebelum saya selesai. Jadi, anggota Dewan akan dipilih langsung oleh pihak akademi. Tentu saja ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus kalian penuhi sebelum menjadi anggota Dewan. Kami berharap siapapun yang terpilih bisa menjaga kerahasiaan identitas Dewan dan tidak membocorkan kepada siapapun. Mengerti?”

“Mengerti, Madam,” jawab semua murid serentak.

“Baik. Itu saja dari saya. Terima kasih.” Madam Phineas kembali ke belakang dan posisinya digantikan oleh Queen Aze.

“Terima kasih, Madam Phineas atas informasinya. Baiklah, berhubung hari sudah malam, silahkan kembali ke asrama masing-masing,” tutup Queen Aze.

Semua murid bergegas keluar dari aula dan kembali ke asrama. Begitu pula dengan Melody dan Charles. Mereka sudah terlalu lelah dan mengantuk untuk membahas informasi tadi. Apalagi mereka berdua masih merasa canggung dan malu akan kejadian sore hari. Setelah berjalan lumayan lama, akhirnya mereka berdua sampai di depan kamar Melody. Saat Melody akan membuka pintu asramanya, sebuah suara menginterupsi.

“Nona Melody,” panggil Charles. Terlihat ada sedikit keraguan diwajah Charles. Namun, dengan cepat pula dia menghapus keraguan itu.

“Saya minta maaf atas kejadian sore tadi,” katanya perlahan sambil mengamati ekspresi Melody. Melihat Melody yang perlahan menampilkan raut wajah kecewa, membuat Charles dengan cepat menambahkan.

“Tapi, Nona, saya bersungguh-sungguh dengan perkataan saya. Saya menyayangi anda sepenuhnya.” Semburat merah perlahan menjalar dari pipi menuju telinganya.

“Dan selamat malam, Nona,” ucapnya lirih. Dia berjalan menuju kamarnya dan masuk ke dalam. Melody yang belum sempat mengucapkan satu katapun hanya bisa menahan senyumnya.

“Dia lucu sekali. Dan selamat malam juga, Charles,” gumamnya. Dia pun masuk ke dalam kamarnya. Charles yang belum benar-benar masuk ke dalam kamar mendengar semua perkataan Melody. Dia hanya bisa berharap tidak akan ada yang menghalanginya untuk melayani Nona tersayangnya itu lagi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
DELUSION
6527      1889     0     
Fan Fiction
Tarian jari begitu merdu terdengar ketika suara ketikan menghatarkan sebuah mimpi dan hayalan menjadi satu. Garis mimpi dan kehidupan terhubung dengan baik sehingga seulas senyum terbit di pahatan indah tersebut. Mata yang terpejam kini terbuka dan melihat kearah jendela yang menggambarkan kota yang indah. Badan di tegakannya dan tersenyum pada pramugari yang menyapanya dan menga...
Fix You
1037      604     2     
Romance
Sejak hari itu, dunia mulai berbalik memunggungi Rena. Kerja kerasnya kandas, kepercayaan dirinya hilang. Yang Rena inginkan hanya menepi dan menjauh, memperbaiki diri jika memang masih bisa ia lakukan. Hingga akhirnya Rena bersua dengan suara itu. Suara asing yang sialnya mampu mengumpulkan keping demi keping harapannya. Namun akankah suara itu benar-benar bisa menyembuhkan Rena? Atau jus...
Call Me if U Dare
5786      1695     2     
Mystery
Delta Rawindra: 1. Gue dituduh mencuri ponsel. 2. Gue gak bisa mengatakan alibi saat kejadian berlangsung karena itu bisa membuat kehidupan SMA gue hancur. 3. Gue harus menemukan pelaku sebenarnya. Anulika Kusumaputri: 1. Gue kehilangan ponsel. 2. Gue tahu siapa si pelaku tapi tidak bisa mengungkapkannya karena kehidupan SMA gue bisa hancur. 3. Gue harus menuduh orang lain. D...
Gi
1214      699     16     
Romance
Namina Hazeera seorang gadis SMA yang harus mengalami peliknya kehidupan setelah ibunya meninggal. Namina harus bekerja paruh waktu di sebuah toko roti milik sahabatnya. Gadis yang duduk di bangku kelas X itu terlibat dalam kisah cinta gila bersama Gi Kilian Hanafi, seorang putra pemilik yayasan tempat sekolah keduanya berada. Ini kisah cinta mereka yang ingin sembuh dari luka dan mereka yang...
Manuskrip Tanda Tanya
5854      1742     1     
Romance
Setelah berhasil menerbitkan karya terbaru dari Bara Adiguna yang melejit di pasaran, Katya merasa dirinya berada di atas angin; kebanggaan tersendiri yang mampu membawa kesuksesan seorang pengarang melalui karya yang diasuh sedemikian rupa agar menjadi sempurna. Sayangnya, rasa gembira itu mendadak berubah menjadi serba salah ketika Bu Maya menugaskan Katya untuk mengurus tulisan pengarang t...
Cinta Semi
2541      1055     2     
Romance
Ketika sahabat baik Deon menyarankannya berpacaran, Deon menolak mentah-mentah. Ada hal yang lebih penting daripada pacaran. Karena itulah dia belajar terus-menerus tanpa kenal lelah mengejar impiannya untuk menjadi seorang dokter. Sebuah ambisi yang tidak banyak orang tahu. Namun takdir berkata lain. Seorang gadis yang selalu tidur di perpustakaan menarik perhatiannya. Gadis misterius serta peny...
A CHANCE
2035      899     1     
Romance
Nikah, yuk!" "Uhuk...Uhuk!" Leon tersedak minumannya sendiri. Retina hitamnya menatap tak percaya ke arah Caca. Nikah? Apa semudah itu dia mengajak orang untuk menikah? Leon melirik arlojinya, belum satu jam semenjak takdir mempertemukan mereka, tapi gadis di depannya ini sudah mengajaknya untuk menikah. "Benar-benar gila!" 📌📌📌 Menikah adalah bukti dari suatu kata cinta, men...
LUKA TANPA ASA
9495      2272     11     
Romance
Hana Asuka mengalami kekerasan dan pembulian yang dilakukan oleh ayah serta teman-temannya di sekolah. Memiliki kehidupan baru di Indonesia membuatnya memiliki mimpi yang baru juga disana. Apalagi kini ia memiliki ayah baru dan kakak tiri yang membuatnya semakin bahagia. Namun kehadirannya tidak dianggap oleh Haru Einstein, saudara tirinya. Untuk mewujudkan mimpinya, Hana berusaha beradaptasi di ...
Jelita's Brownies
4447      1649     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
Gantung
824      520     0     
Romance
Tiga tahun yang lalu Rania dan Baskara hampir jadian. Well, paling tidak itulah yang Rania pikirkan akan terjadi sebelum Baskara tiba-tiba menjauhinya! Tanpa kata. Tanpa sebab. Baskara mendadak berubah menjadi sosok asing yang dingin dan tidak terjamah. Hanya kenangan-kenangan manis di bawah rintik hujan yang menjadi tali penggantung harapannya--yang digenggamnya erat sampai tangannya terasa saki...